Jakarta (ANTARA) - Penikmat olahraga pertarungan kelas dunia sempat menatap 2020 dengan perasaan optimistis. Pada Januari, salah satu nama papan atas di dunia beladiri campuran (mix martial art) kembali naik ke oktagon setelah absen bertarung selama dua tahun.
Hasilnya memuaskan. Pria Irlandia itu sukses menaklukkan lawannya Donald Cerrone di UFC 246 saat pertarungan baru berlangsung 40 detik. Nampaknya 2020 akan menjadi tahun yang menyenangkan bagi para penikmat olahraga baku hantam.
Namun sebagaimana yang diderita olahraga-olahraga lain, merebaknya virus Corona atau yang kemudian populer disebut COVID-19 pada Maret mengacak-acak agenda yang telah disiapkan. Seiring pandemi, operator pertandingan beladiri campuran terbesar, UFC, kemudian harus melakukan pendekatan-pendekatan tertentu agar pertarungan-pertarungan dapat terus diselenggarakan.
Pada masa awal pandemi, UFC memutuskan untuk menunda sejumlah pertarungan yang mestinya diselenggarakan di London (Inggris), Columbus (AS), dan Portland (AS). Pada satu titik, mereka bahkan turut menutup semua kantornya dan meminta para pegawai untuk bekerja dari rumah.
Namun dengan segala keterbatasannya, dua bulan kemudian UFC dapat kembali menggelar pertarungan, dengan partai utama mempertemukan Justin Gaethje melawan Tony Ferguson.
Pada pertarungan yang tidak disaksikan secara langsung oleh penonton itu, Gaethje berhasil menaklukkan Feguson melalui kemenangan Technical Knock Out (TKO).
Sebagai catatan, pertarungan tersebut merupakan kegiatan olahraga besar pertama di AS yang diselenggarakan sejak pandemi COVID-19.
Sayangnya situasi selanjutnya tidak seindah itu bagi para petarung UFC. Mereka memang masih dapat bertarung, namun kebebasan berpendapat mereka disunat dengan larangan mengkritik kebijakan pemerintah terkait tindakan pencegahan COVID-19.
Khabib ditinggal wafat ayahnya, kemudian pensiun
Di tengah situasi pandemi, kabar duka menimpa nama besar lainnya di dunia beladiri campuran sekaligus juara kelas berat ringan UFC Khabib Nurmagomedov. Petarung asal Dagestan, Rusia, itu ditinggal wafat ayahnya yang diketahui koma sejak Mei. Ayah Khabib, Abdulamanap, tutup usia pada Juli saat berusia 57 tahun akibat komplikasi yang disebabkan COVID-19.
Wafatnya Abdulmanap tidak membuat Khabib membatalkan pertarungannya melawan Gaethje pada UFC 254 yang berlangsung pada Oktober di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Ia bahkan mampu menaklukkan petarung AS itu saat pertandingan baru memasuki ronde kedua dengan kemenangan submission.
Namun segera setelah pertarungan usai, Khabib segera mengumumkan dirinya pensiun sebagai atlet beladiri campuran profesional. Di atas oktagon, Khabib mengatakan bahwa ia telah berjanji kepada ibunya untuk tidak pernah bertarung tanpa kehadiran ayahnya.
Khabib tercatat merupakan pemegang gelar juara kelas berat ringan UFC sejak April 2018 sampai pertarungan terakhirnya. Ia memiliki catatan mengagumkan dengan memenangi ke-29 pertarungan yang dimainkannya, dengan delapan kemenangan knock out (KO), 11 kemenangan submission, dan sepuluh kemenangan by decision.
Sebelumnya, pada Juni musuh bebuyutan Khabib, McGregor, sempat menyatakan dirinya pensiun untuk ketiga kalinya pada Juni. Toh seperti yang sudah-sudah, ia kemudian pada Oktober menyatakan akan kembali naik oktagon untuk meladeni tantangan petarung AS Dustin Poirier. Pertarungan itu rencananya akan diselenggarakan pada Januri 2021.
Terlepas kisruhnya hubungan antara McGregor dengan Khabib, petarung Irlandia itu masih memperlihatkan rasa hormat kepada sang rival serta almarhum ayahnya.
Setelah kemenangan Khabib atas Gaethje, McGregor tidak sungkan untuk menulis cuitan yang berisi pujian terhadap penampilan Khabib serta turut berduka cita untuk meninggalnya Abdulmanap.
