Jayapura (ANTARA) - Pos lintas batas negara (PLBN) Skouw, Jayapura masih menjadi salah satu tujuan wisata selama pelaksanaan PON XX Papua yang dibuka secara resmi oleh Presiden Jokowi, Sabtu (2/10).
 
Selama pergelaran PON, masyarakat dari Saireri memperkenalkan salah satu budayanya yang biasa digelar saat menyambut tamu kehormatan yang baru pertama kali ke wilayah itu yakni prosesi injak piring.
 
"Kami awalnya diminta bantu oleh sekelompok pemuda untuk memperkenalkan budaya injak piring kepada masyarakat yang berkunjung ke PLBN Skouw," kata Kepala PLBN Skouw Yan Numberi, Ahad.
 
Menurutnya, prosesi yang dilaksanakan di PLBN sama dengan prosesi saat penyambutan tamu kehormatan yang berlangsung di wilayah adat Saireri.
 
 
Pengunjung yang ingin melakukannya akan dilayani semaksimal mungkin oleh para pemuda adat termasuk dirinya yang juga putra Saireri yang selain injak piring juga penyematan topi khas yang berhiaskan bulu dan manik-manik.
 
"Dengan adanya atraksi injak piring diharapkan dapat menambah daya tarik masyarakat dan atlet PON XX berkunjung ke PLBN Skouw," kata Numberi.
 
PLBN Skouw yang berada di perbatasan RI-Papua Nugini menjadi perlintasan resmi bagi warga kedua negara yang ditempuh sekitar satu setengah jam dari Jayapura dengan menggunakan kendaraan roda empat melintasi jembatan Holtekam atau jembatan Merah.
 
Pengunjung PLBN Skouw sebelum masuki kawasan PLBN diminta untuk melaporkan ke pos TNI yang tergabung dalam satgas pengamanan perbatasan dan kemudian dipersilahkan melanjutkan perjalanan ke PLBN yang berjarak sekitar 300 meter.
 
Bila tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu maka pengunjung terpaksa berjalan kaki hingga ke batas negara mengingat ada portal yang dibentangkan di kedua sisi.
 
Namun, bila ada pemberitahuan terlebih dahulu maka petugas akan membuka portal sehingga kendaraan dapat melanjutkan perjalanan hingga ke batas kedua negara yang hingga kini terkunci akibat merebaknya COVID-19.
 
Diakuinya, sebelum COVID-19 mereka para pengunjung dari Indonesia diijinkan melintasi zona netral dan masuk ke wilayah Papua Nugini setelah mendapat ijin dari petugas negara tersebut untuk sekedar berswafoto atau berbelanja makanan khas dari negara tetangga.
 
Selain itu warga PNG juga membuka lapak di wilayahnya dengan menjual baju kaos, topi serta kain bermotif negaranya yang menjadi buah tangan dengan tetap menggunakan rupiah.
 
PNG sendiri menggunakan mata uang Kina yang nilai tukarnya ke rupiah sekitar Rp4.000 per 1 Kina.
 
Namun, sejak merebaknya COVID-19, aktivitas di perbatasan terhenti termasuk ditutupnya gerbang kedua negara, kata Yan Numberi. Walaupun ditutup, warga terutama dari luar Jayapura tetap saja berkunjung dan mengalami peningkatan sejak PON dilaksanakan.
 
Sejak berlangsungnya PON, setiap hari sekitar 30 orang berkunjung ke PLBN dan berswafoto hingga ke sekitar pagar yang membatasi kedua negara.

Apresiasi pengenalan budaya
 
Prof Widodo Muktiyo mengapresiasi pengenalan budaya Papua khususnya dari Saireri oleh masyarakat di PLBN Skouw selama perhelatan PON XX.
 
Dengan adanya atraksi itu masyarakat terutama yang berasal dari luar Papua mengetahui dan melihat langsung proses penyambutan tamu.
 
Prosesi penyambutan tamu, terutama tamu kehormatan dapat menarik minat masyarakat ke PLBN Skouw, dan diharapkan dapat terus dilestarikan.
 
"Saya sudah beberapa kali ke Papua, namun baru pertama kali mengikuti langsung prosesi tersebut," ujar Prof Widodo yang menjabat Ketua Dewan Pengawas Perum LKBN Antara seraya mengaku bangga akan banyaknya budaya Indonesia yang masih dilestarikan.
 
Menurutnya, PLBN Skouw saat ini sudah bukan lagi menjadi gerbang bagi kedua warga negara untuk melintas tetapi juga sudah menjadi destinasi wisata.
 
Apalagi jaraknya tidak terlalu jauh dan jalannya bagus sehingga nyaman dilalui dan akan menjadi destinasi wisata yang sering dikunjungi.
 
"Papua kaya dengan nilai-nilai kultural yang dapat menjadi daya pikat bagi wisatawan dan PLBN bukan suatu wilayah yang menakutkan untuk dikunjungi," kata Prof Widodo.
 
PLBN Skouw dibangun dengan menghabiskan dana sekitar Rp166 miliar di atas lahan seluas 10,7 hektar dengan luas bangunan 4.761 meter persegi.
 
Di bangunan utama terdapat tempat pemeriksaan, keberangkatan dan kedatangan, pencucian mobil, gudang sita, jembatan timbang, koridor pejalan kaki serta gerbang dan monumen lintas batas negara.*
 
 
 
 

Pewarta : Evarukdijati
Editor : Editor Papua
Copyright © ANTARA 2024