Timika (ANTARA) - Prakirawan Stasiun Metereologi Mozes Kilangin/BMKG Timika Dwi Kristanto memprediksi hujan lebat masih mengguyur wilayah Timika dan sekitarnya hingga awal September 2019.
"Kondisi cuaca di Timika sama sekali tidak dipengaruhi oleh musim, kondisi geografis yang dekat dengan laut dan pegunungan jauh lebih dominan pengaruhnya sehingga sepanjang tahun selalu ada hujan dimana volume hujan tertinggi terjadi pada periode Juni-Juli hingga Agustus dan baru mulai berkurang pada awal September," kata Dwi di Timika, Sabtu.
Akibat pengaruh faktor lokal yang dominan tersebut, katanya, selama beberapa bulan terakhir wilayah Timika dan sekitarnya selalu diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga lebat setiap hari.
Kondisi berbeda justru terjadi di wilayah barat dan tengah Indonesia dimana sejak April hingga September nanti dilanda musim kemarau berkepanjangan hingga memicu kebakaran hutan dan kabut asap.
"Mengingat sifat cuaca di Timika pengaruh lokalnya sangat dominan, kondisi seperti itu terus mengulang setiap tahun. Pengaruh laut dan gunung itu menyebabkan Timika selalu hujan sepanjang tahun. Kalau di wilayah tengah dan barat masuk musim hujan, di Timika juga tetap ada hujan," jelasnya.
Dwi mengingatkan warga setempat agar mewaspadai musim peralihan pada September mendatang, dimana wilayah Timika dan sekitarnya diprediksi masih akan diguyur hujan intensitas lebat meski durasinya tidak lama, disertai dengan petir dan angin kencang.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh jajaran BMKG Timika, curah hujan di Timika pada periode Juni lalu mencapai 800 milimeter per jam, sementara untuk periode Juli masih dalam proses penghitungan.
“Kalau dalam satu hari terkumpul 50 milimeter saja, itu sudah masuk kategori hujannya lebat, apalagi kalau 800 milimeter per jam. Maka tidak heran ada beberapa wilayah di Timika yang beberapa waktu terakhir tergenang banjir,” ujar Dwi.
Sementara suhu dingin yang kini melanda wilayah Timika dipengaruhi oleh suhu dingin yang melanda kawasan Benua Australia.
Saat ini suhu di wilayah Timika dan sekitarnya pada siang hari tercatat maksimal 27-28 derajat celsius, sementara pada malam hari turun hingga 22 derajat celsius.
Adapun suhu terpanas di wilayah Timika biasanya berlangsung mulai bulan Oktober hingga Februari dengan titik terpanas mencapai sekitar 35 derajat celsius.
Dwi mengatakan kondisi cuaca di wilayah Papua yang sangat dipengaruhi oleh faktor lokal selain Timika juga terjadi di wilayah Sorong dan Wamena, Kabupaten Jayawijaya dan sekitarnya.
Kondisi cuaca berbeda dirasakan di wilayah Merauke, Jayapura dan kota-kota lain di Papua yang sangat terpengaruh dengan faktor musim.
"Kondisi cuaca di Timika sama sekali tidak dipengaruhi oleh musim, kondisi geografis yang dekat dengan laut dan pegunungan jauh lebih dominan pengaruhnya sehingga sepanjang tahun selalu ada hujan dimana volume hujan tertinggi terjadi pada periode Juni-Juli hingga Agustus dan baru mulai berkurang pada awal September," kata Dwi di Timika, Sabtu.
Akibat pengaruh faktor lokal yang dominan tersebut, katanya, selama beberapa bulan terakhir wilayah Timika dan sekitarnya selalu diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga lebat setiap hari.
Kondisi berbeda justru terjadi di wilayah barat dan tengah Indonesia dimana sejak April hingga September nanti dilanda musim kemarau berkepanjangan hingga memicu kebakaran hutan dan kabut asap.
"Mengingat sifat cuaca di Timika pengaruh lokalnya sangat dominan, kondisi seperti itu terus mengulang setiap tahun. Pengaruh laut dan gunung itu menyebabkan Timika selalu hujan sepanjang tahun. Kalau di wilayah tengah dan barat masuk musim hujan, di Timika juga tetap ada hujan," jelasnya.
Dwi mengingatkan warga setempat agar mewaspadai musim peralihan pada September mendatang, dimana wilayah Timika dan sekitarnya diprediksi masih akan diguyur hujan intensitas lebat meski durasinya tidak lama, disertai dengan petir dan angin kencang.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh jajaran BMKG Timika, curah hujan di Timika pada periode Juni lalu mencapai 800 milimeter per jam, sementara untuk periode Juli masih dalam proses penghitungan.
“Kalau dalam satu hari terkumpul 50 milimeter saja, itu sudah masuk kategori hujannya lebat, apalagi kalau 800 milimeter per jam. Maka tidak heran ada beberapa wilayah di Timika yang beberapa waktu terakhir tergenang banjir,” ujar Dwi.
Sementara suhu dingin yang kini melanda wilayah Timika dipengaruhi oleh suhu dingin yang melanda kawasan Benua Australia.
Saat ini suhu di wilayah Timika dan sekitarnya pada siang hari tercatat maksimal 27-28 derajat celsius, sementara pada malam hari turun hingga 22 derajat celsius.
Adapun suhu terpanas di wilayah Timika biasanya berlangsung mulai bulan Oktober hingga Februari dengan titik terpanas mencapai sekitar 35 derajat celsius.
Dwi mengatakan kondisi cuaca di wilayah Papua yang sangat dipengaruhi oleh faktor lokal selain Timika juga terjadi di wilayah Sorong dan Wamena, Kabupaten Jayawijaya dan sekitarnya.
Kondisi cuaca berbeda dirasakan di wilayah Merauke, Jayapura dan kota-kota lain di Papua yang sangat terpengaruh dengan faktor musim.