Jayapura  (ANTARA News Papua) - Pejabat Kodam XVII/Cenderawasih membantah sekaligus mengklarifikasi penggunaan bom oleh personel TNI ketika melakukan evakuasi belasan korban penembakan di Yigi,  Yal dan Mbua Kabupaten Nduga, Papua pada awal Desember lalu.
   
Bantahan tersebut disampaikan oleh Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf M Aidi yang didampingi Kapaldam Kolonel Cpl Dwi Soemartono di Makodam Cenderawasih Bukit Polimak,  Kota Jayapura, Papua,  Kamis. 
   
"Saya ingin menjelaskan bahwa yang digunakan itu bukan bom,  tapi granat tangan asap," katanya di hadapan puluhan wartawan media cetak dan elektronik di Kota Jayapura. 
     
Menurut dia, personil TNI di Nduga tidak pernah menggunakan bom sebagaimana diberitakan oleh media internasional yang hanya mendapatkan informasi sepihak. 
   
"Bahkan informasi itu ikut disebar oleh oknum warga dan pebajat di Papua,  tanpa mengecek kembali keabsahan berita yang diterima.  Maka pada kesempatan ini,  ingin kami sampaikan bahwa TNI tidak gunakan bom fosfor seperti diberitakan," katanya. 
   
Selain mengklarifikasi terkait bom,  Aidi juga menunjukkan gambar seorang anak pejabat Kabupaten Nduga yang memegang bendera bintang kejora dalam akun instagram bernama "rockdoggs".
   
"Ini di instagram,  seorang anak yang memegang bendera. Kami menduga dia adalah anak Bupati Yairus Gwijangge. Dalam instagram ini,  banyak foto, nanti bisa dilihat," katanya. 
   
Aidi meminta agar Bupati Nduga Yairus Gwijangge mengklarifikasi soal gambar anak atau pemuda yang diduga adalah anaknya yang sedang menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi di luar negeri. 
   
"Harapannya Pak Bupati Yairus Gwijangge bisa klarifikasi foto-foto dalam instagram yang dimaksud.  Jelaskan, foto itu maksudnya apa. Apalagi selama peristiwa di Nduga, Bupati Yairus Gwijangge  kami dapat informasi tidak ada di tempat, " kata Aidi. 
   
Sementara itu,  Dwi Soemartono menunjukkan dan menjelaskan kegunaan granat tangan asap dan GLM yang ramai diberitakan.
   
"Ini granat tangan asap,  digunakan oleh semua pasukan infantri di lapangan,  bahkan diseluruh dunia. Biasanya dipakai untuk menunjukkan lokasi pendaratan helikopter dilapangan, bukan untuk menyerang," katanya mencontohkan granat tangan asap buatan Pindad. 
   
Pada momentum itu, Dwi mengajak wartawan untuk mempraktekkan dan melihat langsung granat tangan asap ketika digunakan dilapangan. 
   
"Jadi,  granat ini berupa asap,  ada yang warna ungu, hijau,  dan kuning.  Tergantung penggunaanya. Setelah pin pegunci ditarik atau dilepas,  langsung dibuang ke tanah, dan keluarlah asap berwarna, " katanya. 
   
Dwi memastikan bahwa granat tangan asap tidak untuk melukai sebagaimana dituding oleh pihak tertentu. 
   
"Jadi,  granat tangan asap tidak untuk membunuh.  Kecuali pelemparan granat tangan asap mengenai orang karena bahannya kan terbuat dari material keras," katanya. 

 

Pewarta : Alfian Rumagit
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024