Samarinda (Antaranews Papua) - Presiden Joko Widodo meminta daerah lain untuk mencontoh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) yang menginisiasi pembangunan APT Pranoto di Samarinda, ibu kota Provinsi Kaltim.

"Saya sangat hargai sekali inisiatif pembangunan APT Pranoto yang diinisiasi daerah. Pusat hanya mendorong sedikit anggarannya dan ini akan saya pakai agar daerah lain mencontoh yang dilakukan Kaltim," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada momentum peresmian Bandara Maratua dan Bandara APT Pranoto yang dilaksanakan di satu lokasi yaitu di Bandara APT Pranoto, di Samarinda, Kamis.  

Presiden mengatakan ketika dulu orang bicara ekonomi Indonesia selalu fokus ada di Jawa, tapi sekarang orang bicara ekonomi Indonesia mulai membahas potensi-potensi ekonomi, potensi-potensi pertumbuhan ekonomi luar Jawa, salah satunya Kaltim.

Menurut Presiden, dalam empat tahun ini mulai bermunculan kantong-kantong ekonomi luar daerah.

"Konektivitas baik bandara, pelabuhan, tol, penting. Ini bukan untuk gagah-gagahan, keren-kerenan," katanya.

Ia mengatakan mobilitas sangat penting karena infrastruktur bukan sekadar urusan ekonomi melainkan konektivitas antar wilayah.

"Mobilitas itu penting sekali dan infrastruktur bukan hanya urusan ekonomi, tapi urusan konektivitas," katanya.

Pembangunan Bandara APT Pranoto menelan biaya hingga Rp1,8 triliun dengan persentase kontribusi APBN Rp200 miliar dan sebagian besar dari APBD.

Bandara tersebut diupayakan untuk dikembangkan sebagai bandara yang lebih representatif dengan ukuran runway 2.250m x 45m, taxiway berukuran 173 x 23m, apron 300m x 123m, dan mampu melayani pesawat Boeing 737-900 ER.

Kini, spesifikasi Bandara APT Pranoto di sisi darat telah dibangun gedung terminal seluas 12.700 m2 mampu menampung penumpang dengan kapasitas 1.500.000 penumpang/tahun serta gedung hanggar seluas 36.342 m2.

Presiden tiba di Samarinda salah satunya untuk meresmikan dua bandara tersebut yang selama ini disebutnya sudah sangat ditunggu oleh masyarakat di wilayah tersebut.

Secara khusus ia meminta kepada jajarannya agar terminal diperluas dan penerbangan segera dioperasikan minimal ke Jakarta dan ke Surabaya maksimal dalam dua pekan ke depan.

Hadir dalam kesempatan tersebut Gubernur Kaltim Isran Noor, Menhub Budi Karya Sumadi, Menteri ATR/Kepala BPN Sofyan Djalil, dan Mensesneg Pratikno.

Presiden Joko Widodo juga menghendaki segera ada penerbangan dari Samarinda menuju Jakarta atau Surabaya dalam waktu dua pekan ke depan.

"Saya minta maksimal dua minggu harus ada penerbangan dari sini ke Jakarta atau dari sini ke Surabaya," kata Presiden Joko Widodo.

Awalnya ia dijanjikan waktu pengaktifan rute tersebut oleh Menteri Perhubungan dalam waktu sekitar 1,5-2 bulan ke depan.

Dalam arti bahwa penerbangan dari Samarinda menuju Jakarta atau Surabaya baru bisa dilakukan dari Bandara APT Pranoto Samarinda pada pertengah Desember 2018 atau bahkan awal 2019.

"Saya enggak mau, jangan ditepuki dulu. Tidak mau saya, terlalu lama," katanya.

Ia pun meminta izin-izin dipermudah sehingga penerbangan yang disebutnya telah lama ditunggu masyarakat itu dapat segera direalisasikan.

"Pesawatnya terserah mau pakai Garuda yang ke sini enggak apa, yang penting ada pesawat dari Samarinda menuju Jakarta, Samarinda menuju Surabaya. Ini perintah lagi," katanya.

Presiden mengaku sangat memahami keinginan masyarakat setempat yang selama ini selalu menempuh jalur darat dari Samarinda menuju Balikpapan jika akan mengakses Jakarta atau kota-kota besar yang lain.

"Saya ngerti ini ditunggu oleh masyarakat di Samarinda. Bener enggak? Kalau ada yang bilang enggak, maju. Saya batalkan perintah saya," katanya, hadirin pun bertepuk tangan dan bersorak.

Pada kesempatan yang sama, Presiden juga meminta jajarannya khususnya Menteri Perhubungan dan Gubernur Kaltim agar mengembangkan Bandara APT Pranoto dari sisi kapasitas.

