Wamena (Antaranews Papua) - Sejumlah kepala keluarga di sekitar Kali Uwe, Kabupaten Jayawijaya, Papua, mengungsi bersama anak dan istri ke rumah sanak saudara akibat abrasi yang terus terjadi dan mengancam rumah mereka jatuh ke dalam sungai.
Tokoh Masyarakat Distrik Wouma, Isak Wuka di Wouma, Kabupaten Jayawijaya, Senin, mengatakan ada sekitar 20 rumah yang sudah hampir jatuh ke dalam Kali Uwe akibat abrasi.
"Ada 20 rumah di sekitar lokasi ini. Kami harap pemerintah melalui APBN bisa membuat penahan abrasi, karena kalau pakai APBD Jayawijaya tidak cukup," katanya.
Akibat hujan yang terjadi malam Senin, (2/12), jalan sepanjang sekitar 400 meter yang biasa digunakan oleh masyarakat juga putus terbawa arus.
Akses yang menghubungkan dua distrik yaitu Wouma dan kawasan pagelaran festival budaya lembah beliem (FBL) di Distrik Welesi terputus.
Warga Kampung Wesakin, Distrik Wouma, Maxi Hilapok mengatakan abrasi Kali Uwe yang menuju rumah warga, sudah berlangsung empat tahun dan pemerintah sudah melakukan normalisasi namun perlu adanya talud, agar permukiman warga dan jalan raya tidak roboh.
Ia mengatakan abrasi itu juga terjadi karena tidak ada ketegasan dari pemerintah terhadap aktivitas penggalian material yang dilakukan di kali tersebut.
"Kami lihat pemda tidak punya ketegasan untuk menghentikan galian C yang selama ini dilakukan dengan alat berat, sehingga arus air ini kencang," katanya.
Asisten II Sekda Jayawijaya Yohanes Katoleng mengimbau warga di sekitar Kali Uwe agar berhati-hati, dan tidak melakukan penambangan material.
Ia mengatakan pemerintah akan terus berkoordinasi dan mencari solusi untuk mengatasi persoalan tersebut.
"Sulit bagi pemda untuk melarang galian C, karena ini mata pencaharian masyarakat sekitar. Kalau pemda mau melarang, bisa menjadi masalah baru," katanya.
Berdasarkan pantauan Antara, ada sekitar tiga rumah yang hanya berjarak satu meter dengan bibir Kali Uwe, dan bisa dipastikan jika turun hujan maka rumah warga tersebut terjatuh ke dalam sungai.
Tokoh Masyarakat Distrik Wouma, Isak Wuka di Wouma, Kabupaten Jayawijaya, Senin, mengatakan ada sekitar 20 rumah yang sudah hampir jatuh ke dalam Kali Uwe akibat abrasi.
"Ada 20 rumah di sekitar lokasi ini. Kami harap pemerintah melalui APBN bisa membuat penahan abrasi, karena kalau pakai APBD Jayawijaya tidak cukup," katanya.
Akibat hujan yang terjadi malam Senin, (2/12), jalan sepanjang sekitar 400 meter yang biasa digunakan oleh masyarakat juga putus terbawa arus.
Akses yang menghubungkan dua distrik yaitu Wouma dan kawasan pagelaran festival budaya lembah beliem (FBL) di Distrik Welesi terputus.
Warga Kampung Wesakin, Distrik Wouma, Maxi Hilapok mengatakan abrasi Kali Uwe yang menuju rumah warga, sudah berlangsung empat tahun dan pemerintah sudah melakukan normalisasi namun perlu adanya talud, agar permukiman warga dan jalan raya tidak roboh.
Ia mengatakan abrasi itu juga terjadi karena tidak ada ketegasan dari pemerintah terhadap aktivitas penggalian material yang dilakukan di kali tersebut.
"Kami lihat pemda tidak punya ketegasan untuk menghentikan galian C yang selama ini dilakukan dengan alat berat, sehingga arus air ini kencang," katanya.
Asisten II Sekda Jayawijaya Yohanes Katoleng mengimbau warga di sekitar Kali Uwe agar berhati-hati, dan tidak melakukan penambangan material.
Ia mengatakan pemerintah akan terus berkoordinasi dan mencari solusi untuk mengatasi persoalan tersebut.
"Sulit bagi pemda untuk melarang galian C, karena ini mata pencaharian masyarakat sekitar. Kalau pemda mau melarang, bisa menjadi masalah baru," katanya.
Berdasarkan pantauan Antara, ada sekitar tiga rumah yang hanya berjarak satu meter dengan bibir Kali Uwe, dan bisa dipastikan jika turun hujan maka rumah warga tersebut terjatuh ke dalam sungai.