Jayapura (Antara Papua) - Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (Apik) Papua menyatakan, peran keluarga sangatlah penting dalam mengantisipasi kasus kekerasan pada anak.
Direktur LBH Apik Papua Bethsie Pesiwarissa, di Jayapura, Selasa, mengatakan kasus-kasus kekerasan pada anak, baik pemukulan ataupun kekerasan seksual berawal dari perhatian keluarga dalam hal ini orang tua dalam mengawasi anaknya.
"Misalnya saja kekerasan seksual pada anak, biasanya dikarenakan orang tua terlalu sibuk melakukan pekerjaannya dan tidak memperhatikan anak yang bergaul dengan orang tidak dikenal," katanya.
Betshie menjelaskan seharusnya ada pemberian pemahaman dari orang tua kepada anak bahwa ada bagian tubuh pada anak yang tidak boleh dipegang atau raba sembarangan, khususnya oleh orang tidak dikenal.
"Ketika anak paham akan hal tersebut, berarti orang tua sudah meluangkan waktu untuk memberikan informasi dan pemahaman," ujarnya.
Dia menuturkan meskipun banyak pihak menyatakan bahwa lingkungan menjadi salah satu penyebab terjadinya kasus kekerasan pada anak, sebenarnya ranah keluarga lebih banyak memiliki peran.
"Khusus di Papua, sebenarnya banyak kasus kekerasan anak yang terjadi, namun tidak terungkap, karena biasanya masyarakat lebih memilih menyelesaikan secara adat sehingga tidak ada efek jera bagi pelaku," katanya lagi.
Dia menambahkan anak merupakan aset yang seharusnya dilindungi dan diawasi, sehingga perhatian khusus bagi anak sangat dianjurkan agar kasus-kasus kekerasan pada anak tidak terjadi. (*)
Direktur LBH Apik Papua Bethsie Pesiwarissa, di Jayapura, Selasa, mengatakan kasus-kasus kekerasan pada anak, baik pemukulan ataupun kekerasan seksual berawal dari perhatian keluarga dalam hal ini orang tua dalam mengawasi anaknya.
"Misalnya saja kekerasan seksual pada anak, biasanya dikarenakan orang tua terlalu sibuk melakukan pekerjaannya dan tidak memperhatikan anak yang bergaul dengan orang tidak dikenal," katanya.
Betshie menjelaskan seharusnya ada pemberian pemahaman dari orang tua kepada anak bahwa ada bagian tubuh pada anak yang tidak boleh dipegang atau raba sembarangan, khususnya oleh orang tidak dikenal.
"Ketika anak paham akan hal tersebut, berarti orang tua sudah meluangkan waktu untuk memberikan informasi dan pemahaman," ujarnya.
Dia menuturkan meskipun banyak pihak menyatakan bahwa lingkungan menjadi salah satu penyebab terjadinya kasus kekerasan pada anak, sebenarnya ranah keluarga lebih banyak memiliki peran.
"Khusus di Papua, sebenarnya banyak kasus kekerasan anak yang terjadi, namun tidak terungkap, karena biasanya masyarakat lebih memilih menyelesaikan secara adat sehingga tidak ada efek jera bagi pelaku," katanya lagi.
Dia menambahkan anak merupakan aset yang seharusnya dilindungi dan diawasi, sehingga perhatian khusus bagi anak sangat dianjurkan agar kasus-kasus kekerasan pada anak tidak terjadi. (*)