Wamena (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise mengajak perempuan Papua ikut melestarikan warisan budaya.
Menteri Yohana saat membuka Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) di Distrik Welesi, Kabupaten Jayawijaya, Rabu, mengharapkan budaya Indonesia tidak terpengaruh unsur dan budaya lain di era globalisasi.
"Perempuan harus menjadi sosok terdepan yang mampu menjaga warisan budaya Indonesia," katanya.
Yohana juga mengajak masyarakat menanamkan kecintaan warisan budaya kepada anak-anak sebagai penentu masa depan bangsa.
"Perempuan dan anak harus dijaga dan dilibatkan dalam pembangunan termasuk juga pelestarian budaya Indonesia," katanya.
Pada FBLB ke 30 yang mengusung tema Warisan Budaya Sebagai Jejak Peradaban, Yohana mengatakan eksistensi kegiatan FBLB menjadi bukti kepedulian pemerintah dan masyarakat terhadap pelestarian warisan budaya lokal.
Dia mengaku bangga membuka acara FBLB yang menampilkan berbagai tarian dan atraksi yang melibatkan masyarakat 40 distrik. "Melihat keragaman warisan budaya Papua membuat saya bangga menjadi orang asli Papua. Perempuan, anak, dan warisan budaya tidak dapat dipisahkan sebab mereka berperan sebagai unsur pemersatu dan penentu masa depan bangsa," katanya.
Bupati Jayawijaya Jhon Richard Banua menyampaikan terimakasih kepada Menteri Yohana yang hadir untuk membuka kegiatan tersebut. "Menteri Yohana merupakan menteri pertama yang hadir dan membuka FBLB di Wamena. Saya sangat bangga dan berterima kasih kepada beliau yang telah berkenan datang ke Wamena," katanya.
Jhon Richard mengatakan FBLB merupakan festival seni dan budaya tertua di Papua yang terus dihadirkan sebagai upaya melestarikan budaya. "Festival ini terinspirasi dari kehidupan masyarakat di masa lampau, khususnya perang suku Papua," katanya.
Bupati mengatakan FBLB yang sudah berlangsung 30 tahun ini memberikan dampak positif bagi masyarakat, yaitu mereka paham bahwa perang suku sesungguhnya sangat merugikan.
"Perang suku seharusnya dapat dilestarikan dengan cara yang memiliki nilai edukasi. Salah satunya melalui FBLB. FBLB juga menjadi sarana melindungi nilai-nilai seni, budaya, dan adat Papua serta mendorong peningkatan sektor pariwisata, pembangunan, dan ekonomi masyarakat lokal," katanya.
Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani mengatakan setelah 30 tahun berjalan, FBLB tetap eksis berada dalam Top 100 Calender of Events Wonderful Kementerian Pariwisata.
"Beberapa faktor pendukungnya ialah sebuah festival tersebut memiliki nilai budaya dan kreativitas, memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat lokal, dan komitmen pemerintah daerahnya dalam menyelenggarakan festival budaya," katanya.
Menteri Yohana saat membuka Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) di Distrik Welesi, Kabupaten Jayawijaya, Rabu, mengharapkan budaya Indonesia tidak terpengaruh unsur dan budaya lain di era globalisasi.
"Perempuan harus menjadi sosok terdepan yang mampu menjaga warisan budaya Indonesia," katanya.
Yohana juga mengajak masyarakat menanamkan kecintaan warisan budaya kepada anak-anak sebagai penentu masa depan bangsa.
"Perempuan dan anak harus dijaga dan dilibatkan dalam pembangunan termasuk juga pelestarian budaya Indonesia," katanya.
Pada FBLB ke 30 yang mengusung tema Warisan Budaya Sebagai Jejak Peradaban, Yohana mengatakan eksistensi kegiatan FBLB menjadi bukti kepedulian pemerintah dan masyarakat terhadap pelestarian warisan budaya lokal.
Dia mengaku bangga membuka acara FBLB yang menampilkan berbagai tarian dan atraksi yang melibatkan masyarakat 40 distrik. "Melihat keragaman warisan budaya Papua membuat saya bangga menjadi orang asli Papua. Perempuan, anak, dan warisan budaya tidak dapat dipisahkan sebab mereka berperan sebagai unsur pemersatu dan penentu masa depan bangsa," katanya.
Bupati Jayawijaya Jhon Richard Banua menyampaikan terimakasih kepada Menteri Yohana yang hadir untuk membuka kegiatan tersebut. "Menteri Yohana merupakan menteri pertama yang hadir dan membuka FBLB di Wamena. Saya sangat bangga dan berterima kasih kepada beliau yang telah berkenan datang ke Wamena," katanya.
Jhon Richard mengatakan FBLB merupakan festival seni dan budaya tertua di Papua yang terus dihadirkan sebagai upaya melestarikan budaya. "Festival ini terinspirasi dari kehidupan masyarakat di masa lampau, khususnya perang suku Papua," katanya.
Bupati mengatakan FBLB yang sudah berlangsung 30 tahun ini memberikan dampak positif bagi masyarakat, yaitu mereka paham bahwa perang suku sesungguhnya sangat merugikan.
"Perang suku seharusnya dapat dilestarikan dengan cara yang memiliki nilai edukasi. Salah satunya melalui FBLB. FBLB juga menjadi sarana melindungi nilai-nilai seni, budaya, dan adat Papua serta mendorong peningkatan sektor pariwisata, pembangunan, dan ekonomi masyarakat lokal," katanya.
Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani mengatakan setelah 30 tahun berjalan, FBLB tetap eksis berada dalam Top 100 Calender of Events Wonderful Kementerian Pariwisata.
"Beberapa faktor pendukungnya ialah sebuah festival tersebut memiliki nilai budaya dan kreativitas, memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat lokal, dan komitmen pemerintah daerahnya dalam menyelenggarakan festival budaya," katanya.