Timika (ANTARA) - Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi jenazah empat korban kecelakaan pesawat Twin Otter DHC6-400 PK-CDC di kawasan pegunungan Distrik Hoeya, Kabupaten Mimika, Rabu pagi, dan selanjutnya dibawa ke RSUD Mimika untuk dilakukan proses identifikasi.
Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar) Budi Purnomo kepada wartawan di Timika, Rabu, mengatakan pagi ini helikopter Bell SA-315 B Lama PK IWV milik PT Intan Angkasa Air berhasil mendarat di 'Landing Zone' I dengan membawa empat Tim SAR terdiri atas dua personel Basarnas Special Grup dan dua personel rescuer di sekitar lokasi puing pesawat Twin Otter PK CDC.
"SAR gabungan melakukan evakuasi pertama jam 06.19 WIT dan evakuasi kedua jam 07.00 WIT. Dari lokasi kejadian korban dievakuasi ke Pos Ilaga dan selanjutnya dari Ilaga jenazah para korban dibawa ke Bandara Timika dan seterusnya dibawa ke RSUD Mimika untuk dilaksanakan investigasi oleh Tim DVI Polri," kata Brigjen Budi.
Brigjen Budi mengatakan proses evakuasi korban kecelakaan pesawat Twin Otter memakan waktu hingga delapan hari karena kondisi medan yang sulit ditambah dengan kondisi cuaca di lokasi itu yang ekstrim (selalu tertutup awan tebal disertai dengan hembusan angin kencang).
"Esok masih ada tahapan kedua untuk mengevakuasi kotak hitam (black box) yang berisi voice data recorder dan flight data recorder. Kami tetap memback-up operasi kedua ini untuk mengevakuasi black box dan hal itu akan dimulai esok pagi," kata Brigjen Budi.
Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar) Budi Purnomo menyambut personel Basarnas Timika yang berhasil mengevakuasi jenazah korban kecelakaan pesawat Twin Otter PK CDC saat tiba di Bandara Timika, Rabu (25/9/2019) (ANTARA/Evarianus Supar)
Ia mengatakan sejak pesawat Twin Otter PK CDC itu dinyatakan hilang kontak dalam penerbangan rute Timika-Ilaga pada Rabu (18/9) hingga hari ke-empat pencarian baru bisa menemukan kepastian lokasi jatuhnya pesawat tersebut.
Selanjutnya pada hari ke-lima operasi, Tim SAR gabungan mengulangi peninjauan ke lokasi tersebut untuk menentukan titik pendaratan helikopter (landing zone) untuk menurunkan Tim SAR yang akan mengevakuasi jenazah para korban.
Komisaris Besar Polisi John Sitanggang selaku Komandan Satgas Nemangkawi Tim DVI Mabes Polri telah datang ke Timika untuk melakukan identifikasi jenazah empat korban kecelakaan pesawat Twin Otter PK CDC.
"Setelah semua proses identifikasi selesai, maka jenazah bisa dibawa ke keluarga masing-masing untuk dikebumikan. Proses identifikasi sementara berjalan," katanya.
John memperkirakan kondisi jenazah para korban sudah tidak utuh lagi mengingat pesawat Twin Otter PK-CDC itu mengalami benturan keras saat menghantam tebing gunung. "Kemungkinan besar jenazah sudah rusak."
Lokasi jatuhnya pesawat Twin Otter PK CDC itu diketahui berada pada area yang sangat terjal dengan kemiringan 80-90 derajat (dinding tegak) pada ketinggian sekitar 13.500 kaki atau sekitar 3.900 meter di atas permukaan laut.
Pesawat Twin Otter PK CDC itu dikemudikan Kapten Pilot Dasep Ishak Sobirin dengan Copilot Yudra dan mekanik Ujang Suhendar, membawa serta seorang penumpang yaitu Bharada Hadi Utomo.
Bharada Hadi Utomo merupakan anggota Resimen II Koorps Brimob Polri.
