Jayapura (ANTARA) - Kapolda Papua Irjen Pol. Paulus Waterpauw menyebutkan dua pelajar menjadi korban penembakan orang tak dikenal (OTK) di Sinak, Kabupaten Puncak, seorang di antaranya meninggal dunia.
"Pemutarbalikan fakta dan playing victim melalui media massa selalu menjadi trik dari kelompok pro-KKB dan pendukungnya di dalam dan luar negeri untuk menyudutkan pemerintah Indonesia," kata Kapen Kogabwilhan III Kol CZI Suriastawa.
"Memang benar ada laporan dua pelajar menjadi korban penembakan OTK pada hari Jumat (20/11) di Sinak, salah seorang di antaranya meninggal dunia," kata Kapolda Papua Irjen Pol. Paulus Waterpauw kepada ANTARA di Jayapura, Sabtu.
Kendati demikian, Kapolda mengatakan bahwa polisi belum bisa memastikan siapa pelaku penembakan.
Kapolda lantas memerintahkan penyelidikan kasus tersebut kepada Polres Puncak.
Karena lokasinya yang jauh, menurut Irjen Pol. Paulus Waterpauw, akan membutuhkan waktu, apalagi kondisi geografisnya.
Meskipun demikian, penyidik akan melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut.
Karena lokasinya yang jauh, menurut Irjen Pol. Paulus Waterpauw, akan membutuhkan waktu, apalagi kondisi geografisnya.
Meskipun demikian, penyidik akan melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut.
Ketika ditanya apakah kedua korban benar-benar berstatus pelajar, Kapolda mengatakan bahwa pihaknya menerima laporan seperti itu.
Kedua korban adalah pelajar SMA yang ada di Kabupaten Puncak, kata Kapolda Papua yang dihubungi melalui telepon selulernya.
Sebelumnya, Kapen Kogabwilhan III Kol CZI I.G.N. Suriastawa mengatakan bahwa KKB yang menjadi pelaku penembakan terhadap warga sipil di Sinak.
Ia mengatakan bahwa korban Amanus Murib dalam kondisi kritis, sedangkan korban yang meninggal dunia bernama Atanius Murib.
"Dari laporan yang kami terima, penembakan dilakukan KKB," kata Kolonel CZI Suriastawa.
"Dari laporan yang kami terima, penembakan dilakukan KKB," kata Kolonel CZI Suriastawa.
Aksi KKB diduga bermotif intimidasi kepada masyarakat karena tidak mendapat dukungan dari warga setempat serta sebagai upaya memutarbalikkan fakta dengan menuduh aparat keamanan sebagai pelakunya.
"Pemutarbalikan fakta dan playing victim melalui media massa selalu menjadi trik dari kelompok pro-KKB dan pendukungnya di dalam dan luar negeri untuk menyudutkan pemerintah Indonesia," kata Kapen Kogabwilhan III Kol CZI Suriastawa.