Suasana posko antemortem Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto di Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (29/10) malam, semakin ramai dengan datangnya para keluarga korban musibah pesawat Lion Air JT 610.

Mereka datang ke tempat itu untuk melaporkan keluarganya yang menjadi penumpang pesawat tersebut.

Tenda yang baru didirikan pada siang hari sudah dilengkapi dengan kursi-kursi, sehingga para keluarga yang akan melapor dan menunggu antrean bisa sambil duduk untuk menenangkan diri.

Terlihat jelas suasana duka dan kecemasan dari wajah para keluarga korban Lion Air yang menunggu.  Mereka datang dengan membawa data-data dari keluarganya yang menjadi korban dari pesawat Lion Air.  Terlihat dua petugas mendata para keluarga korban secara bergiliran. Ada yang membawa fotokopi Kartu Tanda Penduduk, foto korban, fotokopi Kartu Keluarga (KK), rekam medis, dan fotokopi ijazah.

Pesawat Lion Air bernomor penerbangan JT 610 hilang kontak setelah 13 menit lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, pukul 06.20 WIB, melayani rute Jakarta-Pangkalpinang, Senin (29/10).  Pesawat Boeing 737-8 Max itu diperkirakan jatuh menghujam lautan sekitar 11 mil laut dari Tanjung Karawang, Jawa Barat.

Salah satunya yang datang ke rumah sakit itu adalah Dito. Ia keponakan korban bernama Dollar, anggota DPRD Pangkal Pinang. Ia datang ke tempat itu mengantarkan data-data milik Dollar, di mana data tersebut dikirim dari anaknya Dollar yang masih berada di Pangkal Pinang.

"Tadi saya yang memberikan data 'pa'cuk' (paman, red,.) kepada petugas yang dikirimkan anaknya dari Pangkal Pinang melalui WA," kata Dito saat ditemui di posko antemortem, Senin (29/10) malam.

Data yang diberikan di antaranya ciri-ciri fisiknya, foto terakhir, foto korban yang kelihatan giginya, KTP, sidik jari dari ijazahnya dan rekam medis.

Dito mengatakan omnya ke Jakarta untuk kunjungan kerja bersama beberapa anggota DPRD lainnya serta staf yang jumlahnya sekitar 42 orang. Ada yang menggunakan pesawat Sriwijaya.

Suasana malam itu, semakin mengharukan. Umumnya para keluarga korban menunggu kabar, ada yang melihat perkembangan dengan menonton televisi di ruang Sentra Visum dan Medikolega yang disiapkan pihak rumah sakit untuk keluarga korban untuk menunggu.

Pegawai Kemenkeu      
Dari penumpang yang menjadi korban pesawat Lion Air, ada 20 pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
    
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani mendatangi Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (29/10), pukul 20.40 WIB melihat para keluarga korban

Dia memasuki ruangan Sentra Visum dan Medikolegal dan berbicara dengan Kepala Rumah Sakit Polri Kramat Jati Kombes Pol Musyafak dan didampingi Dirjen Bea dan Cukai Heru Pambudi.

Sri Mulyani malam itu menggunakan kerudung nuansa batik hitam putih  dan baju lengan panjang warna hitam.

Ia kemudian mendatangi keluarga korban dan memeluk seorang perempuan tua. Terlihat wajah Menkeu Mulyani yang sedih, sedangkan perempuan tua dan beberapa keluarga korban yang dipeluknya menanggis terisak menahan kesedihan akan nasib yang menimpa anggota keluarganya.

Selanjutnya, Sri Mulyani menuju posko antemortem tempat keluarga korban memberikan data fisik korban

"Kami dari Kementerian Keuangan mengalami duka yang mendalam dari tadi melakukan identifikasi," kata dia.

Kebetulan dari Kemenkeu terdiri atas tiga direktorat, yakni Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Perbendaharaan dan Direktorat Kekayaan Negara semua korban 20 orang.

Pihaknya mendampingi keluarga korban untuk mendapat informasi, paling tidak memahami proses apa yang bisa mereka harapkan dari penanganan kecelakaan.

Kedatangannya ke RS Polri untuk mendapatkan informasi dari Kepala Rumah Sakit Polri Kombes Pol Musyafak mengenai proses yang akan dijalani, terhadap para korban. Diharapkan keluarga mendapat info dan kepastian mengenai keluarganya yang jadi korban

"Saya sebagai pimpinan Kemenkeu betul-betul merasa berduka, atas kehilangan staf kami.  Saya berharap Allah SWT, untuk menjaga, mengampuni dosa mereka dan mendapat tempat yang baik," katanya sambil terbata-bata menahan tangis.

