Timika (Antara Papua) - Seorang guru honorer di Timika, Mimika, Provinsi Papua nyaris membakar diri saat aksi demonstrasi ratusan guru honorer yang menuntut insentif di kantor Dinas Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Mimika, di Timika, Senin.

Oknum guru yang niat berbuat nekat tersebut menyiramkan sebotol bensin di sekujur tubuhnya dan hendak menyalakan api dan membakar dirinya. Untung, aksi tersebut cepat diatasi oleh rekan guru yang lain dengan merampas korek api yang dipegangnya.

Aksi tersebut merupakan ungkapan kekesalan lantaran merasa tidak ditanggapi oleh Kepala Dinas Pendidikan Dasar (Dispendasbud) Mimika, Jenny O Usmani yang tak kunjung menemui para pendemo.

"Kita semua dianggap apa? Apa yang kita tuntut seakan tidak berarti di mata Dinas Pendidikan. Lebih baik kita buktikan kalau kita juga punya harga diri dan pantas didengar. Kenapa pemerintah tidak perduli dengan tuntutan kita?," kata oknum guru yang nyaris membakar diri tersebut.

Aksi bakar diri oknum guru tersebut nyaris terjadi setelah kurang lebih 15 menit sebelumnya Kapolsek Kuala Kencama, AKP Junan Plitomi bersama bebarapa anggotanya mencegat aksi bakar sampah dan ban bekas yang hendak dilakukan para guru pendemo.

"Saya tidak ijinkan kalau kalian lakukan aksi bakar ban dan sampah serta aksi anarkis lainnya di sini. Ini wilayah pengamanan saya, jadi saya punya hak dan wajib untuk mencegat kalian. Kalau kalian semua lakukan aksi bakar-bakar, maka itu akan menambah panjang persoalan dan menjebak diri kalian sendiri," kata Kapolsek Junan.

Junan mengatakan, demo telah dilaksnakan beberapa kali dengan santun dan dikawal ketat aparat kepolisian, namun merupakan hal yang tidak diperkenankan jika demo harus berubah anarkis.

Sementara itu para guru mengakui, aksi tersebut dilakukan karena aparat kepolisian bertindak seolah-olah sengaja membiarkan Kadispendasbud tidak hadir dan menjawab semua yang dituntut. Menurut para guru, hal itu terbukti pada aksi yang dilakukan sebelumnya, dimana Kadispendasbud menghilang seakan-akan dibiarkan pergi.

Para guru meminta agar pihak kepolisian harus bertindak netral agar kadispendasbud dihadirkan dan tidak pergi meninggalkan pendemo sebelum adanya titik temu atas persoalan insentif.

Menanggapi hal tersebut, Junan mengakui, aparat kepolisian tidak berwewenang untuk mengahdirkan Kadispendasbud dalam setiap aksi para guru, namun sebatas mengamankan situasi saat demo berlangsung.

"Saya ini penjaga keamanan saja, kalau kalian tuntut saya hadirkan ibu Jeni saat ini, itu tidak bisa karena itu bukan tugas saya," kata Junan.

Pantauan Antara di lokasi demo, aksi yang dilakukan kali ini sangat jauh berebada dengan beberapa waktu sebelumnya, di mana kekecewaan para guru pun kian menjadi-jadi sehingga harus membuktikan dengan sengaja memasang Spanduk bertuliskan, Jeni Usmani, Penipu Ulung dengan posisi Gambar terbalik.

Perwakilan guru pendemo, Hortensi Berkasa mengakui pemasangan spanduk dengan pemasangan foto terbalik tersebut menandakan saat ini Kadispendasbud Mimika tidak memiliki hati nurani sehingga gambarnya pun pantas dipasang terbalik.

"Secara kemanusiaan, seseorang yang tidak miliki hati nurani adalah orang yang berdiri bukan berpijak pada tumpuan kedua kaki, namun menggunakan kepala sehingga tidak bisa melihat dan mendengar apa yang ada disekelilingnya," ujar Berkasa.

Ia juga mengatakan jika seorang perempuan menjadi pemimpin harus memiliki hati lembut, bukan hati yang keras dan bertingkah brutal dengan hanya berkoar-koar di koran atau media pemberitaan lainnya.

"Dia itu perempuan, seorang ibu dan pejabat tinggi. Dia harus mempunyai hati nurani yang baik. Salah dan benar dia harus berani bertanggungjawab tanpa harus menghindar," kata Bepuasa.

Sejak para guru mendatangi Kantor Dispendasbud hingga membubarkan diri, tidak ada perwakilan Dispendasbud atau pejabat pemkab Mimika yang menerima aspirasi para guru honorer ini.(*)

Pewarta : Pewarta: Jeremias Rahadat
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024