Paris (ANTARA) - Pasukan keamanan Myanmar terbukti bersalah atas kekerasan "membabi buta dan mematikan" terhadap penduduk sipil negara tersebut, kata Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian pada Senin (29/3).
"Pasukan keamanan Burma menerobos aturan lain dengan kekerasan yang membabi buta dan mematikan pada Sabtu lalu, sekali lagi menggunakan senjata mereka melawan masyarakat dan menewaskan lebih dari 100 orang, di antaranya anak-anak yang masih kecil," kata Le Drian melalui pernyataan.
Le Drian menegaskan lagi seruannya kepada militer Myanmar agar menghentikan siklus mematikan dan melepaskan semua tahanan politik tanpa syarat.
Sedikitnya 510 warga sipil tewas di tangan pasukan keamanan Myanmar dalam hampir dua bulan dalam upaya menghentikan protes menentang kudeta 1 Februari, menurut kelompok advokasi Assistance Association for Political Prisoners.
Berdasarkan data kelompok tersebut, total korban tewas pada Sabtu (27/3), yang sejauh ini menjadi hari paling mematikan, bertambah menjadi 141 korban.
Sumber: Reuters
"Pasukan keamanan Burma menerobos aturan lain dengan kekerasan yang membabi buta dan mematikan pada Sabtu lalu, sekali lagi menggunakan senjata mereka melawan masyarakat dan menewaskan lebih dari 100 orang, di antaranya anak-anak yang masih kecil," kata Le Drian melalui pernyataan.
Le Drian menegaskan lagi seruannya kepada militer Myanmar agar menghentikan siklus mematikan dan melepaskan semua tahanan politik tanpa syarat.
Sedikitnya 510 warga sipil tewas di tangan pasukan keamanan Myanmar dalam hampir dua bulan dalam upaya menghentikan protes menentang kudeta 1 Februari, menurut kelompok advokasi Assistance Association for Political Prisoners.
Berdasarkan data kelompok tersebut, total korban tewas pada Sabtu (27/3), yang sejauh ini menjadi hari paling mematikan, bertambah menjadi 141 korban.
Sumber: Reuters