Jayapura (Antara Papua) - Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Ternate, Maluku Utara, Laode M Aksa mengatakan situs Gunung Srobu memenuhi kriteria sebagai cagar budaya yang perlu dilestarikan oleh semua pihak.

"Srobu sebagai saksi bisu bahwa kawasan tersebut dahulu merupakan daerah berharga pada 330 tahun SM yang lalu dan sudah mengeksploitasi perairan Teluk Youtefa untuk sumber makanannya seperti kerang laut," katanya dalam sosialiasi hasil penelitian arkeologi Situs Gunung Srobu di Grand Abe Hotel, Kota Jayapura, Papua, Kamis.

Bukti lainnya, kata Laode, selain ditemukan cangkang kerang sebagai salah satu sumber makanan, di Gunung Srobu juga ditemukan Menhir, yang menegaskan bahwa di situs Gunung Srobu para penghuninya atau masyarakat pada saat itu telah memiliki kepercayaan terhadap kekuatan lain selain manusia.

"Menhir merupakan bukti monumental, menunjukkan indikasi pusat pemujaan, adanya budaya batu besar megalitik, atau sudah ada sebuah kepercayaan," katanya.

Lebih lanjut, Laode menyampaikan situs Gunung Srobu adalah situs pemukiman manusia prasejarah, yang berada di sebuah tanjung dengan topografi berbukit di Teluk Youtefa, kurang lebih enam kilometer diarah selatan pusat Kota Jayapura.

"Sangat bagus kalau dikembangkan sebagai tempat wisata sejarah atau lainnya," kata Laode M Aksa.

Sementara itu, peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura, Erlin Novita Idje Djami mengatakan di situs Gunung Srobu ditemukan sejumlah benda arkeologi beruap artefak atau benda-benda budata dan bangunan megalitik

"Ada alat batu seperti kapak batu, kapak lonjong, alat serpih, mata bor, mata panah batu pemberatm batu penumbuk. Lalu ada alat tulang dan gigi, alat kerang, tembikar dan temuan sampah kerang, arang, dan tulang manusia," katanya.

Berdasarkan temuan arkeologi itu, kata Erlin, situs Gunung Srobu telah menggambarkan kehidupan manusia pada masa itu.

"Dari temuan tadi itu, kita tahu bahwa manusia pada era itu sudah tahu pengetahuan, mata pencaharian, teknologi peralatan, sistem kepercayaan, sistem penguburan, pola pemanfaata ruang, organisasi sosial dan pertahanan keamanan," katanya.

Untuk itu, Erlin mengaku sepakat bahwa situs Gunung Srobu bisa dijadikan wisata sejarah yang mempunyai nilai penting dan nilai tambah bagi masyarakat atau cagar budaya.

"Tapi harus ada regulasi yang jelas untuk pemeliharaan dan pelestarian situs, pengangkatann juru pelihara serta masyarakat dilibatkan dalam kegiatan ini," katanya.

Situs Gunung Srobu pertama kali digaungkan pada pertengahan Mei 2014 oleh Balai Arkeologi Jayapura setelah menerima laporan masyaralat setempat. (*)

Pewarta : Pewarta: Alfian Rumagit
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024