Surabaya (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengingatkan warga untuk melakukan langkah-langkah antisipasi ancaman penyakit demam berdarah dengue (DBD).

"Jangan sampai masyarakat hanya terfokus pada isu corona, sementara DBD yang juga sangat berbahaya malah dianggap sepele," katanya di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Kamis.

Ia mengatakan bahwa penularan DBD juga penting untuk diperhatikan mengingat sampai sekarang sudah ada lebih dari 16.000 kasus DBD secara nasional dan ada 100 pasien lebih yang meninggal dunia akibat penyakit itu.

Di Jawa Timur, ia mengatakan, sejak awal Januari hingga Maret 2020 sudah 1.766 kasus serangan DBD dan 15 di antaranya mengakibatkan kematian.

Ia mengatakan bahwa selama 2019 Jawa Timur mencatat 18.393 kasus DBD dan 185 di antaranya berujung kematian.

Dinas Kesehatan Jawa Timur telah menjalankan upaya-upaya pencegahan penularan DBD, termasuk sosialisasi penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), optimalisasi peran juru pemantau jentik (jumantik), dan pembagian bubuk abate.
 
Khofifah mengatakan bahwa kasus DBD di Jawa Timur berpeluang meningkat dan meminta warga giat melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dengan cara menguras, menutup dan menyingkirkan atau mendaur ulang barang bekas yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular virus dengue.

Ia juga menganjurkan warga memakai losion anti-nyamuk atau memasang kawat kasa atau kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk penular DBD.

"Butuh kepedulian bersama. Selain rumah, tempat lain yang juga harus dijaga kebersihannya adalah sekolah, tempat kerja, tempat ibadah dan tempat-tempat umum. Fogging atau pengasapan memang membunuh nyamuk-nyamuk dewasa, tapi tidak jentik-jentiknya," katanya.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga meminta 968 puskesmas di wilayahnya menggiatkan kegiatan penyuluhan mengenai pencegahan penularan DBD ke masyarakat.

Pewarta : Fiqih Arfani
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024