Timika (ANTARA) - Persediaan beras di gudang Bulog Timika, Papua, sekarang ini sebanyak 1.250 ton untuk kebutuhan dua bulan ke depan.
Kepala Seksi Logistik (Bulog) Timika Sulaimi, di Timika, Rabu, mengatakan untuk memenuhi kebutuhan stok maka dalam waktu dekat akan masuk lagi sebanyak 1.000 ton beras ke gudang Bulog Timika pengiriman dari Wajo, Sulawesi Selatan.
"Kebutuhan beras untuk wilayah Timika dan sekitarnya setiap bulan sekitar 700-an ton untuk penyaluran bansos rastra, golongan anggaran dan TNI-Polri. Kalau ada stok lebih maka kami distribusikan ke Wamena. Sampai Maret ini kami sudah mengirim 500 ton ke Wamena," kata Sulaimi di Timika.
Menurut dia, permintaan beras ke Wajo, Sulawesi Selatan, seluruhnya mencapai 2.000 ton. Namun pengiriman beras ke Timika melalui kapal dari Makassar dilakukan secara bertahap masing-masing 1.000 ton lantaran gudang Bulog Timika kurang memadai. Saat ini Bulog Timika mengoperasikan dua gudang penyimpanan beras, masing-masing berkapasitas 1.000 ton.
"Kami memang mengupayakan stok beras di gudang Timika minimal 3.000 ton karena selain untuk memenuhi kebutuhan di Kabupaten Mimika dan Puncak, juga untuk penyaluran ke Wamena. Belum lagi kami harus menyiagakan terus beras cadangan pemerintah untuk kegiatan operasi pasar dan antisipasi jika terjadi bencana," jelas Sulaimi.
Pihak Bulog Timika telah mengajukan usulan pembangunan gudang baru berkapasitas 500 ton hingga 1.000 ton khusus untuk menampung barang komersial yaitu beras premium, gula pasir curah, minyak goreng curah, tepung terigu dan aneka barang kebutuhan pokok lainnya.
"Kami sudah ajukan ke pusat bersama rencana anggaran pembiayaan (RAP)-nya, tapi sampai sekarang belum ada jawaban. Kami menunggu keputusan dari pimpinan, apakah disetujui atau tidak. Yang jelas Timika sangat membutuhkan penambahan gudang komersial. Lahan kami juga masih cukup luas untuk dibangun gudang baru," jelas Sulaimi.
Sesuai perintah dari Kementerian Perdagangan, jajaran Bulog Timika hingga kini juga masih menggelar operasi pasar beras cadangan pemerintah di sejumlah pasar di Kota Timika seperti Pasar Gorong-gorong dan Pasar Sentral serta melalui agen Rumah Pangan Kita/RPK. Kegiatan operasi pasar tersebut bertujuan untuk menstabilkan harga beras di pasaran.
Sulaimi mengatakan Harga Eceran Tertinggi/HET beras jenis medium untuk operasi pasar di wilayah Papua yang ditentukan dari pusat sebesar Rp10.250 per kilogram. Namun mengingat persediaan beras medium di Timika cukup memadai yang bersumber dari beras jatah golongan anggaran dan TNI-Polri maka HET beras operasi pasar ditetapkan Rp10 ribu per kilogram.
"Kami menekankan kepada pedagang untuk menjual harga beras operasi pasar dengan harga Rp10 ribu per kilogram. Dengan harga seperti itu, mereka sudah mendapatkan margin keuntungan karena kami menjual ke mereka dengan harga Rp9.150 per kilogram. Kalau mereka menjual lebih dari Rp10 ribu per kilogram maka kami tidak akan layani lagi kepada yang bersangkutan, apalagi mereka sudah membuat pernyataan untuk tidak menjual lebih dari harga yang ditentukan," jelas Sulaimi.
Kepala Seksi Logistik (Bulog) Timika Sulaimi, di Timika, Rabu, mengatakan untuk memenuhi kebutuhan stok maka dalam waktu dekat akan masuk lagi sebanyak 1.000 ton beras ke gudang Bulog Timika pengiriman dari Wajo, Sulawesi Selatan.
"Kebutuhan beras untuk wilayah Timika dan sekitarnya setiap bulan sekitar 700-an ton untuk penyaluran bansos rastra, golongan anggaran dan TNI-Polri. Kalau ada stok lebih maka kami distribusikan ke Wamena. Sampai Maret ini kami sudah mengirim 500 ton ke Wamena," kata Sulaimi di Timika.
Menurut dia, permintaan beras ke Wajo, Sulawesi Selatan, seluruhnya mencapai 2.000 ton. Namun pengiriman beras ke Timika melalui kapal dari Makassar dilakukan secara bertahap masing-masing 1.000 ton lantaran gudang Bulog Timika kurang memadai. Saat ini Bulog Timika mengoperasikan dua gudang penyimpanan beras, masing-masing berkapasitas 1.000 ton.
"Kami memang mengupayakan stok beras di gudang Timika minimal 3.000 ton karena selain untuk memenuhi kebutuhan di Kabupaten Mimika dan Puncak, juga untuk penyaluran ke Wamena. Belum lagi kami harus menyiagakan terus beras cadangan pemerintah untuk kegiatan operasi pasar dan antisipasi jika terjadi bencana," jelas Sulaimi.
Pihak Bulog Timika telah mengajukan usulan pembangunan gudang baru berkapasitas 500 ton hingga 1.000 ton khusus untuk menampung barang komersial yaitu beras premium, gula pasir curah, minyak goreng curah, tepung terigu dan aneka barang kebutuhan pokok lainnya.
"Kami sudah ajukan ke pusat bersama rencana anggaran pembiayaan (RAP)-nya, tapi sampai sekarang belum ada jawaban. Kami menunggu keputusan dari pimpinan, apakah disetujui atau tidak. Yang jelas Timika sangat membutuhkan penambahan gudang komersial. Lahan kami juga masih cukup luas untuk dibangun gudang baru," jelas Sulaimi.
Sesuai perintah dari Kementerian Perdagangan, jajaran Bulog Timika hingga kini juga masih menggelar operasi pasar beras cadangan pemerintah di sejumlah pasar di Kota Timika seperti Pasar Gorong-gorong dan Pasar Sentral serta melalui agen Rumah Pangan Kita/RPK. Kegiatan operasi pasar tersebut bertujuan untuk menstabilkan harga beras di pasaran.
Sulaimi mengatakan Harga Eceran Tertinggi/HET beras jenis medium untuk operasi pasar di wilayah Papua yang ditentukan dari pusat sebesar Rp10.250 per kilogram. Namun mengingat persediaan beras medium di Timika cukup memadai yang bersumber dari beras jatah golongan anggaran dan TNI-Polri maka HET beras operasi pasar ditetapkan Rp10 ribu per kilogram.
"Kami menekankan kepada pedagang untuk menjual harga beras operasi pasar dengan harga Rp10 ribu per kilogram. Dengan harga seperti itu, mereka sudah mendapatkan margin keuntungan karena kami menjual ke mereka dengan harga Rp9.150 per kilogram. Kalau mereka menjual lebih dari Rp10 ribu per kilogram maka kami tidak akan layani lagi kepada yang bersangkutan, apalagi mereka sudah membuat pernyataan untuk tidak menjual lebih dari harga yang ditentukan," jelas Sulaimi.