Makassar (ANTARA) - Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyatakan siap menyewa pesawat terbang untuk membantu mengangkut pengungsi korban kerusuhan di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua.
"Sekarang ini semua pihak sedang menantikan uluran tangan kita, bantuan kita, dan kami di ACT siap memfasilitasi," kata Manajer Cabang ACT Sulawesi Selatan Syahrul Mubarak di Makassar, Senin.
Ia mengatakan pengungsi korban kerusuhan di Wamena cukup banyak sedangkan layanan penerbangan tersedia terbatas. Oleh karena itu ACT ingin menyewa beberapa pesawat komersial untuk membantu korban kerusuhan Wamena yang ingin mengungsi ke luar daerah.
"Situasi di sana sangat mencekam, menyelamatkan diri saja itu sudah kesyukuran. Banyak pengungsi ingin meninggalkan Wamena karena situasi memang mencekam," katanya.
Syahrul menyatakan bahwa ACT berkoordinasi dengan pejabat instansi terkait dan otoritas bandara dalam membantu pengangkutan pengungsi dari Wamena.
"Bandara Wamena itu tidak besar dan tidak bisa memuat pesawat Boeing dan Airbus. Mungkin hanya pesawat-pesawat yang seat-nya terbatas, tetapi bisa melakukan flight beberapa kali. Kita juga aktif koordinasi dengan semua pihak untuk memperbaharui kondisi keamanan di sana," katanya.
Demonstrasi diwarnai kerusuhan di Wamena pada 23 September menyebabkan lebih dari 30 orang meninggal dunia dan mengakibatkan kerusakan kendaraan, bangunan dan fasilitas umum.
"Sekarang ini semua pihak sedang menantikan uluran tangan kita, bantuan kita, dan kami di ACT siap memfasilitasi," kata Manajer Cabang ACT Sulawesi Selatan Syahrul Mubarak di Makassar, Senin.
Ia mengatakan pengungsi korban kerusuhan di Wamena cukup banyak sedangkan layanan penerbangan tersedia terbatas. Oleh karena itu ACT ingin menyewa beberapa pesawat komersial untuk membantu korban kerusuhan Wamena yang ingin mengungsi ke luar daerah.
"Situasi di sana sangat mencekam, menyelamatkan diri saja itu sudah kesyukuran. Banyak pengungsi ingin meninggalkan Wamena karena situasi memang mencekam," katanya.
Syahrul menyatakan bahwa ACT berkoordinasi dengan pejabat instansi terkait dan otoritas bandara dalam membantu pengangkutan pengungsi dari Wamena.
"Bandara Wamena itu tidak besar dan tidak bisa memuat pesawat Boeing dan Airbus. Mungkin hanya pesawat-pesawat yang seat-nya terbatas, tetapi bisa melakukan flight beberapa kali. Kita juga aktif koordinasi dengan semua pihak untuk memperbaharui kondisi keamanan di sana," katanya.
Demonstrasi diwarnai kerusuhan di Wamena pada 23 September menyebabkan lebih dari 30 orang meninggal dunia dan mengakibatkan kerusakan kendaraan, bangunan dan fasilitas umum.