Asmat (ANTARA) - Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, menangani 20 jenis perizinan dan dua non perizinan.
Kepala DPMPTSP Asmat Rudolf D. Noviarto mengatakan layanan perijinan dimaksud ialah surat izin prinsip, izin memasang raklame, izin tempat usaha, izin lokasi, izin praktek dokter dan dokter gigi, izin praktek bidan, izin apotik dan izin usaha jasa konstruksi.
Selanjutnya izin mendirikan/merobohkan bangunan, tanda daftar industri, tanda daftar perusahaan, tanda daftar gudang, izin timbun, izin trayek, izin ekspedisi muatan kapal laut dan izin jasa pengurusan transportasi.
“Juga izin mendirikan pangkalan ojek, izin usaha bengkel motor elektrik, izin usaha bengkel speedboat dan izin usaha perikanan. Jenis non perizinan ialah layanan informasi dan layanan pengaduan,” kata Rudolf di Agats, Rabu (14/8).
Ia menjelaskan bahwa sebelumnya DPMPTSP Asmat menangani 23 perizinan, namun baru-baru ini telah ditiadakan tiga perizinan. Tiga layanan perizinan yang dihapus yakni surat izin gangguan, surat izin usaha perdagangan dan surat izin penangkapan ikan.
“Tiga layanan ini dihapus dengan tujuan untuk memudahkan warga Asmat dalam berusaha. Penghapusannya telah disetujui Pemkab Asmat melalui surat edaran bupati,” katanya.
Rudolf mengatakan dari 20 jenis layanan tersebut, hanya enam perizinan yang dikenakan biaya retribusi yakni surat izin usaha perikanan, izin mendirikan bangunan, izin trayek, izin mendirikan pangkalan ojek, izin usaha bengkel motor elektrik dan izin usaha bengkel speedboat.
“Untuk sisanya, sebanyak 14 jenis izin tidak dikenakan tarif atau biaya apapun,” kata dia.
Ia menambahkan pelayanan perizinan pada 2017 sebanyak 1.478 izin, dan 2018 diproses sebanyak 1.837 izin.
“Ada kenaikan 359 izin atau sebesar 10,83 persen. Untuk 2019 ini izin yang terproses sampai dengan Juli kemarin sebanyak 911 izin,” katanya. (*/adv)
Kepala DPMPTSP Asmat Rudolf D. Noviarto mengatakan layanan perijinan dimaksud ialah surat izin prinsip, izin memasang raklame, izin tempat usaha, izin lokasi, izin praktek dokter dan dokter gigi, izin praktek bidan, izin apotik dan izin usaha jasa konstruksi.
Selanjutnya izin mendirikan/merobohkan bangunan, tanda daftar industri, tanda daftar perusahaan, tanda daftar gudang, izin timbun, izin trayek, izin ekspedisi muatan kapal laut dan izin jasa pengurusan transportasi.
“Juga izin mendirikan pangkalan ojek, izin usaha bengkel motor elektrik, izin usaha bengkel speedboat dan izin usaha perikanan. Jenis non perizinan ialah layanan informasi dan layanan pengaduan,” kata Rudolf di Agats, Rabu (14/8).
Ia menjelaskan bahwa sebelumnya DPMPTSP Asmat menangani 23 perizinan, namun baru-baru ini telah ditiadakan tiga perizinan. Tiga layanan perizinan yang dihapus yakni surat izin gangguan, surat izin usaha perdagangan dan surat izin penangkapan ikan.
“Tiga layanan ini dihapus dengan tujuan untuk memudahkan warga Asmat dalam berusaha. Penghapusannya telah disetujui Pemkab Asmat melalui surat edaran bupati,” katanya.
Rudolf mengatakan dari 20 jenis layanan tersebut, hanya enam perizinan yang dikenakan biaya retribusi yakni surat izin usaha perikanan, izin mendirikan bangunan, izin trayek, izin mendirikan pangkalan ojek, izin usaha bengkel motor elektrik dan izin usaha bengkel speedboat.
“Untuk sisanya, sebanyak 14 jenis izin tidak dikenakan tarif atau biaya apapun,” kata dia.
Ia menambahkan pelayanan perizinan pada 2017 sebanyak 1.478 izin, dan 2018 diproses sebanyak 1.837 izin.
“Ada kenaikan 359 izin atau sebesar 10,83 persen. Untuk 2019 ini izin yang terproses sampai dengan Juli kemarin sebanyak 911 izin,” katanya. (*/adv)