Jayapura (ANTARA) - Sekelompok warga yang menamakan diri Aliansi Masyarakat Konsumen Air (AMKA) meminta kepada PDAM Jayapura agar lebih kreatif dalam mencari sumber air baru guna mengatasi kekurangan pasokan air pada musim kemarau di Kota Jayapura, Papua.

"PDAM Jayapura harus lebih kreatif, bagaimana mencari solusi kekurangan air misalnya dengan memanfaatkan teknologi industri pengolahan air danau dan laut diolah menjadi air bersih bagi warga Kota Jayapura khususnya pelanggan PDAM," kata aktivis Panji Agung Mengkunegoro di Kota Jayapura, Senin.

Didampingi enam orang rekannya sesama aktivis, yakni Michele Kurisi, Vivaldi Aronggear, Paul Oheee dan Oktaf Gombo, Panji mengaku akan melancarkan aksi protes di DPRD Kota Jayapura untuk menyampaikan aspirasi terkait kekurangan air bersih yang dipasok oleh PDAM Jayapura.

"Dalam satu dua hari kedepan, kami dari Aliansi Masyarakat Konsumen Air (AMKA) PDAM akan menyampaikan aspiras ke DPRD Kota Jayapura terkait kelangkaan air bersih, yang kami duga karena tidak kreatifnya PDAM Jayapura dalam mengelola air untuk para konsumen," kata Panji.

Michele Kurisi, aktivis perempuan dan anak mengungkapkan bahwa warga di Dok IX, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura juga mengalami hal yang sama seperti warga di Kamkey, Distrik Abepura atau di Perumnas 1, 2 dan 3, Distrik Heram yang tidak mendapatkan air bersih yang dikelola oleh PDAM Jayapura.

"Kami di Dok IX, khusus kaum perempuan setiap hari harus angkat air dari sumur sebanyak 10 hingga 20 liter untuk kebutuhan mandi dan minum, sementara untuk mencuci harus melakukan hal itu secara terpisah," katanya.

Ia menungkapkan sejak Juni 2019, di wilayah Dok IX tidak ada lagi pasokan air PDAM karena musim kemarau. "Untuk itu, kami akan bergabung bersam AMKA ke DPRD Kota Jayapura untuk meminta solusi," kata Michele.

Vivaldi Aronggear, warga Perumnas II Yabansai, mengaku harus merogoh sakunya untuk membeli air kemasan ataupun tandon 1.000 liter guna memenuhi air bersih, karena air dari pipa-pipa PDAM Jayapura tidal lagi mengalirkan air sebagaimana biasanya.

"Saya lahir besar di Waena, sejumlah mata air dan sungai kami tahu, tapi mengapa PDAM Jayapura tidak bisa mengelola dengan baik, akibatnya kami harus beli air," kata Vivaldi.

Sementara itu, Paul Ohee lebih menyoroti soal kebijakan pelestarian alam dan lingkungan yang cenderung menurun dan hanya berharap dari kemurahan alam untuk mendapatkan air bersih.

"Para pemilik hak ulayat tanah ada baiknya lebih memperhatikan alam dan lingkungan, sehingga nanti pada 50 tahun kedepan Kota Jayapura tidak kekeringan karena masalah air, karena alam tidak dijaga," kata Paul yang merupakan Ketua Pemuda Tabi Papua itu.

Sedangkan, Oktaf Gombo dari Forum Peduli Pembangunan Demokrasi Papua menilai masalah kekurangan pasokan air PDAM merupakan masalah penting dan serius di Kota Jayapura yang merupakan barometer pembangunan.

"Ini kalau tidak salah sudah lima bulan terakhir warga teriak-teriak soal air bersih dari PDAM Jayapura tapi tidak mendapatkan perhatian. DPRD Kota Jayapura harus melihat masalah ini, panggil PDAM Jayapura minta penjelasan dan solusi atasi masalah air," kata Oktaf.

Terkait rencana aksi demo dalam satu dua hari kedepan, Direktur PDAM Jayapura Entis Sutisna mengatakan akan segera menggelar rapat dilingkungan perusahaan tersebut.

"Kami akan rapatkan dengan seluruh kepala cabang, untuk upaya-upaya penanganan saat musim kemarau sekarang ini," katanya lewat pesan singkat media sosial.

Pewarta : Alfian Rumagit
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024