Jakarta (ANTARA) - Sejumlah operator terminal bus umum di DKI Jakarta menantikan pengadaan alat pendeteksi COVID-19 karya anak bangsa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, GeNose.
"Kita juga pingin punya alat itu (GeNose), tapi masih menunggu regulasinya dari Kementrian Perhubungan," kata Kepala Terminal Terpadu Pulogebang Bernard Pasaribu di Jakarta, Senin.
Bernard mengatakan operator terminal akan menyesuaikan pengadaan alat GeNose dengan jumlah penumpang.
"Yang jelas kebutuhan kita akan disesuaikan dengan jumlah keberangkatan penumpang. Kalau perlu dengan kedatangan penumpang juga," katanya.
Jumlah alat deteksi dini COVID-19 itu akan disesuaikan permintaannya berdasarkan tingkat kemampuan pemakaian.
"Kalau bicara pengadaan, Nah itu saya yang belum paham, karena alat itu kan kemampuannya seperti apa?, lalu bisa dipakai beraoa kali dan berapa banyak?, baru kita tentukan jumlahnya," kata Bernard.
Berdasarkan informasi awal yang diberikan kepada operator terminal, kata dia, GeNose berkemampuan mengeluarkan hasil analisa COVID-19 dalam waktu 3 menit dengan menggunakan media plastik.
Secara terpisah Kepala Terminal Kampung Rambutan, Made Jhoni, mengatakan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi telah mengunjungi Terminal Kampung Rambutan, Minggu (24/1) untuk mengecek kesiapan alat GeNose yang sedang dipesan.
"Alatnya sampai hari ini memang belum ada di terminal. Masih dipesan oleh Kementerian Perhubungan. Kita masih menantikan alatnya," katanya.
Jika saat dilakukan pengecekan secara acak seseorang dinyatakan positif, kata Jhoni, maka yang bersangkutan tidak dibolehkan berangkat.
Kehadiran GeNose diharapkan dapat memperketat pergerakan penumpang lintas provinsi.
"Jika calon penumpang merasa sakit, jangan bepergian dahulu, apalagi menggunakan bus, karena nantinya akan terkena cek GeNose secara acak," katanya.
Jhoni menambahkan sesuai arahan Menhub pengadaan alat tes GeNose ditargetkan berlangsung pada Februari 2021.
Terminal Terpadu Pulogebang akan menjadi terminal pertama yang diprioritaskan untuk pengadaan alat GeNose.
"Kita juga pingin punya alat itu (GeNose), tapi masih menunggu regulasinya dari Kementrian Perhubungan," kata Kepala Terminal Terpadu Pulogebang Bernard Pasaribu di Jakarta, Senin.
Bernard mengatakan operator terminal akan menyesuaikan pengadaan alat GeNose dengan jumlah penumpang.
"Yang jelas kebutuhan kita akan disesuaikan dengan jumlah keberangkatan penumpang. Kalau perlu dengan kedatangan penumpang juga," katanya.
Jumlah alat deteksi dini COVID-19 itu akan disesuaikan permintaannya berdasarkan tingkat kemampuan pemakaian.
"Kalau bicara pengadaan, Nah itu saya yang belum paham, karena alat itu kan kemampuannya seperti apa?, lalu bisa dipakai beraoa kali dan berapa banyak?, baru kita tentukan jumlahnya," kata Bernard.
Berdasarkan informasi awal yang diberikan kepada operator terminal, kata dia, GeNose berkemampuan mengeluarkan hasil analisa COVID-19 dalam waktu 3 menit dengan menggunakan media plastik.
Secara terpisah Kepala Terminal Kampung Rambutan, Made Jhoni, mengatakan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi telah mengunjungi Terminal Kampung Rambutan, Minggu (24/1) untuk mengecek kesiapan alat GeNose yang sedang dipesan.
"Alatnya sampai hari ini memang belum ada di terminal. Masih dipesan oleh Kementerian Perhubungan. Kita masih menantikan alatnya," katanya.
Jika saat dilakukan pengecekan secara acak seseorang dinyatakan positif, kata Jhoni, maka yang bersangkutan tidak dibolehkan berangkat.
Kehadiran GeNose diharapkan dapat memperketat pergerakan penumpang lintas provinsi.
"Jika calon penumpang merasa sakit, jangan bepergian dahulu, apalagi menggunakan bus, karena nantinya akan terkena cek GeNose secara acak," katanya.
Jhoni menambahkan sesuai arahan Menhub pengadaan alat tes GeNose ditargetkan berlangsung pada Februari 2021.
Terminal Terpadu Pulogebang akan menjadi terminal pertama yang diprioritaskan untuk pengadaan alat GeNose.