Ia menyebut para korban, adalah mereka yang meninggal dalam tugas.

"Semoga keluarganya mendapat kesabaran dan ketabahan," katanya.

Selain Menkeu, malam itu datang juga Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek. Ia juga langsung memasuki ruang Sentra Visum dan Medikolega bertemu keluarga korban dan ke posko antermortem.

"Turut berduka cita atas musibah yang terjadi, kebanyakan yang kami lihat adalah abdi negara yang kembali bekerja," kata dia.

Adapun jumlah korban dari Kementerian Kesehatan empat dokter dan satu staf Kesehatan Pelabuhan yang akan kembali ke Pangkal Pinang.

"Kami berusaha mendapat data akurat.  Bantuan pasti diberikan, tapi kami ingin mendapatkan ketepatan," kata Nila.  

Ditambahkannya bahwa Posko Kesehatan Pelabuhan di Tanjung Priok  bekerja sama dengan Polri, Basarnas, dan lain-lain dalam penanganan musibah tersebut.

Pendampingan Psikologi
Pihak RS Polri pada Kamis (1/11) mulai melakukan pendampingan psikologi kepada para keluarga korban. Mereka dikumpulkan dalam satu ruangan di gedung Promoter.

"Untuk pelaksanaan pendampingan, ada 20 psikolog  dari Biro Psikologi Mabes Polri, Psikologi Polda, Psikologi Rumah Sakit Polri, dan ada tambahan dari Psikologi TNI Angkatan Udara," kata Kombes Polisi Musyafak.

Anggota Pendampingan Psikologi, AKP Angelia, mengatakan ada tiga lokasi pendampingan untuk keluarga korban.

Dijelaskannya bahwa kondisi para keluarga korban bermacam-macam, ada yang bisa menerima keadaan, ada yang belum bisa menerima terkait dengan musibah yang menimpa anggota keluarganya.

"Kami sampaikan jangkauan luas masih bisa menerima ataupun masih belum terima bisa info yang disampaikan," kata Angelia.

Salah satunya yang terlihat belum bisa menerima situasi itu, adalah Huzaijah (62). Ia termenung di depan gedung Promoter, kadang pindah ke mushala di area gedung tersebut untuk menunggu kabar tentang adik laki-lakinya bernama Eling Sutikno bersama istrinya, Jumaliah.

"Dulu kalau saya di SMA, Eling sekolah di STM, saya selalu diboncengnya ke sekolah naik sepeda saat di Pangkal Pinang," kata Ijah biasa dipanggil.

Matanya merawang sambil tersenyum, tiba-tiba nangis mengingat masa-masa kecilnya bersama Eling yang hanya terpaut umur kurang lebih setahun. Semasa kecil, mereka kadang berantem kecil dan iri-irian.

"Saya sudah ada 'feeling' waktu salah satu kakak saya mau naik haji, Eling itu ramah betul, kami lima bersaudara foto sana foto sini dan gembira. Istrinya Eling bilang kok mau pergi haji gembira-gembira kayak mau pergi jauh," kata perempuan yang menggunakan jilbab ini. Hal tersebut dianggap janggal karena Eling memiliki sifat yang agak diam.

Dia mengetahui kabar tentang musibah pesawat Lion Air sekitar pukul 07.00 WIB dari salah stasiun televisi.  Biasanya Eling jarang menggunakan pesawat Lion Air.  Kemudian ia mencoba menelepon Eling dan Jumaliah, namun tidak bisa.

Ijah semakin sedih dan jarang mau melihat perkembangan tentang musibah pesawat Lion Air di televisi. Setelah melihat adanya SIM A atas nama Eling Sutikno.

"Saya tahunya itu SIM punya Eling dari foto yang dikirim teman ke WA saya.  Langsung saya nangis," katanya.

Kini, Ijah sudah ikhlas terhadap musibah yang menimpa adik dan adik iparnya.

Tapi, dia masih berharap jasad keduanya ditemukan.

"Tapi kok lama betul belum teridentifikasi yah," kata Ijah kembali menangis dengan kedua tangannya menutup mulutnya menahan isakan.

Pewarta : Susylo Asmalyah
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024