Jakarta (ANTARA) - Valentino Rossi pada Kamis di Austria telah membulatkan tekad untuk menutup kariernya di MotoGP dalam 25 tahun terakhir ini setelah musim 2021 usai.

Ia menjadi satu-satunya pebalap yang telah memenangi gelar juara dunia di kelas 125cc, 250cc, 500cc, dan MotoGP.

Laman resmi MotoGP mencatat, karier sang pebalap Italia berawal pada 1996 saat ia berusia 17 tahun menempati posisi start ke-14 di Sepang, Malaysia.

Mengendarai motor Aprilia RS125, Rossi finis enam besar dan menarik perhatian para penonton.

Ia memiliki rentetan penampilan impresif yang diikuti dengan podium perdana di GP Austria, dan pada akhirnya kemenangan pertamanya di GP Ceko dua pekan berselang.

Tahun berikutnya menjadi milik Rossi sepenuhnya, merebut gelar juara dunia kelas 125cc lewat 11 kemenangan dari 15 Grand Prix.

Aprilia memutuskan untuk membawa Rossi naik kasta ke kelas 250cc namun ia yang saat itu berusia 19 tahun harus puas finis runner-up setelah kalah dari Loris Capirossi.

Pada 1999, Rossi membalaskan dendamnya, mengambil alih kejuaraan setelah kemenangan di GP Spanyol dan Italia, serta tujuh kemenangan lagi untuk merebut gelar dengan margin 48 poin dari pebalap Honda Tohru Ukawa.

Pada akhirnya, Rossi meloncat ke kelas premier di tahun berikutnya dan langsung menjadi perhatian saat ia mengendarai Honda NSR500.

Sebagai rookie, ia mencatatkan DNF di dua balapan pertamanya, namun tak perlu waktu lama bagi Rossi untuk naik podium di kelas paling bergengsi itu, dengan yang pertama ia raih di Jerez.

Setelah menang di Donington Park, Inggris, Rossi menjadi salah satu penantang gelar tahun itu. Meskipun meraih kemenangan keduanya di Rio de Janeiro, sayangnya gelar juara dunia jatuh ke tangan Kenny Roberts Jr.

Lima gelar beruntun

Pebalap kelahiran Urbino, Italia, 42 tahun silam itu mendominasi MotoGP ketika membalap untuk Honda dan kemudian Yamaha, meraih lima titel secara beruntun dari 2001 hingga 2005.

Pada 2001 ia memboyong titel pertamanya di kelas 500cc, kemudian di tahun keduanya berlaga di kelas premier Rossi mengoleksi 11 kemenangan dari 16 balapan untuk mengalahkan rival terdekat Max Biaggi dengan margin 106 poin di saat era motor dua tak berakhir.

Saat debut Kejuaraan Dunia MotoGP, Rossi meneruskan dominasinya dan memenangi kejuaraan dengan jarak teramat jauh yaitu 140 poin dari rivalnya,

Tahun 2003 menyaksikan Rossi mempersembahkan titel terakhir untuk Honda sebelum pindah ke Yamaha, dan mengklaim dua gelar juara dunia berikutnya bersama pabrikan Iwata itu sebelum rentetan gelarnya dihentikan oleh Nicky Hayden pada 2006, di mana ia hanya mampu finis peringkat tiga.

Kemudian pada 2007 giliran Casey Stoner yang berjaya di atas motor Ducati.

Tahun-tahun sulit

The Doctor kembali ke puncak kejuaraan pada 2008 dan 2009, dan kemudian menelan pil pahit setelah dikalahkan rekan satu timnya di Yamaha, Jorge Lorenzo, pada 2010, lalu pindah ke Ducati.

Setelah naik hanya tiga kali podium selama dua musim yang berat bersama tim pabrikan Italia itu, Rossi kembali ke Yamaha pada 2013 dan meraih kemenangan pertamanya sejak tiga tahun terakhir di Assen.

Menjadi runner-up kejuaraan pada 2014, Rossi kembali bertarung untuk gelar di tahun berikutnya namun kembali dikalahkan oleh Lorenzo.

Pebalap bernomor 46 itu panen pole position, serta kemenangan dan finis podium pada 2016, namun ia kembali finis runner-up di akhir musim setelah kalah dari Marc Marquez untuk kedua kalinya.

Tahun 2017 menyaksikan kemenangan terakhir Rossi yaitu GP Belanda di Assen dan menunjukkan musim yang suit bagi The Doctor yang mengalami patah kaki sebelum GP San Marino.

Rossi menunjukkan semangat juangnya untuk kembali ke trek tiga pekan kemudian di Aragon, sebelum naik podium lagi setelah bertarung ketat dengan Marquez di Phillip Island.

Pada 2018 sang pebalap Italia bertahan dengan Yamaha dan finis tiga besar di kejuaraan, dengan dua podium ia raih di tahun berikutnya meski tanpa kemenangan dalam dua musim itu.

Terakhir kali Rossi berpesta dengan sampanye yaitu ketika ia finis peringkat tiga di Jerez pada awal musim 2020.

Tahun ini Rossi berseragam tim Petronas Yamaha SRT, untuk pertama kalinya dalam 19 tahun terakhir membela tim satelit, dan tandem dengan anak didiknya di Akademi VR46 Franco Morbidelli.

Musim ini menjadi babak terakhir bagi kisah seorang Valentino Rossi sebagai seorang pebalap Grand Prix, namun tak perlu waktu lama bagi publik untuk melihat ia di paddock lagi saat tim miliknya, VR46 meramaikan kelas premier menggunakan mesin Ducati pada tahun depan.

"Ini keputusan yang sulit tapi saya rasa pada akhirnya di semua olahraga, hasil membuat perbedaan. Pada akhirnya ini jalan yang terbaik," kata Rossi.
 

Pewarta : Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024