Jayapura (ANTARA) - Para pelajar dan guru dari Kota dan Kabupaten Jayapura, Papua meminta kepada Balai Arkeologi Papua untuk terus melaksanakan program Rumah Peradaban Situs Megalitik Tutari kepada gerenasi milenial.

Suryani, guru sosiologi dari SMA Al Fatah YPKP Sentani di Jayapura, Kamis mengatakan Situs Megalitik Tutari butuh perhatian yang lebih besar dari semua pemangku kepentingan.

"Tentunya lewat sosialisasi seperti ini, sehingga saya mengusulkan atau menyarankan agar program Rumah Peradaban Situs Megalitik Tutari terus dilanjutkan," katanya.

Menurut dia, program tersebut sangat mendidik dan memberikan wawasan baru bagi para pelajar dan mahasiswa, apalagi dikemas dengan berbagai lomba dan permainan yang membuat makin menarik.

"Tadi, kami meraih juara lomba pidato, karya ilmiah dan melukis di atas kuli kayu. Namun, sebelumnya pelajar kami diajak berkunjung ke Situs Megalitik Tutari," kata Suryani diamini Ririn Dhurotun Nafsiah guru bahasa Inggris dari Madrasah Aliyah Nurul Anwar Komba Sentani.

Sementara itu, James Wally, pelajar kelas XII dari SMKN 5 Kota Jayapura yang berhasil meraih juara satu lomba melukis diatas kulit kayu dengan tema Situs Megalitik Tutari mengaku senang dan bangga.

"Iya, bangga sekali bisa ikut kegiatan Rumah Peradaban Situs Megalitik Tutari yang digelar oleh Balai Arkeologi Papua. Harapannya kedepan, kegiatan ini bisa ada lagi, sehingga adik kelas kami juga bisa mengetahui tentang sejarah dan prasejarah di Papua, khususnya di Tutari," kata James.

Senada itu, Putry Melsya Lubis, pelajar Kelas X Mipa dari Madrasah Aliyah Nurul Anwar Komba Sentani menilai bahwa sosialisasi tersebut, memberikan bekal ilmu baru terkait prasejarah di Kabupaten Jayapura.

"Ini adalah pengalaman baru mengunjungi Situs Megalitik Tutari, kami bisa dapat ilmu dan wawasan baru tentang sejarah peradaban pada masa lampau," kata Putry.

Sedangkan Junaidi Sipka, mahasiswa semester satu dari jurusan Antropologi Fakultas Ilmus Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Cenderawasih yang datang bersama belasan rekan-rekannya menilai bahwa Situs Megalitik Tutari merupakan daya tarik tersendiri bagi Kabupaten Jayapura.

"Sehingga perlu dijaga dan dilestarikan, karena situs ini sangat bagus untuk selalu dikunjungi, diceritakan dan ditunjukkan kepada turis, bahwa kami di Papua juga punya, selain di daerah Jawa, Kalimatan atau Sumatera," kata Junaidi.

Mengenai permintaan tersebut, ketua panitia pelaksana program Rumah Peradaban Situs Megalitik Tutari kepada gerenasi milenial, Hari Suroto mengatakan kegiatan tersebut sebenarnya sudah menjadi program tahunan.

"Tapi untuk tahun depan kami akan upayakan, apalagi ada permintaan seperti ini. Semoga dengan kegiatan ini, Situs Megalitik Tutari semakin dikenal dan juga diperhatikan oleh pemangku kepentingan," katanya.

Program Rumah Peradaban Situs Megalitik Tutari digelar selama dua hari, 20-21 November 2019 di Kampung Doyo Lama, Distrik Waibu,Kabupaten Jayapura. Dalam kegiatan ini, para pesertanya yang terdiri dari pelajar SD, SMP hingga SMA/sederajat, mahasiswa dan guru serta komunitas lainnya diberikan materi tentang Situs Megaltik Tutari, dan juga diwarnai berbagai macama lomba, seperti lomba membuat peta NKRI, gambar burung Garuda Pancasila, lomba pidato karya ilmiah dan lukisan diatas kulit kayu.

Pewarta : Alfian Rumagit
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024