Waropen (Antara Papua) - Warga yang berdomisili di Distrik Kiriho, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua menjual mi instan seharga Rp50 ribu per bungkus.
"Saya heran dan tidak percaya sekali kalau warga yang tinggal di Kirihi menjual satu bungkus supermi (mi instan) Rp50 ribu," kata dr Leonargo, dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang sudah setahun melakukan pelayanan kesehatan di Disrik Kirihi di Waropen, Jumat.
Ia mengaku baru mengetahui harga satu bungkus mi instan semahal itu ketika ia melakukan pelayanan kesehatan di salah satu kampung.
Saat itu salah seorang anak menangis sembari meminta bapaknya membelikan mi instan.
"Saya langsung bilang sama bapaknya, beli saja untuk anak bapak supaya dia tidak menangis lagi karena dia ingin makan super mie. Namun, bapaknya menjawab bahwa dokter supermie satu bungkus harganya Rp50 ribu, terlalu mahal," ujarnya.
"Nah dari situlah baru saya tahu kalau satu bungkus harga supermie sangat mahal, saya langsung ajak anak itu ikut saya ke rumah dan saya kasih empat bungkus supermie untuk dia karena masih ada stok saya," ujarnya.
Leonargo mengatakan warga Kirihi menganggap satu bungkus mi instan itu sangat istimewa bagi mereka sehingga dijual mahal. Biasanya warga memasak mi instan dicampur dengan nasi, namun dihaluskan kemudian dituang dalam nasi yang sementara mendidih.
"Satu bungkus supermie itu sampai empat kali dicampur dengan supermie, jadi satu bungkus supermie itu dihancurkan kemudian dipakai sedikit-sedikit campur nasi," ujarnya.
Kirihi adalah satu distrik terjauh dari Kabupaten Waropen, yang letaknya berbatasan langsung dengan Kabupaten Nabire.
Transportasi satu-satunya ke tempat itu dengan menggunakan pesawat berbadan kecil. (*)
"Saya heran dan tidak percaya sekali kalau warga yang tinggal di Kirihi menjual satu bungkus supermi (mi instan) Rp50 ribu," kata dr Leonargo, dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang sudah setahun melakukan pelayanan kesehatan di Disrik Kirihi di Waropen, Jumat.
Ia mengaku baru mengetahui harga satu bungkus mi instan semahal itu ketika ia melakukan pelayanan kesehatan di salah satu kampung.
Saat itu salah seorang anak menangis sembari meminta bapaknya membelikan mi instan.
"Saya langsung bilang sama bapaknya, beli saja untuk anak bapak supaya dia tidak menangis lagi karena dia ingin makan super mie. Namun, bapaknya menjawab bahwa dokter supermie satu bungkus harganya Rp50 ribu, terlalu mahal," ujarnya.
"Nah dari situlah baru saya tahu kalau satu bungkus harga supermie sangat mahal, saya langsung ajak anak itu ikut saya ke rumah dan saya kasih empat bungkus supermie untuk dia karena masih ada stok saya," ujarnya.
Leonargo mengatakan warga Kirihi menganggap satu bungkus mi instan itu sangat istimewa bagi mereka sehingga dijual mahal. Biasanya warga memasak mi instan dicampur dengan nasi, namun dihaluskan kemudian dituang dalam nasi yang sementara mendidih.
"Satu bungkus supermie itu sampai empat kali dicampur dengan supermie, jadi satu bungkus supermie itu dihancurkan kemudian dipakai sedikit-sedikit campur nasi," ujarnya.
Kirihi adalah satu distrik terjauh dari Kabupaten Waropen, yang letaknya berbatasan langsung dengan Kabupaten Nabire.
Transportasi satu-satunya ke tempat itu dengan menggunakan pesawat berbadan kecil. (*)