Timika (Antara Papua) - Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Mimika, Papua menargetkan menjaring 40 ribu warga pada 2016 untuk mengikuti tes dan konseling sukarela (voluntary conselling & testing /VCT) untuk mendeteksi penyakit HIV-AIDS.

Sekretaris KPA Mimika Reynold Ubra di Timika, Senin mengatakan pada 2015 warga Mimika yang mengikuti program VCT mencapai 35 ribu orang.

"Kami menargetkan tahun ini bisa menjangkau 42.679 orang mengikuti konseling dan testing HIV-AIDS. Ini sekaligus merupakan strategis untuk memastikan prevalensi HIV 2-3 persen di Tanah Papua," jelas Reynold.

Ia mengatakan melalui program VCT juga tidak menutup kemungkinan dapat menemukan kasus baru penularan HIV-AIDS di lingkungan masyarakat.

"Melalui program VCT yang bagus dan berkelanjutan, kami menargetkan pada 2019 epidemi HIV-AIDS di Kabupaten Mimika sudah bisa dipastikan jumlahnya mengingat sampai saat ini yang baru bisa diketahui masih pada kisaran 41 persen, sementara sisanya belum ditemukan," ujar Reynold.

Mengacu pada tingkat prevalensi HIV di Tanah Papua yaitu 2-3 persen, menurut Reynold, setiap tahun harus ditemukan minimal 900 orang dari 1.000 orang yang terinfeksi HIV di Mimika.

Guna merealisasikan hal itu, katanya, satu-satunya cara yang bisa digunakan yaitu dengan meningkatkan dan memperluas jumlah cakupan peserta program VCT.

Melalui program VCT tersebut, katanya, pada 2015 ditemukan sebanyak 436 kasus baru HIV-AIDS di Mimika.

Semenjak kasus HIV-AIDS ditemukan pertama kali di Mimika sekitar 19 tahun silam, tepatnya pada 1996 di lokalisasi Kilometer 10 Kampung Kadun Jaya, angka komulatif HIV-AIDS di wilayah itu hingga 2015 telah mencapai 4.583 kasus.

Adapun jangkauan pelayanan VCT di Mimika, katanya, belum maksimal.

Berdasarkan data tahun 2015, dari tiga dari lima orang yang mengikuti program tersebut sudah pernah mengikuti pemeriksaan sebelumnya.

"Artinya yang terjaring masih banyak orang yang memiliki riwayat pernah melakukan pemeriksaan dibanding yang pertama kali diperiksa. Begitupun jumlah laki-laki yang mengikuti pemeriksaan jauh lebih banyak dari perempuan. Kami berasumsi hal ini akibat dari adanya pemeriksaan wajib VCT bagi karyawan PT Freeport Indonesia dan perusahaan-perusahaan kontraktornya, maupun bagi anggota TNI dan Polri," jelas Reynold. (*)

Pewarta : Pewarta: Evarianus Supar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024