Biak (ANTARA) - Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Biak Numfor, Papua mengupayakan pembangunan gedung fisik layanan poliklinik berbasis digital dan ruang instalansi gawat darurat harus dirampungkan di akhir 2019 sesuai jadwal, agar dapat digunakan melayani pasien di wilayah adat Teluk Saereri.
"Saat ini bangunan fisik dua bangunan fisik sudah mencapai 40 persen, ya dengan sisa waktu dua bulan ini kami berharap pekerjaannya dapat selesai sesuai dengan kontrak," ujar Direktur RSUD Biak, dr R.Ricardo Mayor M.Kes di Biak, Kamis.
Ia mengakui, untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan fisik proyek poliklinik dan UGD pihak kontraktor pelaksana telah meningkatkan volume kegiatan kerja hingga malam hari.
Menyinggung pendanaan pada pembangunan poliklinik berbasis layanan digital RSUD, menurut Ricardo Mayor, untuk sumber anggaran pembiayaannya dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencapai sekitar Rp40 miliar.
Sedangkan untuk pendanaan gedung fisik UGD, menurut Ricardo Mayor sumber pembiayaannya berasal dari dana Otonomi Khusus Papua mencapai sekitar Rp16 miliar.
"Dua fasilitas gedung fisik poliklinik dan UGD sangat meningkatkan kualitas layanan kesehatan bagi pasien yang berobat jalan dan rawat inap di RSUD," ungkap dokter asli Papua alumni Universitas Diponegoro Semarang, Jateng itu.
Ia mengharapkan, program 2020 hingga 2024 berbagai fasilitas sarana prasana kesehatan dimiliki RSUD Biak akan ditingkatkan peralatan kesehatan sesuai kebutuhan pasien serta menjadikan Biak sebagai rumah sakit rujukan regional di wilayah Timur Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Manajemen RSUD juga meningkatkan kemampuan ketrampilan tenaga medis dengan mnegikuti pelatihan khusus bidang kesehatan sebagai komitmen mendukung visi misi Bupati Herry Ario Naap menjadikan Biak religius berkarakter dan berbudaya," jelas Ricardo Mayor.
Berdasarkan pantauan di Biak, Kamis, pekerjaan proyek fisik gedung poliklinik berbasis digital dan UGD di Jalan Sriwijaya, Kelurahan Bframbaken distrik Samofa hingga pukul 08.00 WIT masih berjalan normal sesuai dengan kontrak kerja yang diberikan manajemen RSUD Biak.
"Saat ini bangunan fisik dua bangunan fisik sudah mencapai 40 persen, ya dengan sisa waktu dua bulan ini kami berharap pekerjaannya dapat selesai sesuai dengan kontrak," ujar Direktur RSUD Biak, dr R.Ricardo Mayor M.Kes di Biak, Kamis.
Ia mengakui, untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan fisik proyek poliklinik dan UGD pihak kontraktor pelaksana telah meningkatkan volume kegiatan kerja hingga malam hari.
Menyinggung pendanaan pada pembangunan poliklinik berbasis layanan digital RSUD, menurut Ricardo Mayor, untuk sumber anggaran pembiayaannya dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencapai sekitar Rp40 miliar.
Sedangkan untuk pendanaan gedung fisik UGD, menurut Ricardo Mayor sumber pembiayaannya berasal dari dana Otonomi Khusus Papua mencapai sekitar Rp16 miliar.
"Dua fasilitas gedung fisik poliklinik dan UGD sangat meningkatkan kualitas layanan kesehatan bagi pasien yang berobat jalan dan rawat inap di RSUD," ungkap dokter asli Papua alumni Universitas Diponegoro Semarang, Jateng itu.
Ia mengharapkan, program 2020 hingga 2024 berbagai fasilitas sarana prasana kesehatan dimiliki RSUD Biak akan ditingkatkan peralatan kesehatan sesuai kebutuhan pasien serta menjadikan Biak sebagai rumah sakit rujukan regional di wilayah Timur Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Manajemen RSUD juga meningkatkan kemampuan ketrampilan tenaga medis dengan mnegikuti pelatihan khusus bidang kesehatan sebagai komitmen mendukung visi misi Bupati Herry Ario Naap menjadikan Biak religius berkarakter dan berbudaya," jelas Ricardo Mayor.
Berdasarkan pantauan di Biak, Kamis, pekerjaan proyek fisik gedung poliklinik berbasis digital dan UGD di Jalan Sriwijaya, Kelurahan Bframbaken distrik Samofa hingga pukul 08.00 WIT masih berjalan normal sesuai dengan kontrak kerja yang diberikan manajemen RSUD Biak.