Timika (Antara Papua) - Pemerintah Kabupaten Mimika segera meningkatkan status Puskesmas Pembantu (Pustu) Ipaya yang berada di Distrik Amar, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, menjadi puskesmas.

"Kami akan tingkatkan statusnya bukan lagi Pustu melainkan Puskesmas," kata Bupati Mimika Eltinus Omaleng, saat peletakan batu pertama gedung Puskesmas Ipaya, di Kampung Ipiri, Selasa.

Bupati Eltinus pada kesempatan yang sama mengatakan pembangunan gedung puskesmas tersebut sepenuhnya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat di tiga kampung yakni Ipiri, Paripi dan Yaraya yang disingkat Ipaya, dan selama ini terkendala akibat tidak tersedianya fasilitas yang layak.

Bangunan puskesmas yang diagendakan pembangunannya pascapenetapan APBD induk Mimika 2017 itu direncanakan dibangun dua lantai di atas tanah yang dihibahkan secara gratis oleh masyarakat setempat.

Sekretaris Distrik Amar, Anis Patiasina mengungkapkan apresiasi kepada Pemkab Mimika, khususnya Bupati Mimika yang memiliki perhatian kepada masyarakat pesisir pantai khususnya warga tiga kampung.

Ia juga berharap agar dengan dibangunnya gedung puskesmas dan peningkatan status Pustu Ipaya, pelayanan kesehatan di wilayah itu semakin maksimal.

Sejak didirikannya Pustu di Ipaya, para petugas kesehatan masih menggunakan rumah penduduk untuk melayani masyarakat termasuk tempat tinggal dan penampungan obat-obatan.

Salah satu petugas kesehatan di Pustu Ipaya mengaku bahwa pelayanan selama ini kurang maksimal akibat tidak adanya ruangan yang memadai.

Aktifitas pelayanan kesehatan di Pustu Ipaya dilaksanakan di ruang tamu berukuran empat meter persegi.

Di situ juga obat-obatan disimpan bersama dengan tempat pemeriksaan pasien dan tempat pemeriksaan ibu hamil.

"Apa boleh buat, kami berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat di sini," tutur Olianti Yusuf, salah satu bidan yang bertugas di Pustu Ipaya.

Selama ini pelayanan kesehatan di Pustu Ipaya dilaksanakan oleh lima petugas yang rata-rata adalah tenaga bidan. Tidak ada tenaga lain selain bidan yang melayani tiga kampung itu.

Untuk mengatasi keterbatasan tempat tinggal, mereka memberlakukan sistem sif. Mereka bergantian setiap bulannya melayani warga tiga kampung. (*)

Pewarta : Pewarta: Jeremias Rahadat
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024