Tyson kembali naik ring
Pada olahraga tarung saudara kandung beladiri campuran, tinju, salah satu legenda hidupnya Mike Tyson kembali naik ring untuk menjotos orang.
Si leher beton bertarung menghadapi Roy Jones Jr di Los Angeles pada November silam. Pertarungan eksebisi selama delapan ronde itu tidak menghasilkan pemenang.
Mungkin setelah merasakan nikmatnya kembali menjotos lawan, Tyson yang telah berusia 54 tahun kemudian berjanji akan kembali naik ring. Calon lawan Tyson berikutnya merupakan dua mantan petinju yang juga pernah dihadapinya, yakni Evander Holyfield dan Lennox Lewis.
Selain Tyson, pada 2020 terdapat nama besar dari masa lalu lainnya yang juga mengumumkan akan kembali bertinju adalah Oscar de la Hoya. Ia rencananya ingin menghadapi petinju Kazakhstan Gennady Golovkin. Meski sudah memanaskan suasana dengan saling melancarkan perang urat syaraf, sampai sekarang belum ada tanggal pasti pertarungan antara kedua sosok tersebut.
De La Hoya terakhir kali bertarung pada 2008. Saat itu ia dikalahkan petinju Filipina Manny Pacquiao pada ronde kedelapan.
Di luar nostalgia manis dengan Tyson, pada tahun ini publik penggemar tinju masih belum dapat menyaksikan duel penguasa kelas berat saat Anthony Joshua kontra Tyson Fury.
Seandainya dapat direalisasikan, pemenang pertarungan itu akan dapat menyandang gelar juara dunia kelas berat sejati. Pasalnya, Joshua memiliki sabuk juara versi WBA, IBF, IBO, dan WBO, sedangkan Fury memiliki sabuk juara versii WBC.
Joshua sendiri pada pertarungan terakhirnya sukses mempertahankan keempat sabuknya tersebut, saat ia ditantang Kubrat Pulev asal Bulgaria. Petinju Britania itu memerlukan sembilan ronde untuk merobohkan sang lawan dan mengamankan kemenangan KO.
Sedangkan Fury terakhir kali bertanding pada Februari. Saat itu ia menang Technical Knock Out (TKO) atas Deontay Wilder. Sempat beredar wacana bahwa Fury akan kembali bertinju pada Desember untuk bertarung ulang dengan Wilder, namun belakangan ia membatalkannya.
Mungkin pertarungan itu akan benar-benar terwujud pada tahun depan. Mudah-mudahan...
Hasilnya memuaskan. Pria Irlandia itu sukses menaklukkan lawannya Donald Cerrone di UFC 246 saat pertarungan baru berlangsung 40 detik. Nampaknya 2020 akan menjadi tahun yang menyenangkan bagi para penikmat olahraga baku hantam.
Namun sebagaimana yang diderita olahraga-olahraga lain, merebaknya virus Corona atau yang kemudian populer disebut COVID-19 pada Maret mengacak-acak agenda yang telah disiapkan. Seiring pandemi, operator pertandingan beladiri campuran terbesar, UFC, kemudian harus melakukan pendekatan-pendekatan tertentu agar pertarungan-pertarungan dapat terus diselenggarakan.
Pada masa awal pandemi, UFC memutuskan untuk menunda sejumlah pertarungan yang mestinya diselenggarakan di London (Inggris), Columbus (AS), dan Portland (AS). Pada satu titik, mereka bahkan turut menutup semua kantornya dan meminta para pegawai untuk bekerja dari rumah.
Namun dengan segala keterbatasannya, dua bulan kemudian UFC dapat kembali menggelar pertarungan, dengan partai utama mempertemukan Justin Gaethje melawan Tony Ferguson.
Pada pertarungan yang tidak disaksikan secara langsung oleh penonton itu, Gaethje berhasil menaklukkan Feguson melalui kemenangan Technical Knock Out (TKO).
Sebagai catatan, pertarungan tersebut merupakan kegiatan olahraga besar pertama di AS yang diselenggarakan sejak pandemi COVID-19.
Sayangnya situasi selanjutnya tidak seindah itu bagi para petarung UFC. Mereka memang masih dapat bertarung, namun kebebasan berpendapat mereka disunat dengan larangan mengkritik kebijakan pemerintah terkait tindakan pencegahan COVID-19.
Khabib ditinggal wafat ayahnya, kemudian pensiun
Di tengah situasi pandemi, kabar duka menimpa nama besar lainnya di dunia beladiri campuran sekaligus juara kelas berat ringan UFC Khabib Nurmagomedov. Petarung asal Dagestan, Rusia, itu ditinggal wafat ayahnya yang diketahui koma sejak Mei. Ayah Khabib, Abdulamanap, tutup usia pada Juli saat berusia 57 tahun akibat komplikasi yang disebabkan COVID-19.
