Seorang anak di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua bernama Agustina Logo berusia sembilan tahun yang meninggal dunia setelah disuntik vaksin campak dan rubella di Wamena, Selasa (14/8) siang, menarik perhatian berbagai pihak.

Dinas Kesehatan Provinsi Papua dan Dinkes Kabupaten Jayawijaya sementara ini masih berupaya mencari tahu penyebab kematian Agustina Logo itu.

Anak perempuan yang merupakan siswa Kelas III di SD Umpakalo itu dikabarkan sempat pingsan setelah disuntik vaksi imunisasi campak dan rubella (MR) oleh petugas medis di Wamena tersebut.

Petugas medis memberikan vaksin campak dan rubella kepada Agustina dan lima orang teman lainnya. Agustina merupakan siswa keenam yang disuntik vaksin campak dan rubella di sekolahnya itu.

Sesaat setelah disuntik, Agustina langsung pingsan sehingga dilarikan ke RSUD Wamena, namun dalam perjalanan tersebut anak itu diketahui sudah meninggal dunia.

Lima siswa lainnya yang sebelumnya disuntik vaksin MR bersama-sama dengan Agustina, dilaporkan dalam keadaan baik, atau tidak mengalami masalah apa-apa.

Seorang dari beberapa guru yang mengantar Agustina ke RSUD Wamena mengatakan bahwa anak tersebut memang pernah pingsan saat di sekolah. "Sering pingsan. Itu sudah lama," kata seorang guru di RSUD Wamena. Pertemuan penyelesaian kasus Agustina Logo, di Kabupaten Jayawijaya, yang meninggal dunia setelah disuntik vaksin campak dan rubella di Wamena, Selasa (14/8) siang (Antaranewspapua/Musa Abubar)
Lebih 100.000 Anak diimunisasi
Kampanye Imunisasi Campak, Rubella, dan Polio telah berjalan sejak 1 Agustus lalu di seluruh Provinsi Papua, termasuk Kabupaten Jayawijaya.

Hingga kini tercatat 133.025 dari 923.413 anak di seluruh Papua telah mendapatkan imunisasi tersebut, yakni 5.985 di antaranya merupakan anak-anak di Jayawijaya.

Hal ini sejalan dengan komitmen Papua untuk mencapai 100 persen cakupan imunisasi selama masa kampanye tersebut yaitu Agustus dan September 2018.

Dalam proses pelaksanaan imunisasi di Jayawijaya, Agustina Logo mendapatkan imunisasi di sekolahnya pada Selasa, 14 Agustus 2018 dan setelahnya pingsan, hingga nyawanya tidak tertolong di RSUD Wamena.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, drg. Aloysius Giay di Jayapura, Kamis, menyatakan bela sungkawa yang sebesar-besarnya kepada keluarga Agustina atas kejadian yang menimpa anak tersebut.

"Kami semua sudah bertemu langsung dengan pihak keluarga dan kami menyampaikan duka dan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya. Tentunya kami memberikan perhatian yang sangat serius terhadap kejadian ini dan akan ada investigasi untuk mencari tahu penyebabnya," kata Aloysius.

Perhatian Berbagai Pihak
Ditengah maraknya Kampanye Imunisasi Campak, Rubella dan Polio di seluruh Indonesia, banyak pihak memberikan perhatian serius terhadap kejadian ini.

Dalam waktu kurang dari 24 jam pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya telah mengirimkan laporan tertulis kepada Komisi Daerah Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KOMDA KIPI) Provinsi Papua.

Beberapa organisasi pun turut menyertai kedatangan Dinas Kesehatan Provinsi Papua di Wamena yaitu Dewan Adat Papua yang diwakili oleh Ketua 1 dan Ketua Wilayah Lapago serta UNICEF. Rombongan telah bertemu langsung dengan pihak keluarga untuk menyampaikan rasa duka cita yang sedalam-dalamnya.

"Dalam kejadian ini, jangan kita serta merta mengaitkan kejadian ini dengan imunisasi. Banyak hal yang bisa memengaruhi keadaan fisik anak, misalnya imunitas tubuhnya atau seberapa sehat si anak," ujar Aloysius.

