Timika (ANTARA) - Manajemen PT Freeport Indonesia terus berupaya mengurangi kepadatan jumlah populasi karyawan dan keluarganya yang bermukim di wilayah Tembagapura hingga hanya tersisa sekitar 12.500 orang untuk menghindari risiko terpapar COVID-19.

Vice Presiden PT Freeport Indonesia Bidang Govrel Johnny Lingga yang dikonfirmasi di Timika, Senin, mengatakan salah satu upaya yang dilakukan perusahaan untuk meminimalisasi risiko penularan COVID-19 di kalangan karyawan dan keluarganya di Tembagapura dengan mengurangi kepadatan populasi di kota yang suhunya cukup ekstrem itu.

"Target kita yang nantinya tersisa di Tembagapura itu tinggal 12.500. Sebelumnya populasi di Tembagapura itu mencapai 17.000 orang. Sekarang tersisa hanya sekitar 13.500 orang," kata Johnny.

Johnny menegaskan pengurangan populasi karyawan di wilayah Tembagapura bukan diartikan sebagian karyawan (baik karyawan permanen Freeport maupun karyawan perusahaan subkontraktor) akan diberhentikan.

"Bukan berarti dihabisin yang lain, tidak demikian. Tapi karena saat ini kita masih berada dalam situasi pandemi COVID-19 maka sebagian yang lain cuti kerja dan lain-lain. Hak-hak mereka tetap dibayarkan seperti biasa, tidak kurang sepeserpun. Perusahaan harus melakukan hal ini sebagai bagian dari penerapan protokol kesehatan untuk pencegahan COVID-19 dalam hal menjaga jarak fisik," jelas Johnny.

Menurut dia, setiap karyawan yang hendak berangkat cuti kerja dari Tembagapura baik ke Timika maupun ke luar daerah sekarang ini harus melewati pemeriksaan sampel usap hidung dan tenggorokan menggunakan peralatan Polymerase Chain Reaction ( PCR).

Hal serupa juga berlaku bagi karyawan yang hendak kembali ke Tembagapura dari Timika ataupun dari daerah asalnya, menurut Johnny Lingga, harus melalui pemeriksaan sampel usap dan tenggorokan dan dinyatakan bebas COVID-19.

"Semua lalu lintas karyawan baik dari Tembagapura ke Timika maupun sebaliknya sekarang ini harus benar-benar dipastikan mereka sehat atau bebas COVID-19," jelasnya.

Johnny mengakui saat ini terjadi peningkatan jumlah kasus baru COVID-19 terutama di kawasan Tembagapura.

Namun hampir sebagian besar karyawan yang terpapar itu berstatus kontak erat atau  Orang Tanpa Gejala (OTG) dan tidak ada yang menjalani perawatan dan isolasi di rumah sakit, namun mereka melakukan program isolasi atau karantina di barak karyawan.

Ia memastikan semua peralatan untuk menunjang upaya penanggulangan pandemi COVID-19 di wilayah perusahaan hingga kini sangat memadai.

"APD kami lebih dari cukup dengan kualitas yang baik. Peralatan rapid test anti body kami juga jumlahnya cukup. Sejak awal kami langsung pesan 50.000 alat rapid test, sekarang yang baru digunakan sekitar 15.000. Malah kami pinjamkan 1.000 alat rapid test ke Pemda Mimika," jelasnya.

Selain itu, Freeport juga menyediakan dua peralatan PCR sebagai golden check COVID-19 yang ditempatkan di Klinik Kuala Kencana dengan kemampuan per hari bisa memeriksa 200 sampel usap hidung dan tenggorokan.

"Kami juga punya kit yang cukup dan tenaga dokter lebih dari cukup, ada yang kami datangkan langsung dari Jakarta," jelasnya. Warga Mimika melakukan pemeriksaan cepat anti body saat penerapan Pembatasan Sosial Diperluas dan Diperketat (PSDD) di Kota Timika beberapa waktu lalu. (ANTARA/Evarianus Supar)
Saat ini, jumlah kumulatif kasus COVID-19 di Mimika sudah mencapai 600 kasus, dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 482 orang dan jumlah pasien meninggal enam orang.

Adapun pasien aktif COVID-19 yang masih menjalani perawatan dan isolasi di rumah sakit di Mimika kini mencapai 108 orang.

Dari 18 distrik (kecamatan), terdapat dua distrik masuk zona merah penularan COVID-19 di Mimika yaitu Distrik Mimika Baru dan Tembagapura. Sementara dua distrik lainnya yaitu Kuala Kencana dan Wania masuk dalam status zona kuning.

Adapun 14 distrik yang lain berstatus zona hijau.


 

Pewarta : Evarianus Supar
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024