Jayapura (ANTARA) - Para peserta program Siswa Mengenal Nusantara (SMN) 2019 yang digagas oleh Kementerian BUMN asal Sulawesi Selatan (Sulsel), pada Rabu pagi, berwisata keliling perairan Teluk Youtefa menggunakan speed boat.
Di dalam Teluk Youtefa terdapat dua kampung adat, yakni Kampung Tobati yang bagian dari Distrik Jayapura Selatan dan Kampung Enggros, masuk dalam Distrik Abepura, Kota Jayapura.
Selain dua kampung adat tersebut, di dalam Teluk Youtefa terdapat sejumlah destinasi wisata, di antaranya jembatan fenomenal yang disebut Jembatan Youtefa, Tugu Injil dan pantai C'beery yang belakangan ini sering dikunjungi oleh warga di ibu kota Provinsi Papua itu.
Usai berkeliling kurang lebih 30 menit, para peserta SMN, mendapatkan penjelasan soal sejarah kedua kampung adat tersebut dari Jacklin Hamadi, adik dari Kepala Kampung Enggros Orgenes Merauje di pantai wisata C'beery.
"Nama Teluk Youtefa didapatkan dari Tanah Merah dan Depapre. Orang Tanah Merah menyebut 'Kampung Besar Sebelah Sana' atau Youtefa," katanya.
Kenapa demikian, karena pada masa dulu orang-orang dari Teluk Youtefa merupakan penjaga dan penguasa laut di pesisir Jayapura bahkan hingga ke Aitape, Papua New Guinea atau PNG yang pernah ditaklukkan oleh Kepala Suku Ireeuw.
"Buktinya setelah menakluk Aitape, PNG ada pertukaran tarian dari PNG namanya Tarian Pagar, lalu dua keluarga yang diberikan ke Jayapura, di antaranya marga Amsor dan telah diangkat menjadi adik dari kepala suku atau ondoafi Ireeuw," kata Jacklin.
Setelah mendapatkan penjelasan soal sejarah singkat dua kampung adat Port Numbay itu, para peserta SMN Sulsel berkunjung ke Kampung Enggros dengan menggunakan dua speed boat.
Di sana, para peserta dijelaskan secara singkat struktur pemerintahan dan adat Kampung Enggros yang juga telah dicanangkan sebagai kampung wisata.
"Kampung Enggros dan Tobati, sebenarnya hanya dibedakan lokasinya, karena secara umum suku dan budayanya sama, lalu beda pemerintahan kampung. Tetapi secara umum sama," kata Orgenes Meraudje didampingi istrinya Mama Lian Youwe.
Imel Ayudia SMAN 3 Luwu, Kabupaten Luwu mengaku kagum dengan letak kedua kampung yang berada di atas air atau biasa disebut rumah berlabuh oleh warga setempat.
"Posisi kedua kampung sangat bagus, karena terletak di dalam teluk dan tepat sekali jika dikembangkan menjadi ikon Kota Jayapura sebagai salah satu destinasi wisata," katanya
Program Siswa Mengenal Nusantara (SMN) merupakan momentum pertukaran pelajar antarprovinsi yang difasilitasi oleh perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagai bagian dari rangkaian kegiatan BUMN Hadir Untuk Negeri (BHUN).
Tahun ini di Provinsi Papua, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) ditunjuk oleh Kementerian BUMN sebagai BUMN PIC (koordinator) program SMN.
Siswa-siswi peserta SMN dari Papua dikirim ke Makassar, Sulawesi Selatan, dan peserta SMN Sulawesi Selatan ke Jayapura, Provinsi Papua. Kegiatan SMN 2019 akan berlangsung hingga 23 Agustus mendatang.
Di dalam Teluk Youtefa terdapat dua kampung adat, yakni Kampung Tobati yang bagian dari Distrik Jayapura Selatan dan Kampung Enggros, masuk dalam Distrik Abepura, Kota Jayapura.
Selain dua kampung adat tersebut, di dalam Teluk Youtefa terdapat sejumlah destinasi wisata, di antaranya jembatan fenomenal yang disebut Jembatan Youtefa, Tugu Injil dan pantai C'beery yang belakangan ini sering dikunjungi oleh warga di ibu kota Provinsi Papua itu.
Usai berkeliling kurang lebih 30 menit, para peserta SMN, mendapatkan penjelasan soal sejarah kedua kampung adat tersebut dari Jacklin Hamadi, adik dari Kepala Kampung Enggros Orgenes Merauje di pantai wisata C'beery.
"Nama Teluk Youtefa didapatkan dari Tanah Merah dan Depapre. Orang Tanah Merah menyebut 'Kampung Besar Sebelah Sana' atau Youtefa," katanya.
Kenapa demikian, karena pada masa dulu orang-orang dari Teluk Youtefa merupakan penjaga dan penguasa laut di pesisir Jayapura bahkan hingga ke Aitape, Papua New Guinea atau PNG yang pernah ditaklukkan oleh Kepala Suku Ireeuw.
"Buktinya setelah menakluk Aitape, PNG ada pertukaran tarian dari PNG namanya Tarian Pagar, lalu dua keluarga yang diberikan ke Jayapura, di antaranya marga Amsor dan telah diangkat menjadi adik dari kepala suku atau ondoafi Ireeuw," kata Jacklin.
Setelah mendapatkan penjelasan soal sejarah singkat dua kampung adat Port Numbay itu, para peserta SMN Sulsel berkunjung ke Kampung Enggros dengan menggunakan dua speed boat.
Di sana, para peserta dijelaskan secara singkat struktur pemerintahan dan adat Kampung Enggros yang juga telah dicanangkan sebagai kampung wisata.
"Kampung Enggros dan Tobati, sebenarnya hanya dibedakan lokasinya, karena secara umum suku dan budayanya sama, lalu beda pemerintahan kampung. Tetapi secara umum sama," kata Orgenes Meraudje didampingi istrinya Mama Lian Youwe.
Imel Ayudia SMAN 3 Luwu, Kabupaten Luwu mengaku kagum dengan letak kedua kampung yang berada di atas air atau biasa disebut rumah berlabuh oleh warga setempat.
"Posisi kedua kampung sangat bagus, karena terletak di dalam teluk dan tepat sekali jika dikembangkan menjadi ikon Kota Jayapura sebagai salah satu destinasi wisata," katanya
Program Siswa Mengenal Nusantara (SMN) merupakan momentum pertukaran pelajar antarprovinsi yang difasilitasi oleh perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagai bagian dari rangkaian kegiatan BUMN Hadir Untuk Negeri (BHUN).
Tahun ini di Provinsi Papua, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) ditunjuk oleh Kementerian BUMN sebagai BUMN PIC (koordinator) program SMN.
Siswa-siswi peserta SMN dari Papua dikirim ke Makassar, Sulawesi Selatan, dan peserta SMN Sulawesi Selatan ke Jayapura, Provinsi Papua. Kegiatan SMN 2019 akan berlangsung hingga 23 Agustus mendatang.