Wamena (Antaranews Papua) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua melibatkan lintas sektor di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua guna melakukan koordinasi penguatan kebijakan lintas sektor terkait gerakan masyarakat hidup sehat (Germas).
   
Lintas sektor yang terlibat dalam kegiatan itu yakni Dinkes Jayawijaya, masing-masing puskesmas, tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala desa/kampung, tim penggerak PKK kabupaten/distrik, kepala distrik, Bappeda.
   
Selanjutnya, Biro humas dan protokol Kabupaten Jayawijaya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jayawijaya, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung Jayawijaya, Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Jayawijaya.Kemudian, Kandep Agama Kabupaten Jayawijaya, Dinas Perikanan dan Kelautan serta seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) terkait lainnya di Wamena.

Koordinasi itu berlangsung selama sehari yakni Rabu (19/9), di ruang rapat Kantor Bappeda Kabupaten Jayawijaya. Dua pemateri dalam momentum tersebut yakni Sem Kaiwai dan dr Yulen Kbarek dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

Ketua panitia Isai Komba dalam laporannya mengatakan Negara berkembang termasuk Indonesia mengalami perubahan pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular.

Perubahan pola penyakit ini disebabkan karena berubahnya periaku manusia. Pada era tahun 1990an,  adalah penyebab kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pemapasan Atas, TBC, Diare, dan lain-lain. Namun sejak tahun 2010, penyebab terbesar kesakitan dan kematian adalah akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti stroke, jantung dan kencing manis. PTM tidak hanya menyerang usia tetapi telah bergeser ke usia muda, terjadi di semua kalangan kaya dan miskin, tinggal di kota maupun di desa.
    Suasana para peserta melakukan peregangan ditempat kerja disela-sela koordinasi lintas sektor gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Rabu (19/9) (Antaranews Papua/Musa Abubar) Ia mengatakan kecanderungan kesakitan dan kematian akibat PTM ini menyebabkan beban biaya kesehatan semakin tinggi karena penanganannya membutuhkan biaya yang besar dan memerlukan teknologi tinggi.

Biaya untuk pengobatan PTM yang sangat besar dapat menyebabkan deficit JKN dan kemiskinan (pengeluaran katastropik). Setain itu, kecacatan dan kematian yang disebabkan olen kasus PTM juga menyebabkan hilangnya potensi/modal sumber daya manusia dan menurunnya produktivitas (productivity loss) yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembangunan sosiat dan ekonomi.

Meningkatnya PTM berkaitan dengan perubanan gaya nidup masyarakat yang semakin maju, informasi dan transportasi yang semakin mudah.

Faktor risiko penyebab penyakit Tidak Menular (PTM) yang terkait dengan berubahnya gaya hidup masyarakat diantaranya adalah  penduduk kurang beraktivitas fisik, contohnya banyak menghabiskan waktu dengan menonton TV, bermain game danterfalu lama di depan komputer. Hal ini dapat menyetabkan faktor risiko kegemukan.

Pola makan yang berubah dimana kecenderungan masyarakat untuk makan makanan olahan, siap saji, tnggi gula, garam dan lemak dan kurang makanan yang berserat seperti buah dan sayur menyebabkan gangguan pencernaan.
   
Faktor risiko seianjutnya adalah minum minuman berakohol. Kebisaan minum minuman beralkohol dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh dan berisiko kematian.

Kebiasaan merokok, yang dapat menyebabkan bermacam macam penyakit di antaranya kanker paru-paru, kanker mulut. 
   
Sementara Staf ahli Bupati Jayawijaya Sarira Paulus, disela-sela pembukaan kegiatan itu mengatakan pembangunan kesehatan menjadi investasi bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Pembangunan kesehatan merupakan suatu upaya meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan setiap individu untuk dapat berperilaku hidup sehat bagi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. 
   
Untuk mencapai maksud tersebut maka ditetapkan beberapa program salah satunya program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga. 
   
Seirinng dengan meningkatkan PTM, angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit Menular (PM) semakin menurun, waiaupun prevalensi PM masih cukup tinggi, salah satunya adalah TBC.

Indonesia peringkat tertinggi kedua jumlah kasus baru TBC di dunia Sebanyak 290.000 kasus TBC belum terjangkau dan terdeteksi Menurut data WHO (2017), saat ini terdapat 1.020.000 kasus baru TBC.1 orang dengan TBC aktif dapat menularkan ke 10-15 orang pertahunnya.
   
Selain kedua masalah diatas, kata dia, saat ini Indonesia juga masih mengalami masalah terkait gizi serius dan cakupan serta mutu imunisasi yang belum maksimal. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya prevalensi stunting (anak pendek) pada anak balita yaitu masih sebesar 37,2 persen (Riskesdas, 2013) dan sebanyak 1,7 Juta anak yang belum mendapat imunisasi dan imunisasinya tidak lengkap (Kemenkes, 2014 2018).
   
Stunting balita merupakan gambaran terjadinya gangguan pada pertumbunan fisik, pertumbuhan otak/kecerdasan, dan metabolisme tubuh. Sedangkan bagi anak yang tidak diimunisasi dasar lengkap, berisiko menimbulkan penyakit, kecacatan dan kematian.
   
Dengan demikian, stunting dan anak belum dimunisasi atau imunisasinya tidak lengkap dapat menjadi faktor penghambat dalam mewujdkan manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing," ujarnya.
   
Untuk itu, tambah dia, masalah gizi knususnya stunting serta cakupan dnn mutu imunisasi harus segera ditangani secara serius dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk lintas sektor," ujarnya.
   
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan salah satu upaya promotif-preventif yang dilakukan melalui pendekatan multi sektor.
   
Tujuan umum dari Gerakan Masyarakat hidup Sahat adaiah untuk menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular, baik kematian maupun kecacatan.
   
Menurunkan beban pembiayaan polayanan keschatan karena meninglatnya penyakit, menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk dan menghindarkan peningkatan beban finansial penduduk untuk pengeluaran kesehatan.
   
Setelah pembukaan, panitia pelaksana mengajak para peserta melakukan peregangan ditempat kerja yakni menggerakan badan, tangan serta kaki. Usai peregangan, peserta diajak untuk makan buah secara bersama.

Pewarta : Musa Abubar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024