Jayapura (ANTARA) - Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) menyatakan peningkatan infrastruktur di Papua juga mempengaruhi peringkat daya saing Indonesia.
Head of Research and Consulting LM FEB UI Bayuadi Wibowo dalam pertemuan virtual kepada ANTARA di Jayapura, Kamis, mengatakan pasalnya, dengan infrastruktur yang baik maka minat investor juga meningkat.
"Jika minat investor meningkat maka akan menciptakan lapangan pekerjaan baru," katanya.
Menurut Bayu, selain itu, dengan adanya perbaikan regulasi maka dengan sendirinya akan menarik minat investasi.
"Pada zaman Presiden Joko Widodo, begitu banyak pembangunan dilakukan sehingga terjadi peningkatan infrastruktur," ujarnya.
Dia menjelaskan meskipun demikian, pada dua komponen Indonesia mengalami penurunan peringkat, yakni kinerja perekonomian dan infrastruktur.
"Peringkat kinerja perekonomian Indonesia tahun 2021 berada pada posisi 35, menurun dibandingkan tahun 2020 di posisi 26, di mana penurunan peringkat tersebut didorong oleh kondisi ketenagakerjaan, perdagangan
internasional, dan tingkat harga domestik”, katanya lagi.
Dia menambahkan peringkat infrastruktur Indonesia juga menurun dari posisi 55 pada tahun 2020 menjadi posisi 57 di tahun 2021, hal tersebut disebabkan oleh faktor kesiapan infrastruktur kesehatan dan pendidikan dalam menghadapi pandemi.
Sebelumnya, penilaian peringkat daya saing menempatkan Indonesia pada posisi ke-37 dari total 64 negara berdasarkan survei IMD World Competitiveness Yearbook (WCY) 2021 yang melakukan pemeringkatan ini sejak 1989.
Managing Director LM FEB-UI Willem Makaliwe mengatakan di tengah pandemi yang melanda dunia, peringkat Indonesia 2021 mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya.
"Dilihat secara kawasan Asia Pasifik, Indonesia tetap berada pada posisi 11 dari 14 negara, di atas India dan Filipina, di mana peringkat daya saing suatu negara dipengaruhi juga maju mundurnya daya saing negara lain sehingga kompetisi tidak terhindari," katanya.
Menurut Senior Researcher LM FEB-UI Arza Faldy, hasil penilaian peringkat tersebut didasarkan pada analisis data kinerja perekonomian Indonesia sampai dengan 2020 serta penilaian para pelaku usaha terkait persepsi kondisi lingkungan bisnis yang dihadapi.
Kegiatan survei di Indonesia dilakukan oleh LM
FEB-UI yang bertindak sebagai mitra IMD di Indonesia beberapa tahun terakhir bersama dengan NU PMK.
“Metode penilaian daya saing didasarkan dari penilaian empat komponen utama meliputi kinerja perekonomian, efisiensi pemerintahan, efisiensi bisnis dan infrastruktur," kata Arza.
Head of Research and Consulting LM FEB UI Bayuadi Wibowo dalam pertemuan virtual kepada ANTARA di Jayapura, Kamis, mengatakan pasalnya, dengan infrastruktur yang baik maka minat investor juga meningkat.
"Jika minat investor meningkat maka akan menciptakan lapangan pekerjaan baru," katanya.
Menurut Bayu, selain itu, dengan adanya perbaikan regulasi maka dengan sendirinya akan menarik minat investasi.
"Pada zaman Presiden Joko Widodo, begitu banyak pembangunan dilakukan sehingga terjadi peningkatan infrastruktur," ujarnya.
Dia menjelaskan meskipun demikian, pada dua komponen Indonesia mengalami penurunan peringkat, yakni kinerja perekonomian dan infrastruktur.
"Peringkat kinerja perekonomian Indonesia tahun 2021 berada pada posisi 35, menurun dibandingkan tahun 2020 di posisi 26, di mana penurunan peringkat tersebut didorong oleh kondisi ketenagakerjaan, perdagangan
internasional, dan tingkat harga domestik”, katanya lagi.
Dia menambahkan peringkat infrastruktur Indonesia juga menurun dari posisi 55 pada tahun 2020 menjadi posisi 57 di tahun 2021, hal tersebut disebabkan oleh faktor kesiapan infrastruktur kesehatan dan pendidikan dalam menghadapi pandemi.
Sebelumnya, penilaian peringkat daya saing menempatkan Indonesia pada posisi ke-37 dari total 64 negara berdasarkan survei IMD World Competitiveness Yearbook (WCY) 2021 yang melakukan pemeringkatan ini sejak 1989.
Managing Director LM FEB-UI Willem Makaliwe mengatakan di tengah pandemi yang melanda dunia, peringkat Indonesia 2021 mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya.
"Dilihat secara kawasan Asia Pasifik, Indonesia tetap berada pada posisi 11 dari 14 negara, di atas India dan Filipina, di mana peringkat daya saing suatu negara dipengaruhi juga maju mundurnya daya saing negara lain sehingga kompetisi tidak terhindari," katanya.
Menurut Senior Researcher LM FEB-UI Arza Faldy, hasil penilaian peringkat tersebut didasarkan pada analisis data kinerja perekonomian Indonesia sampai dengan 2020 serta penilaian para pelaku usaha terkait persepsi kondisi lingkungan bisnis yang dihadapi.
Kegiatan survei di Indonesia dilakukan oleh LM
FEB-UI yang bertindak sebagai mitra IMD di Indonesia beberapa tahun terakhir bersama dengan NU PMK.
“Metode penilaian daya saing didasarkan dari penilaian empat komponen utama meliputi kinerja perekonomian, efisiensi pemerintahan, efisiensi bisnis dan infrastruktur," kata Arza.