Wafatnya Abdulmanap tidak membuat Khabib membatalkan pertarungannya melawan Gaethje pada UFC 254 yang berlangsung pada Oktober di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Ia bahkan mampu menaklukkan petarung AS itu saat pertandingan baru memasuki ronde kedua dengan kemenangan submission.
Namun segera setelah pertarungan usai, Khabib segera mengumumkan dirinya pensiun sebagai atlet beladiri campuran profesional. Di atas oktagon, Khabib mengatakan bahwa ia telah berjanji kepada ibunya untuk tidak pernah bertarung tanpa kehadiran ayahnya.
Khabib tercatat merupakan pemegang gelar juara kelas berat ringan UFC sejak April 2018 sampai pertarungan terakhirnya. Ia memiliki catatan mengagumkan dengan memenangi ke-29 pertarungan yang dimainkannya, dengan delapan kemenangan knock out (KO), 11 kemenangan submission, dan sepuluh kemenangan by decision.
Sebelumnya, pada Juni musuh bebuyutan Khabib, McGregor, sempat menyatakan dirinya pensiun untuk ketiga kalinya pada Juni. Toh seperti yang sudah-sudah, ia kemudian pada Oktober menyatakan akan kembali naik oktagon untuk meladeni tantangan petarung AS Dustin Poirier. Pertarungan itu rencananya akan diselenggarakan pada Januri 2021.
Terlepas kisruhnya hubungan antara McGregor dengan Khabib, petarung Irlandia itu masih memperlihatkan rasa hormat kepada sang rival serta almarhum ayahnya.
Setelah kemenangan Khabib atas Gaethje, McGregor tidak sungkan untuk menulis cuitan yang berisi pujian terhadap penampilan Khabib serta turut berduka cita untuk meninggalnya Abdulmanap.
Tyson kembali naik ring
Pada olahraga tarung saudara kandung beladiri campuran, tinju, salah satu legenda hidupnya Mike Tyson kembali naik ring untuk menjotos orang.
Si leher beton bertarung menghadapi Roy Jones Jr di Los Angeles pada November silam. Pertarungan eksebisi selama delapan ronde itu tidak menghasilkan pemenang.
Mungkin setelah merasakan nikmatnya kembali menjotos lawan, Tyson yang telah berusia 54 tahun kemudian berjanji akan kembali naik ring. Calon lawan Tyson berikutnya merupakan dua mantan petinju yang juga pernah dihadapinya, yakni Evander Holyfield dan Lennox Lewis.
Selain Tyson, pada 2020 terdapat nama besar dari masa lalu lainnya yang juga mengumumkan akan kembali bertinju adalah Oscar de la Hoya. Ia rencananya ingin menghadapi petinju Kazakhstan Gennady Golovkin. Meski sudah memanaskan suasana dengan saling melancarkan perang urat syaraf, sampai sekarang belum ada tanggal pasti pertarungan antara kedua sosok tersebut.
De La Hoya terakhir kali bertarung pada 2008. Saat itu ia dikalahkan petinju Filipina Manny Pacquiao pada ronde kedelapan.
Di luar nostalgia manis dengan Tyson, pada tahun ini publik penggemar tinju masih belum dapat menyaksikan duel penguasa kelas berat saat Anthony Joshua kontra Tyson Fury.
Seandainya dapat direalisasikan, pemenang pertarungan itu akan dapat menyandang gelar juara dunia kelas berat sejati. Pasalnya, Joshua memiliki sabuk juara versi WBA, IBF, IBO, dan WBO, sedangkan Fury memiliki sabuk juara versii WBC.
Joshua sendiri pada pertarungan terakhirnya sukses mempertahankan keempat sabuknya tersebut, saat ia ditantang Kubrat Pulev asal Bulgaria. Petinju Britania itu memerlukan sembilan ronde untuk merobohkan sang lawan dan mengamankan kemenangan KO.
Sedangkan Fury terakhir kali bertanding pada Februari. Saat itu ia menang Technical Knock Out (TKO) atas Deontay Wilder. Sempat beredar wacana bahwa Fury akan kembali bertinju pada Desember untuk bertarung ulang dengan Wilder, namun belakangan ia membatalkannya.
Mungkin pertarungan itu akan benar-benar terwujud pada tahun depan. Mudah-mudahan...