Timika (Antaranews Papua) - Para tokoh agama menyoroti konflik berkepanjangan antarkelompok warga di Kwamki Narama, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, dalam dialog lintas agama yang diselenggarakan oleh Kantor Kementerian Agama Mimika, di Timika, Kamis (15/3).

Tokoh agama yang bertindak sebagai narasumber dalam dialog tersebut, yakni Kepala Kantor Kementerian Agama Mimika Adrianus Utler, Pastor Hadrianus Wardjito selaku perwakilan tokoh agama Katolik, Steven Tan dari tokoh agama Budha, I Made Kembardana dari tokoh agama Hindu, Abdul Muthalib Elwahan tokoh agama Islam, Yasozishoki Zebua mewakili Kejari Mimika, Ketua FKUB Mimika, Iganitius Adii dan Jefry Hutagalung selaku tokoh agama Kristen.

Para tokoh agama bersepakat, apa yang terjadi di Kwamki Narama memang bukan konflik antaragama, tapi pelaku konflik adalah umat yang beragama sebab itu menjadi perhatian para tokoh agama di Mimika.

"Setelah pertemuan ini kita bentuk tim untuk mengindentifikasi akar persoalan di Kwamki Narama. Hasilnya akan jadi rekomendasi ke pemerintah daerah," kata Adrianus Utler dalam sesi dialog.

Warga yang berpartisipasi dalam dialog berharap para tokoh agama turun dan terlibat langsung membantu menangani persoalan konflik berkepanjangan di Kwamki Narama.

Tokoh agama menjawab, telah melaksanakan tugasnya melalui mimbar-mimbar setiap kali ibadah, selain adanya puluhan rumah ibadah di Kwamki Narama.

Apa yang terjadi di Kwamki Narama menurut mereka, adalah penggeseran nilai-nilai keagamaan oleh adat.

Warga tak lagi menjadikan nilai-nilai keagamaan sebagai pemandu dalam bersikap dan bertindak.

Jika agama jadi panduan maka konflik yang telah menelan banyak korban di Kwamki Narama tak akan terjadi.

Oleh karena itu, para tokoh agama itu bersepakat, setiap agama yang dianut di Indonesia sesungguhnya mengajarkan damai, kasih, cinta kepada sesama manusia dan alam semesta.

Para tokoh agama juga menyoroti absennya Pemerintah Kabupaten Mimika dalam menyelesaikan persoalan di Kwamki Narama kali ini.

Aparat keamanan seperti berperan sendiri menangani persoalan di sana.

Namun, aparat keamanan pun tak lolos dari kritik. Lemahnya penegakkan hukum di Kwamki Narama menimbulkan kesan terjadi pembiaran konflik. Sebab secara nyata, tindak melukai hingga menghilangkan nyawa manusia terjadi di Kwamki Narama. Sayangnya tak satupun pelaku yang ditangkap dan dimintai tanggung jawab di pengadilan.

Adrianus Utler sengaja mendesain dialog lintas agama itu untuk mendiskusikan persoalan hangat dan krusial yang terjadi di tengah masyarakat. Sebab beragama tak hanya menyangkut hubungan manusia dengan Sang Pencipta tapi juga mesti terlibat dan bergumul dengan masalah kehidupan sosial bermasyarakat. (*)

Pewarta : Jeremias Rahadat
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024