Jakarta (ANTARA) - Ketua DPD RI LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta pemuka agama membantu pemerintah selama penanganan pandemi COVID-19.

"Kami berharap para pemuka agama untuk mengajak jamaah atau umatnya agar mematuhi kebijakan pemerintah tersebut. Keputusan ini merupakan wujud kepedulian agama dalam peranannya turut memutus mata rantai penyebaran COVID-19 yang semakin tidak terkendali," kata LaNyalla dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.

Pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, dimana salah satu poinnya adalah penutupan sementara tempat ibadah, seperti masjid, gereja, pura, dan rumah ibadah lainnya.

"Dalam situasi apapun, agama pasti hadir untuk mewujudkan rasa aman dan ketenteraman bagi umat manusia. Apalagi di tengah situasi COVID-19 yang meninggi seperti sekarang ini," tutur LaNyalla.

Penutupan sementara rumah ibadah itu, lanjut Mantan Ketum PSSI tersebut, menunjukkan bahwa agama berperan untuk menyelamatkan umat manusia. Sebab penutupan bertujuan menghindarkan masyarakat dari wabah.

"Saya meminta kepada masyarakat agar tidak terprovokasi dengan kebijakan ini. Karena bukan hanya tempat ibadah yang ditutup tetapi juga pusat-pusat perbelanjaan seperti mal dan restoran, serta tempat wisata," ujarnya lagi.

LaNyalla mengajak masyarakat untuk berpikir menjauhi mudharat dan lebih mengedepankan azas manfaat.

"Misalnya jika memicu kerumunan dan sulit untuk menerapkan jaga jarak di dalam mushola atau masjid-masjid kecil, tentunya untuk menghindari kemudharatan lebih baik ditutup sementara. Kecuali masjid besar dan luas yang bisa mengatur jaga jarak dan kapasitas jamaah," tegasnya.

LaNyalla mengimbau dan mengajak kepada para pemuka agama untuk saling mendukung dan mengingatkan bahaya COVID-19 yang nyata. Semua pihak agar tidak menutup mata dengan korban yang terus berjatuhan.

"Agama harus menjadi sentral cara berfikir yang logis melalui ikhtiar yang maksimal di samping berdoa. Tokoh serta pemuka agama memiliki peran penting dalam menumbuhkan kesadaran warga untuk mematuhi kebijakan PPKM demi secepatnya menurunkan penyebaran virus," ujar alumnus Universitas Brawijaya Malang ini.

Ditambahkan LaNyalla, Ibadah di masa pandemi ini masih bisa dijalankan di rumah bersama keluarga. Hal itu sekaligus sebagai momentum dalam menjadikan keluarga sebagai basis pembentukan cara berpikir keagamaan yang menjunjung kemaslahatan.

“Situasi saat ini merupakan momentum yang tepat untuk mengajak keluarga berpikir bahwa agama mampu membawa kemaslahatan. Baik kemaslahatan individu, keluarga, masyarakat, hingga kemaslahatan nasional," jelas LaNyalla.

Para pemuka agama, kata LaNyalla, bisa menjadikan tempat ibadah sebagai lokomotif penyadaran masyarakat tentang pentingnya gerakan bersama melawan COVID-19.

"Antara lain dengan penerapan disiplin protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak antar-jamaah, membawa alat ibadah sendiri, tes suhu dan lain-lain," ujarnya.

LaNyalla juga ingin tempat ibadah menjadi pelopor lahirnya solidaritas umat untuk saling menjaga dan membantu. Misalnya, digunakan untuk mengkoordinasikan donasi ke lingkungan sekitar yang terdampak COVID-19.

“Melalui masjid, gereja dan tempat ibadah lain kita gerakkan semangat saling bantu memenuhi kebutuhan pokok untuk yang kurang mampu. Terutama untuk keluarga atau individu-individu yang sedang melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing,” harap LaNyalla.


 

Pewarta : Fauzi
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024