Jayapura (Antara Papua) - Kepala Dinas Kesehatan Papua drg Aloysius Giyai menegaskan, kasus kematian puluhan anak yang terjadi di Distrik Mbuwa, Kabupaten Nduga tidak ada kaitanya dengan peluncuran buku "Melawan Badai Kepunahan, gebrakan Papua sehat menuju Papua bangkit, mandiri dan sejahtera," pada Selasa (24/11).

"Ketegasan ini terkait pemberitaan salah satu media massa yang menyebutkan bahwa 41 anak meninggal di Papua, Kepala Dinas Kesehatan sibuk luncurkan buku," kata Aloysius Giyai di Jayapura, Kamis.

Menurut dia, berita berjudul "41 anak meninggal di Papua, Kepala Dinas Kesehatan sibuk luncurkan buku" yang diberitakan salah satu media pada Selasa, 24 November 2015 itu tak berimbang.

"Saya selaku Kadinkes Papua merasa keberatan dan merasa disudutkan dengan pemberitaan tersebut, karena membias di masyarakat luas di Papua," ujarnya.

Dari judul pemberitaan itu, kata dia, seakan-seakan Dinas Kesehatan Papua lepas tangan atas kasus kematian di Nduga, dan lebih mengutamakan acara peluncuran buku.

"Acara peluncuran buku saya berjudul "Melawan Badai Kepunahan, gebrakan Papua sehat menuju Papua bangkit, mandiri dan sejahtera," sudah terjadwal sejak Oktober dimana acaranya dipadukan dengan Rapat Kerja Kesehatan Daerah. Sementara kasus kematian ini adalah peristiwa insidental yang terjadi belakangan," ujarnya.

Dia mengatakan, pemberitaan itu "tak berimbang" Dinas Kesehatan Papua merasa dirugikan atas pemberitaan tersebut, tata cara dan etika kerja jurnalistik dalam penulisan berita ini tidak menggunakan asas keberimbangan berita.

"Saya melihat ada tendensi khusus dari pemberitaan ini dengan kesimpangsiuran data jumlah kematian dan lemahnya pemahaman terhadap duduk persoalan dan kapasitas pihak-pihak yang bertanggungjawab atas kasus ini, dan mau memojokkan bahkan menyerang saya secara pribadi, sebenarnya tidak perlu pemberitaan seperti itu," ujarnya.

Menurut dia, Dinas Kesehatan Provinsi Papua telah menurunkan tim untuk menganani kasus kematian puluhan di Nduga setelah mendapatkan informasi terkait kasus tersebut.

Pada 20 November 2015 Dinas Kesehatan Papua mendapatkan laporan dari masyarakat bahwa ada kematian 41 anak di Nduga.

Setelah mendapat laporan itu, tim krisis center Dinkes Papua langsung melakukan koordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan dan Sekretaris Dinas Kabupaten Nduga.

Dari koordinasi yang dibangun, tim krisis center mendapat laporan bahwa ada kematian bayi usia kurang dari dua tahun, waktu kejadian dari tanggal 16 Oktober-20 November 2015.

Penyebab kematian belum dikatahui, tetapi pasien yang meninggal menujukan gejala-gejala panas, demam, menggil, kejang, dan kemudian meninggal.

Kejadian itu berlangsung di Distrik Mbuwa Kampung Doigimo, Kampung Opmo, Kampung Barapngin, dan Kampung Labirik dan jumlah yang meninggal sebanyak 31 orang bukan 41 orang seperti yang diberitakan.

Dari laporan yang didapat itu, tambah dia, pada 20 November 2015 tim krisis center yang berjumlah enam orang telah terbang ke Nduga lewat Wamena, Kabupaten Jayawijaya untuk melakukan investigasi dan melakukan tindakan-tindakan emergensi.

Sebelumnya, Gubernur Papua Lukas Enembe meluncurkan buku berjudul "Melawan Badai Kepunahan, gebrakan Papua sehat menuju Papua bangkit, mandiri dan sejahtera," yang ditulis oleh Kepala Dinas Kesehatan Papua drg Aloysius Giyai di Auditorium Universitas Cenderawasih Jayapura, Selasa (24/11).

Gubernur Lukas Enembe dalam sambutannya mengatakan, tentunya dalam visi-misi Gubernur dan Wakil Gubernur yakni Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera kini sudah menuju ke tahap kemandirian.

"Kini kita sudah menuju ke tahap kemandirian, kita juga sudah menuju tahap kebangkitan termasuk kebangkitan dari Dinas Kesehatan ini, ke depan kita menuju ke kemandirian," kata Gubernur Lukas di sela-sela peluncuran. (*)

Pewarta : Pewarta: Musa Abubar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024