Wamena (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua mengakui, kesulitan membiayai ketersediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan warga di pusat kota selama kurang lebih empat tahun terakhir.

Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PUPR Jayawijaya Jeki Pigome di Wamena, Kamis, mengatakan masalah yang terjadi adalah intake air bersih terputus akibat bencana lonsor.
 
"Kalau intake yang putus dikoneksikan pasti sudah mengalir kembali, dan itu butuh biaya yang besar karena kalau kita daerah yang tangani memang agak susah, butuh interfensi dari provinsi atau pusat. Kita sudah usulkan di sumber-sumber lain seperti DAK tapi yang kita dapat kecil-kecil jadi agak susah," katanya.

Selama ini masyarakat di pusat kota hanya mengandalkan air hujan dan air sumur bor yang dibuat sendiri pasca terputusnya 30 batang pipa dari intake Napua 1.

Pemerintah kabupaten telah menyurati pemerintah Provinsi Papua agar dapat menginterfensi masalah pemenuhan air bersih yang terhambat.

"Kami sudah menyurat ke balai di provinsi cipta karya, rencananya kalau tidak menutup kemungkinan mungkin tahun ini mereka akan masuk," katanya.

Selama ini kantor-kantor pemerintah juga memanfaatkan sumur bor sebab air yang ditangani PDAM itu sudah tidak mengalir lagi.

"Kondisi ini (intake terputus) menyebabkan sampai sekarang PDAM tidak berjalan lagi karena PDAM ini sistemnya retribusi, tetapi karena air tidak jalan di jalur mereka akhirnya PDAM vakum," katanya.
 

Pewarta : Marius Frisson Yewun
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024