Timika (ANTARA) - Sebanyak lima putra Amungme Kamoro resmi menjadi calon taruna penerbang program kerja sama antara Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro (LPMAK) dengan Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi, setelah dinyatakan lulus seleksi.
Kepala Biro Humas tim transisi LPMAK, Thobias Maturbongs di Timika, Minggu, mengatakan pemberitahuan kelulusan lima putra suku Amungme dan Kamoro itu berdasarkan hasil seleksi dan rapat pembahasan pihak Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi pada 17 Juni lalu.
Pemberitahuan tersebut disampaikan melalui surat nomor SM.501/1/1/Api.Bwi-19. Melalui surat tersebut disampaikan calon-calon taruna yang telah lulus seleksi yang digelar pada 20 – 24 Mei 2019.
Yang lulus seleksi yaitu empat putra suku Amungme atas nama Ferdy Iriansa Timang, Nataliu Edison Mom, Opinus Oscar Beanal dan Patrotinus Kum. Sementara satu-satunya putra suku Kamoro yaitu Mikel Waoteyau.
Sebelumnya, sebanyak tujuh putra dan putri suku Amungme dan empat putra suku Kamoro dikirim LPMAK ke Banyuwangi untuk mengikuti serangkaian seleksi penerimaan calon taruna penerbangan.
Berdasarkan kesepakatan bersama pihak Akademi Penerbang Indonesia banyuwangi untuk tahun pertama ini, LPMAK diberikan kuota calon taruna sebanyak lima orang.
Dengan demikian lima orang yang telah dipilih tersebut adalah calon taruna terbaik yang siap dan mampu menyelesaikan pendidikannya.
Calon Taruna Akademi Penerbang Banyuwangi asal Papua saat mengikuti serangkaian seleksi. Sebanyak lima orang calon taruna penerbang program kerja sama antara Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme Kamoro (LPMAK) dengan Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi, dinyatakan lulus seleksi. (Dokumen LPMAK/Jeremias Rahadat)
“Kelima calon taruna ini sebelumnya akan mengikuti program persiapan pra pendidikan di Banyuwangi selama kurang lebih dua bulan dan selanjutnya baru akan mengikuti pendidikan taruna penerbangan selama 18 bulan,” kata Thobias.
Thobias juga mengungkapkan bahwa ini untuk pertama kalinya anak suku Kamoro menjadi taruna penerbang. Mikel Waoteyau menjadi orang pertama suku Kamoro yang akan mengenyam pendidikan di sekolah penerbangan. Untuk itu diharapkan Mikel dapat menyelesaikan studinya dengan baik dan menjadi pilot pertama suku Kamoro.
Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro, sebagai pengelolah dana kemitraan PT Freeport Indonesia melaksanakan program pengembangan masyarakat salah satunya bidang pendidikan.
Melalui Biro Pendidikan LPMAK, putra dan putri Amungme dan Kamoro serta lima suku kekerabatan yaitu Dani, Damal, Mee, Moni dan Nduga diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan di berbagai tingkat. Dengan program beasiswa, putra dan putri tujuh suku diberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan hingga ke jenjang tinggi di sejumlah perguruan baik di dalam negeri maupun luar negeri termasuk di sekolah penerbangan.
Sesuai dengan data biro pendidikan, tercatat sudah sebanyak enam pilot asli tujuh suku yang berhasil dicetak melalui program beasiswa LPMAK.
Keenam pilot tersebut yaitu, Nalion Jangkup lulusan AERO Flyer Institute tahun 2011 dan saat ini sebagai pilot di PT Aviastar dan melayani penerbangan Timika – Nabire.
Nathan Aim lulusan AERO Flyer Institute tahun 2012 dan kini sebagai pilot di PT Aviastar dan melayani penerbangan di Biak.
Otenus Hagabal, lulusan AERO Flyer Institute tahun 2012 dan saat ini sebagai pilot di Wings Air dan melayani penerbangan Biak – Timika.
Alion Belau lulusan Ganesha Flight School tahun 2015 dan saat ini menjadi pilot di Asian one air dan melayani penerbangan di area Mimika. Amianus Wamang, lulusan Ganesha Flight School tahun 2017 dan kini menjadi pilot di Asian one air dan melayani penerbangan Timika – Beoga – Ilaga.