Sebelum mengalami kecelakaan bersama pesawat Twin Otter PK CDC di kawasan pegunungan Distrik Hoeya, Bharada Hadi Utomo baru tiba di Papua untuk melaksanakan tugas pengamanan di wilayah Ilaga, Kabupaten Puncak.
Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar) Budi Purnomo kepada wartawan di Timika, Rabu, mengatakan pagi ini helikopter Bell SA-315 B Lama PK IWV milik PT Intan Angkasa Air berhasil mendarat di 'Landing Zone' I dengan membawa empat Tim SAR terdiri atas dua personel Basarnas Special Grup dan dua personel rescuer di sekitar lokasi puing pesawat Twin Otter PK CDC.
"SAR gabungan melakukan evakuasi pertama jam 06.19 WIT dan evakuasi kedua jam 07.00 WIT. Dari lokasi kejadian korban dievakuasi ke Pos Ilaga dan selanjutnya dari Ilaga jenazah para korban dibawa ke Bandara Timika dan seterusnya dibawa ke RSUD Mimika untuk dilaksanakan investigasi oleh Tim DVI Polri," kata Brigjen Budi.
Brigjen Budi mengatakan proses evakuasi korban kecelakaan pesawat Twin Otter memakan waktu hingga delapan hari karena kondisi medan yang sulit ditambah dengan kondisi cuaca di lokasi itu yang ekstrim (selalu tertutup awan tebal disertai dengan hembusan angin kencang).
"Esok masih ada tahapan kedua untuk mengevakuasi kotak hitam (black box) yang berisi voice data recorder dan flight data recorder. Kami tetap memback-up operasi kedua ini untuk mengevakuasi black box dan hal itu akan dimulai esok pagi," kata Brigjen Budi.
Ia mengatakan sejak pesawat Twin Otter PK CDC itu dinyatakan hilang kontak dalam penerbangan rute Timika-Ilaga pada Rabu (18/9) hingga hari ke-empat pencarian baru bisa menemukan kepastian lokasi jatuhnya pesawat tersebut.
Selanjutnya pada hari ke-lima operasi, Tim SAR gabungan mengulangi peninjauan ke lokasi tersebut untuk menentukan titik pendaratan helikopter (landing zone) untuk menurunkan Tim SAR yang akan mengevakuasi jenazah para korban.
Komisaris Besar Polisi John Sitanggang selaku Komandan Satgas Nemangkawi Tim DVI Mabes Polri telah datang ke Timika untuk melakukan identifikasi jenazah empat korban kecelakaan pesawat Twin Otter PK CDC.
"Setelah semua proses identifikasi selesai, maka jenazah bisa dibawa ke keluarga masing-masing untuk dikebumikan. Proses identifikasi sementara berjalan," katanya.
John memperkirakan kondisi jenazah para korban sudah tidak utuh lagi mengingat pesawat Twin Otter PK-CDC itu mengalami benturan keras saat menghantam tebing gunung. "Kemungkinan besar jenazah sudah rusak."
Lokasi jatuhnya pesawat Twin Otter PK CDC itu diketahui berada pada area yang sangat terjal dengan kemiringan 80-90 derajat (dinding tegak) pada ketinggian sekitar 13.500 kaki atau sekitar 3.900 meter di atas permukaan laut.
Pesawat Twin Otter PK CDC itu dikemudikan Kapten Pilot Dasep Ishak Sobirin dengan Copilot Yudra dan mekanik Ujang Suhendar, membawa serta seorang penumpang yaitu Bharada Hadi Utomo.
Bharada Hadi Utomo merupakan anggota Resimen II Koorps Brimob Polri.
Sebelum mengalami kecelakaan bersama pesawat Twin Otter PK CDC di kawasan pegunungan Distrik Hoeya, Bharada Hadi Utomo baru tiba di Papua untuk melaksanakan tugas pengamanan di wilayah Ilaga, Kabupaten Puncak.