Berbekal pengalaman sebagai dosen ilmu pemerintahan di kampus Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ), Bonefasius Bao menerapkan ilmunya untuk terjun langsung dalam suksesi pesta demokrasi di beberapa kabupaten/kota di Papua.

Pria kelahiran Mataloko, Ngada, Provinsi NTT pada 44 tahun lalu tercatat sebagai Pantia Pengawas Pilkada Kabupaten Keerom pada 2005-2009, Panitia Pemilihan Distrik (PPD) Heram dalam Pilkada di Kota Jayapura pada 2011-2016 dan Pilgub Papua pada 2013-2018 dan Komisioner KPU Kabupaten Keerom pada 2013-2018 sebagai ketua.

Dengan pengalaman yang terbilang cukup itu, alumnus S2 dari Universitas Gajah Mada itu mampu melaksanakan pesta demokrasi di Kabupaten Keerom, meski sejumlah pihak menyangsikan hal tersebut berjalan lancar dan aman, karena beredar sejumlah isu yang tidak sedap.

Diantaranya soal isu rasial, jauhnya sejumlah kampung yang akan melaksanakan pilkada yang bisa berimbas pada terlambatnya penyaluran logistik pemilu, hingga hari H pencoblosan.

Namun itu semua, bisa diatasi oleh suami dari Cecylia Titik Pusparini yang dibantu oleh tiga orang rekannya sesama komisioner KPU Keerom yang berjalan solid, hingga terpilih dan dilantiknya Celcius Watae-Muh Markum sebagai bupati dan wakil bupati setempat.

"Pada pilkada di Keerom, kami hanya berempat saja komisionernya tapi bisa menggelarnya dengan lancar dan aman. Kuncinya adalah koordinasi, komumikasi dan kerja sama yang baik," kata Bonefasius.

Menyikapi pemilu 2019, Bonefasius yang sering menjadi pembicara dalam berbagai seminar itu mengaku telah melaksanakan sejumlah proses pentahapan pemilu, diantaranya verifikasi faktual 16 partai politik, sosialisasi alokasi kursi di DPRD setempat serta perekrutan atau penerimaan PPK dan PPS.

"Untuk pemilu 2019, KPU Kabupaten Keerom pada prinsipnya tetap profesional dan integritas melaksanakan pentahapan jadwal sesuai peraturan yang ada hingga pelaksanaannya nanti," katanya. (*)







 

Pewarta : Alfian Rumagit
Editor : Editor Papua
Copyright © ANTARA 2024