Herman Zonggonau lulusan Ganesha Flight School tahun 2017 dan saat ini menjadi AMA dan melayani penerbangan di area Jayapura.
Selain enam pilot tersebut, LPMAK juga melalui program beasiswa umum memberikan bantuan biaya studi kepada sejumlah pilot asal tujuh suku lainnya. (*/adv)
Kepala Biro Humas tim transisi LPMAK, Thobias Maturbongs di Timika, Minggu, mengatakan pemberitahuan kelulusan lima putra suku Amungme dan Kamoro itu berdasarkan hasil seleksi dan rapat pembahasan pihak Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi pada 17 Juni lalu.
Pemberitahuan tersebut disampaikan melalui surat nomor SM.501/1/1/Api.Bwi-19. Melalui surat tersebut disampaikan calon-calon taruna yang telah lulus seleksi yang digelar pada 20 – 24 Mei 2019.
Yang lulus seleksi yaitu empat putra suku Amungme atas nama Ferdy Iriansa Timang, Nataliu Edison Mom, Opinus Oscar Beanal dan Patrotinus Kum. Sementara satu-satunya putra suku Kamoro yaitu Mikel Waoteyau.
Sebelumnya, sebanyak tujuh putra dan putri suku Amungme dan empat putra suku Kamoro dikirim LPMAK ke Banyuwangi untuk mengikuti serangkaian seleksi penerimaan calon taruna penerbangan.
Berdasarkan kesepakatan bersama pihak Akademi Penerbang Indonesia banyuwangi untuk tahun pertama ini, LPMAK diberikan kuota calon taruna sebanyak lima orang.
Dengan demikian lima orang yang telah dipilih tersebut adalah calon taruna terbaik yang siap dan mampu menyelesaikan pendidikannya.
“Kelima calon taruna ini sebelumnya akan mengikuti program persiapan pra pendidikan di Banyuwangi selama kurang lebih dua bulan dan selanjutnya baru akan mengikuti pendidikan taruna penerbangan selama 18 bulan,” kata Thobias.
Thobias juga mengungkapkan bahwa ini untuk pertama kalinya anak suku Kamoro menjadi taruna penerbang. Mikel Waoteyau menjadi orang pertama suku Kamoro yang akan mengenyam pendidikan di sekolah penerbangan. Untuk itu diharapkan Mikel dapat menyelesaikan studinya dengan baik dan menjadi pilot pertama suku Kamoro.
Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro, sebagai pengelolah dana kemitraan PT Freeport Indonesia melaksanakan program pengembangan masyarakat salah satunya bidang pendidikan.
Melalui Biro Pendidikan LPMAK, putra dan putri Amungme dan Kamoro serta lima suku kekerabatan yaitu Dani, Damal, Mee, Moni dan Nduga diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan di berbagai tingkat. Dengan program beasiswa, putra dan putri tujuh suku diberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan hingga ke jenjang tinggi di sejumlah perguruan baik di dalam negeri maupun luar negeri termasuk di sekolah penerbangan.
Sesuai dengan data biro pendidikan, tercatat sudah sebanyak enam pilot asli tujuh suku yang berhasil dicetak melalui program beasiswa LPMAK.
Keenam pilot tersebut yaitu, Nalion Jangkup lulusan AERO Flyer Institute tahun 2011 dan saat ini sebagai pilot di PT Aviastar dan melayani penerbangan Timika – Nabire.
Nathan Aim lulusan AERO Flyer Institute tahun 2012 dan kini sebagai pilot di PT Aviastar dan melayani penerbangan di Biak.
Otenus Hagabal, lulusan AERO Flyer Institute tahun 2012 dan saat ini sebagai pilot di Wings Air dan melayani penerbangan Biak – Timika.
Alion Belau lulusan Ganesha Flight School tahun 2015 dan saat ini menjadi pilot di Asian one air dan melayani penerbangan di area Mimika. Amianus Wamang, lulusan Ganesha Flight School tahun 2017 dan kini menjadi pilot di Asian one air dan melayani penerbangan Timika – Beoga – Ilaga.
Herman Zonggonau lulusan Ganesha Flight School tahun 2017 dan saat ini menjadi AMA dan melayani penerbangan di area Jayapura.
Selain enam pilot tersebut, LPMAK juga melalui program beasiswa umum memberikan bantuan biaya studi kepada sejumlah pilot asal tujuh suku lainnya. (*/adv)