"Sekarang terminalnya 12 ribu meter persegi. Saya minta maksimal dalam 3 tahun ke depan kalau potensinya betul-betul kapasitas sudah tidak muat bisa diloncatkan ke-36 ribu meter persegi. Ini perintah, Pak Gub, 12 ribu meter persegi ke 36 ribu meter persegi. Terserah, anggaran dari APBN silakan, dari APBD juga silakan, dari Angkasa Pura juga silakan," katanya.

Terlebih karena penumpang di Bandara itu kapasitasnya 1,5 juta dan memiliki potensi sampai di atas 5 juta penumpang pertahun.

"Oleh sebab itu tidak mungkin terminal ini cukup, harus diantisipasi dan segera bisa kita siapkan untuk diperluas kembali," katanya.

Kepala Negara menambahkan, selain Bandara APT Pranoto juga dikembangkan Bandara Maratua di Kabupaten Berau di Kepulauan Derawan untuk pengembangan pariwisata.
   
Ia menambahkan bandara tersebut bisa menjadi sebuah titik pertumbuhan ekonomi baru sebagai bandara yang dibangun penuh oleh APBN melalui Kementerian Perhubungan.
   
"Kita harapkan dengan hadirnya airport di Kepulauan Derawan, yaitu Bandara Maratua, saya harapkan turis yang datang ke sana akan semakin banyak," katanya.

Melayani 50 penerbangan
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menargetkan Bandara APT Pranoto di Samarinda Kaltim sanggup melayani 50 penerbangan per hari.

"Sekarang baru 16 tapi yang akan datang mininal 100 movement per hari. Kira-kira 50 flight per hari take off. Jadi kalo 50 x 200 sudah 10.000," kata Budi Karya Sumadi di Bandara APT Pranoto Samarinda, Kamis.

Bandara APT Pranoto adalah bandara pengganti Bandara Temindung yang sudah tidak bisa dikembangkan lagi karena runway sangat terbatas hanya berukuran 1.040m x 23m, berada di lokasi padat pemukiman sehingga keselamatan dan keamanan penerbangan sangat rawan.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mulai membangun Bandara APT Pranoto pada 2011 dan pada 2013 terminal selesai dibangun. Pembangunannya sempat terhenti sebelum dilanjutkan kembali pada awal 2015 dengan menyelesaikan bangunan sisi udara secara bertahap.

"Saya secara pribadi dan sebagai menteri mengapresiasi Pemda Kaltim yang mengalokasikan sejumlah dana untuk membangun bandara ini bersama APBN," katanya.

Bandara tersebut diupayakan untuk dikembangkan sebagai bandara yang lebih representatif dengan ukuran runway 2.250m x 45m, taxiway berukuran 173 x 23m, apron 300m x 123m, dan mampu melayani pesawat Boeing 737-900 ER.

"Jadi Airbus 320 semua seri, Boeing 747 bisa mendarat di sini, dan saat ini kita akan kembangkan (kapasitas penumpang) dengan 1,5 juta pax/tahun tapi ke depan dengan restu Pak Presiden kita akan mengusulkan bandara ini akan lebih besar lagi," katanya.

Pada 2016 diikuti dengan penyerahan bandara ini dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk dikembangkan dan dioperasikan.

Awal beroperasi, Bandara APT Pranoto melayani rute penerbangan dan penumpang yang selama ini beroperasi di Bandara Temindung, dan juga melayani penumpang dari Bandara Sepinggan Balikpapan karena 80 persen penumpang Sepinggan berasal dari sekitar Samarinda.

"Kalau kita lihat dari potensinya Kaltim dengan penduduk yang lebih dari 3-4 juta mestinya penumpangnya bisa sampai 5 juta, ultimatenya bisa sampai 5 juta," katanya.

Ia mengatakan pembangunan bandara tersebut menelan biaya hingga Rp1,8 triliun dengan persentase kontribusi APBN Rp200 miliar dan sebagian besar dari APBD.

Budi menambahkan, ke depan akan diupayakan bandara tersebut dikelola melalui mekanisme Kerja Sama Pengelolaan (KSP) antara Pemerintah dengan AP I.

"Memang kami akan upayakan bandara ini KSP kerja sama pengelolaan antara Pemerintah dengan AP I, mulai hari ini kami juga sudah menugaskan AP I untuk mulai mengoperasikan bandara ini agar pengelolaan lebih profesional dan tidak perlu melibatkan APBN," katanya.

Terkait beberapa titik akses menuju bandara yang masih sering menjadi daerah langganan banjir, Menhub mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan pemda untuk melakukan analisis dan tindak lanjut.

"Saya akan koordinasi dengan Pemda, saya pikir pemda sangat antusias untuk mengembangkan itu. Saya akan buat sesi khusus berkaitan dengan satu spot yang banjir apakah di jalan itu dinaikkan apakah kita lewat tentunya perlu analisis lebih dalam lagi," katanya.

Pewarta : Hanni Sofia
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024