Sentani, Jayapura (ANTARA) - Komandan Lanud (Danlanud) Silas Papare Jayapura Marsma TNI Budhi Achmadi mengatakan Lanud Silas Papare Jayapura berkontribusi menyumbangkan pemikiran dalam bentuk buku sejarah pangkalan udara Silas Papare Jayapura bekerja sama dengan Balai Arkeologi Papua.
"Jayapura pada perang dunia II memiliki potensi yang sangat penting dan strategis, baik itu oleh Jepang maupun oleh Amerika," kata Danlanud Silas Papare Jayapura, Marsma TNI Budhi Achmadi di Sentani, Kabupaten Jayapura, Rabu.
TNI AU terutama Lanud Silas Papare Jayapura, menurut Danlanud Marsma Budhi, telah berkontribusi menyumbangkan pemikiran dalam bentuk buku sejarah Lanud Silas Papare bekerja sama dengan Balai Arkeologi Papua.
Dari latar belakang sejarah yang ada, lanjut dia, bandar udara Sentani, kedepan dapat dikembangkan menjadi bandara Hub Internasional yang dapat menghubungkan negara-negara di pasifik.
Dia berharap, Balai Arkeologi Papua harus seperti Indiana Jones yang bisa menemukan sesuatu yang spetakuler.
Danlanud Silas Papare Jayapura menyampaikan hal itu disela-sela pertemuan dan diskusi dengan tim peneliti dari Balai Arkeologi Papua di ruang kerjanya, Rabu pagi. Agenda yang disampaikan dalam diskusi itu yakni pertama terkait progres penulisan buku sejarah Lanud Silas Papare Jayapura.
Kedua, tentang webinar tentang sejarah perang dunia II di Papua yang akan dilaksanakan awal Oktober nanti. Terakhir, terkait penelitian tentang peninggalan perang dunia II di Biak yang banyak ditemukan didalam air laut.
Kepala Balai Arkeologi Papua, Gusti Made Sudarmika mengatakan kerjasama antara Lanud Jayapura dan Balai Arkeologi Papua itu adalh langkah yang sangat baik, lantaran pada dasarnya pihaknya tak bisa bekerja sendiri tanpa stakholder lain.
"Saya kira kerjasama ini merupakan langkah yang baik. Arkeologi itu, pada dasarnya tidak bisa bekerja sendirian," ujarnya.
Menurut dia, memang secara keilmuan, mempelajari benda-benda saja dalam tiga dimensi utama yaitu ruang, waktu dan fungsi. Ketika itu diwujudkan, seharusnya yang perlu dikomunikasi lagi kepada stakholder lain.
Sudarmika mengapresiasi pihak Lanud Silas Papare Jayapura yang sudah memberikan langkah luar biasa.
Bahan-bahan yang digunakan itu,lanjutnya, bisa dielaborasi lagi dengan data-data yang lain, sesuai dengan data yang dimiliki oleh teman-teman di Lanud Silas Papare.
Ia menyebut, akan menjadi sebuah informasi yang lengkap, bagimana kondisi atau cara pada massa perang II atau dalam ilmu Arkeologi masuk dalam masa kolonial terstruktur secara rapi dan bisa dibaca oleh banyak kalangan.
"Saya kira ini langkah yang baik, kerja sama yang baik antara Balai Arkeologi Papua bersama Lanud Silas Papare Jayapura, lantaran nantinya buku ini dinikmati oleh banyak kalangan. Tidak hanya dari segi ilmuan dalam artian Balai Arkeologi itu sendiri, tapi masyarakat yang membutuhkan dapat memanfaatkannya secara baik dan benar," katanya.
Dengan adanya kerjasama ini, kata dia, ada informasi-informasi yang selama ini belum diketahui, itu menjadi bahan evaluasi bagi Arkeologi Papua, untuk menentukan langkah-langkah berikutnya, lantaran informasi dari masyarakat dan juga instansi terkait sangat dibutuhkan.
Sementara itu, Hari Suroto, koordinator peneliti dari Balai Arkeologi Papua menyebutkan, peninggalan perang dunia II di Jayapura dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata sejarah dan destinasi wisata pendidikan untuk siswa.
