Jayapura (Antara Papua) - Calon Bupati Kabupaten Jayapura Yanni yang berpasangan dengan Zadrak Afasedanya mengatakan Persidafon Dafonsoro merupakan identitas sepak bola di Sentani, Kabupaten Jayapura, sehingga perlu dibangkitkan kembali agar berlaga di liga tertinggi di Tanah Air.

"Persidafon merupakan roh, identitas sepak bola di Kabupaten Jayapura, sehingga perlu diperhatikan dan dibangkitkan kembali agar bisa berjaya seperti beberapa tahun lalu," kata Yanni, di Jayapura, Rabu.

Untuk melestraikan identitas sepak bola Kabupaten Jayapura itu digelar laga eksebisi antara PS Satria vs Eks Persidafon di lapangan SSB Braza Ariyauw, Kabupaten Jayapura, Papua, pada Selasa (7/2).

Laga eksebisi tersebut sekaligus memperingati HUT Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang ke-IX di Kabupaten Jayapura.

Menurut Yanni yang juga ketua DPD Gerindra Papua, Persidafon sempat berjaya diera 1990-an dan pada massa kepemimpinan Habel Melkias Suwae sebagai Ketua Umum Persidafon.

Saat itu Persidafon berlaga di Liga Super Indonesia, namun sempat terseok-seok karena soal pendanaan hingga terdegradasi ke Divisi I dan vakum sampai sekarang.

"Jadi, kalau saya terpilih jadi bupati di Kabupaten Jayapua, saya akan bangkitkan kembali Persidafon dan bawa klub ini ke kasta tertinggi liga tanah air, bahkan ke laga internasional," katanya.

Terkait laga eksebisi antara PS Satria vs Eks Persidafon Dafonsoro, Yanni mengaku laga tersebut untuk memberikan motivasi kepada semua pihak agar bisa membantu mendorong bangkitnya tim yang berjuluk Gabus Sentani itu.

"Walaupun pertandingan hari ini hanya eksebisi namun bagi saya memiliki makna yang sangat penting. Makna yang sangat berharga bagi kita semua khususnya partai Gerindra dan seluruh masyarakat kabupaten Jayapura. Karena dengan acara ini menandakan bahwa pemain boleh saja pergi tetapi jiwa Persidafon Dafonsoro tidak akan pernah pergi dan selalu hidup selamanya," katanya.

Laga eksibisi itu, kata Yanni, selain untuk membangun rasa persaudaraan dan persahabatn juga dimaksudkan untuk menyadarkan, membangkitkan kembali semangat dan tanggung jawab semua pihak untuk mengangkat kembali panji-panji kebesaran Dafonsoro dalam pentas persepakbolaan nasional.

"Persidafon Dafonsooro adalah kesebelasan yang pernah berjaya dalam pentas sepak bola nasional. Kesebelasan yang telah berjasa mengharumkan nama daerah. Oleh karena itu Persidafon Dafonsoro adalah aset masyarakat dan aset daerah yang tidak boleh dimatikan begitu saja," katanya.

Yanni menambahkan bahwa Kabupaten Jayapura memiliki potensi alam yang luar biasa, serta potensi di bidang olahraga teruama atlit sepak bola yang tidak diragukan lagi.

"Jika persidafon Dafonsoro mati hanya karena masalah dana, ini sangat ironis dan menyakitkan. Saya kira semua ini tergantung niat, komitmen dan kepedulian terhadap pembangunan olahraga khususnya sepak bola," ujarnya.

Menurut Yanni, satu hal yang patut didesalkan adalah cukup lama upaya yang dilakukan untuk kebangkitan Persidafon Dafonsoro, tetapi setelah bangkit, ternyata begitu cepat hilang dalam kancah sepak bola nasional.

"Pemain sepak bola asal Jayapura ini, kalau dikumpulkan semua bisa menjadi tiga klub yang bisa berlaga di kompetisi sepak bola tanah air. Doakan saya agar bisa bawa Persidafon berjaya kembali," katanya.

Pada laga eksebisi itu, tampak hadir eks pemain Persidafon Dafonsoro, diantaranya kiper Celcius Gebze, Frangki Amo, Raimon Sokoy, Greg Yoku dan Victor Pae adik kandung dari Yustinus Pae yang pada musim lalu sempat berkostum Persela Lamongan di Torabika Soccer Championship.

Victor Pae, pemain serba bisa itu pernah berkostum Persija Jakarta dan Persipura Jayapura. (*)

Pewarta : Pewarta: Alfian Rumagit
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024