Jakarta (ANTARA) - Komisioner Kompolnas Andre Pulungan menilai aplikasi "SIGAP" sebagai terobosan brilian di tengah pandemi COVID-19.

"Ini rezeki dan hikmah yang didapat Polda Metro Jaya di tengah pandemi COVID-19," kata Andre saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.

Aplikasi itu digagas Kepala Sekolah Polisi Negara (SPN) Lido Polda Metro Jaya Kombes Polisi Aloysius Supriyadi dan Koordinator Tenaga Pendidik (Koorgadik) SPN Lido Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Polisi Andi Sinjaya Ghalib.

Andre mengaku telah mengetahui rencana penerapan aplikasi SIGAP bagi tenaga pendidik dan siswa calon Bintara Polri itu sebelum wabah COVID-19, karena Kepala SPN dan Koorgadik sudah antisipasi dan berusaha mencari solusi untuk mengatasi masalah proses belajar mengajar.

Lebih lanjut, Andre menuturkan aplikasi berbasis teknologi itu sejalan dengan kebijakan elektronik kepolisian (e-policing), sehingga SIGAP lebih menjamin akuntabilitas dan tranparansi hubungan antara siswa dengan tenaga pendidik pada dunia pendidikan Polri.

Kompolnas mendorong pola yang digunakan seperti aplikasi SIGAP dapat diadopsi jajaran Lemdiklat Polri, termasuk Sespimma, Sespimmen, Sespimti, Akpol dan PTIK, atau pendidikan pengembangan kejuruan lainnya.

Andre menyarankan pimpinan SPN Lido Polda Metro Jaya melengkapi aplikasi SIGAP dengan memperbanyak akses referensi literasi secara digital atau bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) Edi Hasibuan menganggap aplikasi SIGAP akan mendongkrak integritas calon Bintara Polri.

"Kami menilai aplikasi ini banyak memberikan edukasi dan bisa mendongkrak integritas para calon siswa Bintara Polri," ucap Edi.

Edi menyatakan aplikasi digital SIGAP juga seiring dengan program penguatan Promoter Kapolri untuk mewujudkan sumber daya manusia yang unggul pada institusi Polri.

Mantan komisioner Kompolnas itu mengatakan para siswa calon Bintara Polri harus mengikuti perkembangan teknologi yang semakin maju ke arah revolusi era industri 4.0 sehingga meningkatkan kapabilitas.

"Aplikasi ini sangat berguna bagi siswa Bintara dan para remaja yang memiliki cita-cita menjadi anggota Polri karena banyak berisi pengetahuan bagi masyarakat," ujar dosen Universitas Bhayangkara itu.

Sebelumnya, Kepala SPN Lido Polda Metro Jaya Kombes Polisi Aloysius Supriyadi dan Koordinator Tenaga Pendidik (Koorgadik) SPN Lido Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Polisi Andi Sinjaya Ghalib menggagas aplikasi "SIGAP PROMOTER SPN PMJ".

Aplikasi digital itu untuk menunjang peningkatan kualitas staf pengajar, pengasuh, serta siswa pendidikan calon Bintara Polda Metro Jaya di SPN Lido.

Aloysius mengungkapkan aplikasi SIGAP berawal dari ide cara mendongkrak integritas para calon bintara Polri sesuai visi dan visi Kapolri Jenderal Polisi Idham Aziz melalui program "Promoter" khususnya poin ketiga untuk mewujudkan pemberdayaan kualitas SDM Polri yang profesional dan berkompeten.

Hal tersebut seiring pula dengan komitmen dan penekanan Kapolda Metro Jaya Irjen Polisi Nana Sujana menjadikan Polda Metro Jaya sebagai pelopor inovasi untuk kepentingan masyarakat dan institusi Polri, serta mewujudkan pengembangan kapasitas diri setiap anggota sesuai tantangan global menuju revolusi industri 4.0.

Siswa Gadik
Aloysius dan Andi Sinjaya berusaha menciptakan sistem pembelajaran bagi tenaga pendidik maupun siswa calon Bintara Polri agar bisa berlangsung secara interaktif dan portabel sehingga efektif dan efisien untuk mencapai target yang dituju.

Tercatat sebanyak 80 persen dari jumlah total personel Polda Metro Jaya sekitar 32.000 ribu anggota merupakan Bintara Polri yang melalui pendidikan di SPN Lido.

Sementara itu, AKBP Andi Sinjaya Ghalib menjelaskan guna mendukung terlaksananya aplikasi SIGAP sebagai program berbasis teknologi informasi (TI), dicanangkan pula program pengembangan kapasitas para tenaga pendidik (Instructor Capacity Building) dan perbaikan sarana prasarana di SPN.

Selama ini diungkapkan Andi, penilaian kinerja tenaga pendidik, pengasuh maupun siswa calon bintara Polri dilakukan secara konvensional atau tidak berbasis teknologi sehingga perlu beralih melalui sistem digital.

Pemberian nama program SIGAP menurut Aloysius berasal dari singkatan "Siswa Gadik (Tenaga Pendidik) dan Pengasuh" yang terlibat langsung pada sistem belajar mengajar di SPN se-Indonesia.

Pewarta : Taufik Ridwan
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024