Selain itu, tambah dia, untuk wisatawan dalam negeri juga wisatawan luar negeri yang orang tuanya dahulu menjadi bagian dalam pertempuran di Hollandia/Jayapura. Wisatawan luar negeri ini berasal dari negara-negara yang tergabung dalam sekutu melawan Jepang meliputi Amerika Serikat, Australia, Belanda, dan Inggris.
"Jayapura pada perang dunia II memiliki potensi yang sangat penting dan strategis, baik itu oleh Jepang maupun oleh Amerika," kata Danlanud Silas Papare Jayapura, Marsma TNI Budhi Achmadi di Sentani, Kabupaten Jayapura, Rabu.
TNI AU terutama Lanud Silas Papare Jayapura, menurut Danlanud Marsma Budhi, telah berkontribusi menyumbangkan pemikiran dalam bentuk buku sejarah Lanud Silas Papare bekerja sama dengan Balai Arkeologi Papua.
Dari latar belakang sejarah yang ada, lanjut dia, bandar udara Sentani, kedepan dapat dikembangkan menjadi bandara Hub Internasional yang dapat menghubungkan negara-negara di pasifik.
Dia berharap, Balai Arkeologi Papua harus seperti Indiana Jones yang bisa menemukan sesuatu yang spetakuler.
Danlanud Silas Papare Jayapura menyampaikan hal itu disela-sela pertemuan dan diskusi dengan tim peneliti dari Balai Arkeologi Papua di ruang kerjanya, Rabu pagi. Agenda yang disampaikan dalam diskusi itu yakni pertama terkait progres penulisan buku sejarah Lanud Silas Papare Jayapura.
Kedua, tentang webinar tentang sejarah perang dunia II di Papua yang akan dilaksanakan awal Oktober nanti. Terakhir, terkait penelitian tentang peninggalan perang dunia II di Biak yang banyak ditemukan didalam air laut.
Kepala Balai Arkeologi Papua, Gusti Made Sudarmika mengatakan kerjasama antara Lanud Jayapura dan Balai Arkeologi Papua itu adalh langkah yang sangat baik, lantaran pada dasarnya pihaknya tak bisa bekerja sendiri tanpa stakholder lain.
"Saya kira kerjasama ini merupakan langkah yang baik. Arkeologi itu, pada dasarnya tidak bisa bekerja sendirian," ujarnya.
Menurut dia, memang secara keilmuan, mempelajari benda-benda saja dalam tiga dimensi utama yaitu ruang, waktu dan fungsi. Ketika itu diwujudkan, seharusnya yang perlu dikomunikasi lagi kepada stakholder lain.
Sudarmika mengapresiasi pihak Lanud Silas Papare Jayapura yang sudah memberikan langkah luar biasa.
Bahan-bahan yang digunakan itu,lanjutnya, bisa dielaborasi lagi dengan data-data yang lain, sesuai dengan data yang dimiliki oleh teman-teman di Lanud Silas Papare.
Ia menyebut, akan menjadi sebuah informasi yang lengkap, bagimana kondisi atau cara pada massa perang II atau dalam ilmu Arkeologi masuk dalam masa kolonial terstruktur secara rapi dan bisa dibaca oleh banyak kalangan.
"Saya kira ini langkah yang baik, kerja sama yang baik antara Balai Arkeologi Papua bersama Lanud Silas Papare Jayapura, lantaran nantinya buku ini dinikmati oleh banyak kalangan. Tidak hanya dari segi ilmuan dalam artian Balai Arkeologi itu sendiri, tapi masyarakat yang membutuhkan dapat memanfaatkannya secara baik dan benar," katanya.
Dengan adanya kerjasama ini, kata dia, ada informasi-informasi yang selama ini belum diketahui, itu menjadi bahan evaluasi bagi Arkeologi Papua, untuk menentukan langkah-langkah berikutnya, lantaran informasi dari masyarakat dan juga instansi terkait sangat dibutuhkan.
Sementara itu, Hari Suroto, koordinator peneliti dari Balai Arkeologi Papua menyebutkan, peninggalan perang dunia II di Jayapura dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata sejarah dan destinasi wisata pendidikan untuk siswa.
Selain itu, tambah dia, untuk wisatawan dalam negeri juga wisatawan luar negeri yang orang tuanya dahulu menjadi bagian dalam pertempuran di Hollandia/Jayapura. Wisatawan luar negeri ini berasal dari negara-negara yang tergabung dalam sekutu melawan Jepang meliputi Amerika Serikat, Australia, Belanda, dan Inggris.