Timika (ANTARA) - Perwakilan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) bersama Dinas Kesehatan Provinsi Papua beberapa hari lalu mengunjungi Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika untuk mendorong rumah sakit itu melakukan surveilens kasus lumpuh layu.
Wakil Direktur bidang pelayanan RSMM Timika, Dr Theresia Nina N di Timika, Sabtu, mengatakan kegiatan surveilens kasus lumpuh layu kembali dilakukan mengingat belum lama ini telah terdeteksi pasien kasus tersebut di negara tetangga, Papua Nugini bahkan juga ditemukan kasus serupa di Kabupaten Yahukimo.
"Tidak semua kasus lumpuh layu itu berarti positif polio. Terdapat sekitar 22 gejala klinis yang harus kami sortir untuk kasus lumpuh layu," ujar Theresia.
Theresia mengatakan upaya pencegahan kasus polio maupun lumpuh layu melalui pemberian vaksin pada anak-anak balita hingga usia 15 tahun.
Namun pemberian vaksin polio seringkali mendapat hambatan berat dari para orang tua, dimana ada kelompok tertentu yang tidak menghendaki putra-putri mereka diberikan imunisasi polio.
"Semua itu kembali kepada kesadaran orang tua, ada yang tidak rutin membawa anak-anaknya untuk mendapatkan imunisasi, bahkan ada kelompok yang anti vaksin. Penolakan terhadap pemberian vaksin itu berisiko munculnya kembali penyakit-penyakit yang dulu sudah hampir punah," kata Theresia.
Menurut dia, WHO merekomendasikan khusus di wilayah Papua agar pemberian vaksin termasuk vaksin polio terus dilakukan kepada anak-anak usia 0-15 tahun untuk mengeliminasi penyakit-penyakit menular terutama yang ditularkan melalui virus.
"Dengan adanya temuan kasus polio di PNG dan terakhir di Yahukimo itu WHO memang merekomendasikan vaksinasi terus dilakukan. Kalau ada kelompok-kelompok yang anti vaksin, tentu ini menyulitkan upaya kita bersama untuk memberantas penyakit-penyakit menular tersebut," jelasnya.
Hingga akhir Maret lalu, sebanyak 34.583 anak usia 0 tahun hingga 15 tahun di Kabupaten Mimika telah menerima imunisasi polio yang khusus digelar menyikapi merebaknya kasus polio di Kabupaten Yahukimo baru-baru ini.
Penanggung Jawab Imunisasi pada Dinas Kesehatan Mimika, Usman La Ali Muda di Timika, Selasa, mengatakan kegiatan sub PIN Polio 2019 di Mimika menyasar sekitar 57.354 anak.
"Secara resmi kegiatan sub PIN Polio dimulai 18 Maret. Beberapa Puskesmas memulai lebih awal agar menyasar lebih banyak anak mengingat pengalaman sebelumnya banyak orang tua di Timika tidak menghendaki anaknya diberikan imunisasi polio," kata Usman.
Program Sub PIN Polio kepada anak usia 0 tahun hingga 15 tahun merupakan perintah Kementerian Kesehatan RI kepada semua kabupaten/kota di Provinsi Papua dan Papua Barat menyikapi temuan kasus polio di Yahukimo pada Januari lalu.
Pada 2018, semua daerah di Papua dan Papua Barat juga menggelar kegiatan imunisasi massal campak, rubela ditambah polio kepada anak usia 0 tahun hingga 15 tahun lantaran adanya temuan kasus polio di negara tetangga, Papua Nugini.
Indonesia sendiri telah dinyatakan sebagai negara bebas dari kasus polio oleh badan kesehatan dunia (WHO).
Wakil Direktur bidang pelayanan RSMM Timika, Dr Theresia Nina N di Timika, Sabtu, mengatakan kegiatan surveilens kasus lumpuh layu kembali dilakukan mengingat belum lama ini telah terdeteksi pasien kasus tersebut di negara tetangga, Papua Nugini bahkan juga ditemukan kasus serupa di Kabupaten Yahukimo.
"Tidak semua kasus lumpuh layu itu berarti positif polio. Terdapat sekitar 22 gejala klinis yang harus kami sortir untuk kasus lumpuh layu," ujar Theresia.
Theresia mengatakan upaya pencegahan kasus polio maupun lumpuh layu melalui pemberian vaksin pada anak-anak balita hingga usia 15 tahun.
Namun pemberian vaksin polio seringkali mendapat hambatan berat dari para orang tua, dimana ada kelompok tertentu yang tidak menghendaki putra-putri mereka diberikan imunisasi polio.
"Semua itu kembali kepada kesadaran orang tua, ada yang tidak rutin membawa anak-anaknya untuk mendapatkan imunisasi, bahkan ada kelompok yang anti vaksin. Penolakan terhadap pemberian vaksin itu berisiko munculnya kembali penyakit-penyakit yang dulu sudah hampir punah," kata Theresia.
Menurut dia, WHO merekomendasikan khusus di wilayah Papua agar pemberian vaksin termasuk vaksin polio terus dilakukan kepada anak-anak usia 0-15 tahun untuk mengeliminasi penyakit-penyakit menular terutama yang ditularkan melalui virus.
"Dengan adanya temuan kasus polio di PNG dan terakhir di Yahukimo itu WHO memang merekomendasikan vaksinasi terus dilakukan. Kalau ada kelompok-kelompok yang anti vaksin, tentu ini menyulitkan upaya kita bersama untuk memberantas penyakit-penyakit menular tersebut," jelasnya.
Hingga akhir Maret lalu, sebanyak 34.583 anak usia 0 tahun hingga 15 tahun di Kabupaten Mimika telah menerima imunisasi polio yang khusus digelar menyikapi merebaknya kasus polio di Kabupaten Yahukimo baru-baru ini.
Penanggung Jawab Imunisasi pada Dinas Kesehatan Mimika, Usman La Ali Muda di Timika, Selasa, mengatakan kegiatan sub PIN Polio 2019 di Mimika menyasar sekitar 57.354 anak.
"Secara resmi kegiatan sub PIN Polio dimulai 18 Maret. Beberapa Puskesmas memulai lebih awal agar menyasar lebih banyak anak mengingat pengalaman sebelumnya banyak orang tua di Timika tidak menghendaki anaknya diberikan imunisasi polio," kata Usman.
Program Sub PIN Polio kepada anak usia 0 tahun hingga 15 tahun merupakan perintah Kementerian Kesehatan RI kepada semua kabupaten/kota di Provinsi Papua dan Papua Barat menyikapi temuan kasus polio di Yahukimo pada Januari lalu.
Pada 2018, semua daerah di Papua dan Papua Barat juga menggelar kegiatan imunisasi massal campak, rubela ditambah polio kepada anak usia 0 tahun hingga 15 tahun lantaran adanya temuan kasus polio di negara tetangga, Papua Nugini.
Indonesia sendiri telah dinyatakan sebagai negara bebas dari kasus polio oleh badan kesehatan dunia (WHO).