Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Sejumlah mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berinovasi membuat beras analog dari kulit manggis dan umbi talas untuk sebagai bahan pangan pengganti beras bagi penderita diabetes.
Mahasiswa yang membuat inovasi beras analog dan lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa-Riset (PKM-RE) itu adalah Rizqi Zidhani Widya Iswara, Dwi Wahyu Lestari, Silvia Feby Rusantiyadi, dan Anggita Yumadinda.
"Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus diabetes tertinggi. Prevalensi diabetes di Tanah Air terus meningkat. Berdasarkan fenomena ini, kami mencoba berinovasi membuat beras analog dengan bahan kulit manggis dan umbi talas," kata Ketua Kelompok beras analog UMM, Rizqi Zidhani di Malang, Jawa Timur, Jumat.
PKM dengan judul “Beras Analog dari Umbi Talas dengan Penambahan Kulit Manggis Sebagai Makanan Pengganti Bagi Penderita Diabetes” ini telah lolos pendanaan dari Direktorat Jendral Perguraan Tinggi (Dikti) pada Mei lalu.
Rizqi mengatakan masyarakat Indonesia tidak bisa lepas dari nasi sebagai makanan pokok. Oleh karenanya, beras analog yang mirip dengan nasi bisa menjadi pengganti makanan yang cocok bagi pengidap diabetes.
“Beras analog ini mirip dengan beras pada umumnya dan bisa menjadi makanan pokok pengganti bagi mereka yang menderita diabetes,” ujarnya.
Ia mengemukakan bahan utama beras analog ini terdiri dari umbi talas dan kulit manggis. Talas kaya akan serat dan cocok untuk pengidap diabetes.
Sedangkan kulit manggis memiliki nutrisi yang mengandung antioksidan untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh bagi mereka yang mengonsumsi. Selain itu, juga dapat mencegah radiasi jahat dari luar tubuh.
“Kandungan serat pada talas dan antioksidan pada kulit manggis sangat baik bagi penderita diabetes. Sekaligus bisa mempercepat penyembuhan," ujarnya.
Mereka melakukan riset terkait proyek PKM ini pada Mei hingga Agustus 2021. Pada awal riset, mereka mempersiapkan bahan-bahan utama, dilanjutkan dengan proses pembuatan beras analog pada bulan Juni hingga Agustus.
Rizqi menuturkan bahwa hasil riset ini nantinya dituangkan dalam jurnal penelitian. Hasil penelitian ini akan didaftarkan pada Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan melakukan uji kelayakan pada beras, sehingga aman untuk dikonsumsi dan dipasarkan.
“Saya dan tim berharap beras analog hasil dari penelitian ini bisa menjadi pengganti beras pada umumnya dan bisa dikonsumsi secara luas bagi pengidap diabetes, sekaligus membantu proses penyembuhan,” pungkasnya.
Mahasiswa yang membuat inovasi beras analog dan lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa-Riset (PKM-RE) itu adalah Rizqi Zidhani Widya Iswara, Dwi Wahyu Lestari, Silvia Feby Rusantiyadi, dan Anggita Yumadinda.
"Indonesia menjadi salah satu negara dengan kasus diabetes tertinggi. Prevalensi diabetes di Tanah Air terus meningkat. Berdasarkan fenomena ini, kami mencoba berinovasi membuat beras analog dengan bahan kulit manggis dan umbi talas," kata Ketua Kelompok beras analog UMM, Rizqi Zidhani di Malang, Jawa Timur, Jumat.
PKM dengan judul “Beras Analog dari Umbi Talas dengan Penambahan Kulit Manggis Sebagai Makanan Pengganti Bagi Penderita Diabetes” ini telah lolos pendanaan dari Direktorat Jendral Perguraan Tinggi (Dikti) pada Mei lalu.
Rizqi mengatakan masyarakat Indonesia tidak bisa lepas dari nasi sebagai makanan pokok. Oleh karenanya, beras analog yang mirip dengan nasi bisa menjadi pengganti makanan yang cocok bagi pengidap diabetes.
“Beras analog ini mirip dengan beras pada umumnya dan bisa menjadi makanan pokok pengganti bagi mereka yang menderita diabetes,” ujarnya.
Ia mengemukakan bahan utama beras analog ini terdiri dari umbi talas dan kulit manggis. Talas kaya akan serat dan cocok untuk pengidap diabetes.
Sedangkan kulit manggis memiliki nutrisi yang mengandung antioksidan untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh bagi mereka yang mengonsumsi. Selain itu, juga dapat mencegah radiasi jahat dari luar tubuh.
“Kandungan serat pada talas dan antioksidan pada kulit manggis sangat baik bagi penderita diabetes. Sekaligus bisa mempercepat penyembuhan," ujarnya.
Mereka melakukan riset terkait proyek PKM ini pada Mei hingga Agustus 2021. Pada awal riset, mereka mempersiapkan bahan-bahan utama, dilanjutkan dengan proses pembuatan beras analog pada bulan Juni hingga Agustus.
Rizqi menuturkan bahwa hasil riset ini nantinya dituangkan dalam jurnal penelitian. Hasil penelitian ini akan didaftarkan pada Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan melakukan uji kelayakan pada beras, sehingga aman untuk dikonsumsi dan dipasarkan.
“Saya dan tim berharap beras analog hasil dari penelitian ini bisa menjadi pengganti beras pada umumnya dan bisa dikonsumsi secara luas bagi pengidap diabetes, sekaligus membantu proses penyembuhan,” pungkasnya.