Jayapura (Antara Papua) -Kapolda Papua Irjen Polisi Boy Rafli Amar memastikan pertikaian yang terjadi di Mulia, ibu kota Kabupaten Puncak Jaya akibat provokasi elite politik yang memanfaatkan masyarakat sehingga mereka yang menjadi korban.

Elite politik memberikan pendidikan yang tidak bagus kepada masyarakat dan mereka dieksploitasi.

"Saya sangat menyayangkan dan menyesalkan karena yang menjadi korban adalah masyarakat sehingga telah memerintahkan Kapolres Puncak Jaya untuk menindak tegas aksi tersebut," kata Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli kepada wartawan di Jayapura, Senin.

Dikatakan, aksi yang dilakukan saat ini sudah dapat dikategorikan perusuh sehingga dapat ditindak tegas termasuk dengan menembak para perusuh. Anggota dapat melumpuhkan dengan menembak bagian kaki guna menghindari lebih banyak korban yang jatuhnya.

"Kapolres Puja sudah saya perintahkan untuk mengambil tindakan tegas terhadap para perusuh termasuk menembak dibagian kaki ," kata Kapolda Papua disela sela kunjungannya melihat khitanan massal yang dilaksanakan dalam rangka HUT Bhayangkara ke 71 dii RS Bhayangkara Kotaraja, Kota Jayapura.

Kapolda Papua mengatakan, pihaknya menduga para pendukung pasangan calon yang senantiasa memprovokasi aksi dan menyerang ke kelompok lainnya sudah memiliki gambaran tentang hasil pilkada seperti apa sehingga melakukan aksi tersebut.

Padahal hingga kini belum ada putusan karena masih diproses di MK, kata Boy Rafli seraya mengatakan, akan melakukan kunjungan kerja ke Mulia, Selasa (4/7) untuk melihat langsung situasi didaerah itu.

Aksi saling serang dengan menggunakan senjata tradisional seperti panah megakibatkan sekitar 20 orang terluka, satu diantaranya meninggal dan 15 honai(rumah adat) dibakar.

Pilkada di Kabupaten Puncak Jaya diikuti tiga pasangan calon bupati dan wakil bupati yakni no urut 1 paslon Yustus Wonda-Kirenius Telenggen, Hanock Ibo-Rinus Telenggen dan Yuni Wonda-Deinas Geley.(*)

Pewarta : Pewarta: Evarukdijati
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024