Jayapura (ANTARA) - Pangdam  XVII/Cenderawasih   Majyen  TNI Herman   Asaribab   mengatakan  kebijakan pimpinan  Negara  menginginkan  masalah  di Papua  bisa  terselesaikan.

"Kami ingin mengajak membangun Papua dengan Hati melalui dengan Smart Power. Akar permasalahan dan metode penanganan dari Bapak dan Ibu sekalian nantinya akan menjadi masukan bagi kami. Ada Papua di Nusantara merupakan bentuk bahwa Indonesia yang tidak terpisahkan,"ungkap Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab pada forum diskusi grup Forkompinda dengan tokoh masyarakat,adat,cendikiawan dan BEM se-Jayapura.

Mayjen TNI Herman Asaribab dari Forkompimda Papua ingin merubah penanganan Papua dengan Hati, bahwa senyum adalah senjata yang efektif.

 Yang dihadapi cukup beragam meliputi perang suku, konflik Internal masyarakat dan Dikotomi di Masyarakat itu sendiri.

Gugatan fakta sejarah, referendum, KKSB Khususnya KKSB, menurut Herman Asaribab, TNI tidak akan menggunakan lagi istilah tersebut tetapi kami menyebutnya saudara saudara yang berbeda pendapat karena apapun ceritanya mereka adalah saudara kita bangsa Indonesia.

Pangdam menyebut dengan terselenggaranya acara ini kita dapat mencari metode penanganan masalah yang komprehensif ke depan.

"Supaya Papua berada dalam situasi yang aman, damai dan sejahtera. Agar kita semua dapat membangun Papua menjadi lebih maju lagi,”harap Pangdam

Sementara itu, pada kesempatannya Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpau mengatakan bahwa acara kumpul  seperti ini merupakan forum yang baik untuk berdiskusi terkait penyelesaian masalah yang berada di tanah Papua ini. 

“Dimana saat ini Provinsi Papua menjadi satu–satunya provinsi yang sedang berkonflik di negeri ini. Saya ingin mengingatkan bahwa Papua ada maka ada Indonesia ini. Indonesia tidak lengkap apabila tidak ada Papua,”kata Kapolda.

“Kita harus fokus pada pelayanan dasar yang baik. Ada banyak penyelenggara negara yang tidak melaksanakan tugas dengan benar sehingga masyarakat tidak menerima hal tersebut. Masyarakat menginginkan suasana yang sejuk. Harapan saya, kita sebagai manusia yang punya latar belakang intelektualitas dan hati, mari laksanakan tugas dengan baik,”harap Kapolda.

 Pembantu Rektor IV Dr. Frederic Sokoy juga mengatakan, dalam penanganan Papua, dari sisi akademisi pendekatan adalah hal yang paling penting.

Di wilayah pegunungan tengah, permasalahan tidak pernah selesai, oleh karena itu kita perlu melaksanakan mapping yang komprehensif. 

"Kita berharap komunikasi seperti ini, bisa berkelanjutan. Sementara peristiwa – peristiwa tertentu yang merengut jiwa itu hampir terjadi setiap hari. Kita berharap melalui Bapak Pangdam dan Kapolda, Nantinya mungkin juga bisa memberikan penjelasan tentang pembangunan ataupun Otsus. Momentum ini adalah momen yang sangat tepat, kita berdiskusi dalam penanganan Papua,”ucapnya.

Pada acara FGD tersebut banyak saran dan masukan dalam penyelesaian masalah konflik yang disampaikan peserta.

Pangdam menyampaikan  hasil dari kegiatan FGD tersebut akan dibuat sebuah buku rekomendasi yang isinya juga akan disajikan dalam kesempatan FGD berikutnya.

"Terimakasih atas saran masukan dari para narasumber, ke depan solusi tentang permasalah di Papua akan dituangkan dalam bentuk buku dan akan kita diskusikan dalam kesempatan FGD berikutnya,"ujarnya

Pewarta : Redaktur Papua
Editor : Editor Papua
Copyright © ANTARA 2024