Upaya Penyelesaian
Dari hasil pertemuan Rabu (15/8) dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya dan Puskesmas Kurulu, diketahui bahwa tujuh anak lainnya yang mendapatkan imunisasi dari vial atau botol yang sama dengan Agustina berada dalam kondisi baik.

"Oleh karena itu, saya mengajak kita semua untuk tetap tenang dan mempercayakan penyelidikan kejadian ini kepada KOMDA KIPI. KOMDA KIPI akan memberikan hasil penyelidikannya dalam waktu secepat-cepatnya," kata Aloysius.

Pada 2017 dalam pelaksanaan Kampanye Imunisasi Campak dan Rubella Fase I di seluruh provinsi di Pulau Jawa, 35 juta anak telah mendapatkan imunisasi tersebut.

Sedangkan di sini, dari jumlah cakupan imunisasi di Papua hingga kini yang mencapai lebih dari 130.000 anak, dari target sekitar 1 juta anak.

Vaksin aman
Saya sampaikan bagi kita semua bahwa vaksin ini aman. Demi melindungi anak-anak dan masa depan Papua, saya minta semua pihak untuk mendukung agar imunisasi Campak, Rubella dan Polio ini tetap dilanjutkan," ujarnya.

Menurut Aloysius, pihaknya telah berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya dan Puskesmas, tokoh adat dan tokoh agama, Kepala Kepolisian Resor Jayawijaya untuk memastikan anak-anak Papua memperoleh haknya atas imunisasi.

Ketua I Dewan Adat Papua, Weynand Watory menegaskan bahwa imunisasi ini merupakan satu-satunya cara untuk melindungi anak-anak dan masa depan Papua dari penyakit Campak, Rubella, dan Polio.

"Kita semua tentu merasakan duka yang sangat dalam dengan kejadian yang menimpa Anak Agustina. Saya mengajak kita masyarakat Papua untuk tetap tenang dan menunggu hasil investigasi," kata Weynand.

Menurut dia, masyarakat juga harus ingat bahwa imunisasi inilah yang dapat melindungi anak dari Campak, Rubella, dan Polio. Tiga penyakit ini sangat mengancam bagi generasi masa depan Papua, karena menyebabkan kecacatan bahkan kematian.

"Kita tidak mau KLB di Asmat beberapa waktu lalu terulang kembali dan merenggut kehidupan anak-anak kita," ujarnya.

Imunisasi sangatlah penting mengingat banyaknya kasus campak yang terjadi di Papua, seperti 66 kasus di Asmat, 38 kasus di Nduga, 40 kasus di Deiyai, tiga kasus di Pegunungan Bintang, tiga kasus di Boven Digoel dan satu kasus di Merauke.

Sedangkan kasus Rubella dari sampel yang diambil di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Keerom, Biak Numfor, dan Kabupaten Mimika mencapai angka sembilan kasus berdasarkan hasil laboratorium di Surabaya menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua tahun 2017.

Sekitar satu juta anak usia sembilan bulan sampai kurang dari 15 tahun akan menjadi sasaran vaksin Campak dan Rubella, serta Polio di Provinsi Papua.

Dampak Tidak Imunisasi
Hampir seluruh kabupaten di Provinsi Papua dinyatakan sebagai daerah yang rentan risiko dan atau sangat rentan risiko, karena faktor akses yang terbatas.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Papua Aaron Rumainum mengatakan penyakit Rubella terkadang tidak menunjukkan tanda-tanda signifikan atau jelas pada anak.

Akan tetapi, kata dia, jika dilakukan pencegahan sejak dini dapat menghindarkan anak dari kebutaan, kepala kecil, katarak hingga gangguan pendengaran.

Sementara itu, untuk campak, jika tidak dilakukan pencegahan sejak awal dapat menyebabkan anak terkena radang paru, radang otak, kebutaan hingga gizi buruk.

Kasus Polio sendiri, yang menyebabkan lumpuh layuh bahkan kematian, telah terjadi dalam tahun ini di negara tetangga Papua New Guinea.

Sebagai akibatnya, seluruh wilayah Provinsi Papua sangat rentan terhadap penularan virus ini.

Pewarta : Musa Abubar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024