Wamena (Antara Papua) - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua pada triwulan II tahun 2017 mengalami kenaikan 4,91 persen tahun per tahun (year on year/yoy) dibandingkan semester I pada tahun ini yang hanya mencapai 3,36 persen.

"Meskipun demikian, realisasi pertumbuhan ekonomi Papua tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,01 persen pada triwulan II tahun 2017," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Papua Joko Supratiko melalui siaran pers yang diterima Antara di Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, Kamis.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II itu dipengaruhi oleh kinerja lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang tumbuh signifikan dari 0,36 persen pada triwulan I menjadi 6,75 persen.

Kondisi itu dikatakan sejalan dengan meningkatkan penjualan konsentrat tembaga hasil tambang.

"Di sisi lain, lapangan usaha konstruksi mengalami penurunan dari 9,45 persen pada triwulan pertama menjadi 3,84 persen pada triwulan II tahun 2017 dan hal itu disebabkan karena rendahnya realisasi belanja APBD Papua," katanya.

Berdasarkan perkiraan BI, pertumbuhan ekonomi pada triwulan ke III lebih rendah dibandingkan triwulan II yaitu berada pada kisaran 2,9 persen sampai 3,3 persen.

"Melemahnya kinerja ekspor luar negeri menjadi salah satu faktor penyebab pertumbuhan seiring permasalahan ketenagakerjaan dan operasinal produksi lapangan usaha pertambangan," katanya.

Dari sisi inflasi, Joko mengatakan secara umum di Provinsi Papua pada triwulan II mencapai 3,10 persen atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,89 persen.

"Hal ini disebabkan karena rendahnya tekanan harga pada kelompok komoditas bahan makanan `volatile foods`. Pada triwulan II kelompok ini mengalami deflasi sebesar -1,68 persen," katanya. (*)

Pewarta : Pewarta: Marius Frisson Yewun
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024