Wamena (ANTARA) - Universitas Amal Ilmiah (UNA'IM) Wamena di Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua sudah melakukan perkuliahan tatap muka dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) ketat untuk mencegah COVID-19.
Rektor UNAIM Wamena Dr. H. Rudihartono di Wamena, Rabu, mengatakan sistem perkuliahan yang dilakukan sesuai regulasi yang ditetapkan Kemendikbudristek.
"Pembelajaran yang kita lakukan memang dari dahulu tatap muka dan kita hanya membatasi, jadi biasanya mahasiswa 40 atau 45 itu kita bagi dua dalam kelas," katanya.
Selama pandemi pihak UNA'IM menerapkan dua sistem pembelajaran yaitu luring dan dalam jaringan.
Sistem pembelajaran dalam jaringan yang diterapkan di sini memang tidak berjalan mulus sebab sebagian mahasiswa tidak memiliki perangkat pendukung pembelajaran itu.
"Belum banyak mahasiswa memiliki android, kemudian jaringan internet kita (di luar lingkungan kampus) itu tidak memberikan suport yang lebih untuk belajar online seperti menggunakan zoom," katanya.
Saat ini situasi pandemi COVID-19 di Jayawijaya terus mengalami penurunan jumlah kasus namun pihak kampus mewajibkan mahasiswa ikut mencegah virus itu.
"Kelihatannya pandemi ini sudah mulai meredah, namun kita tidak bisa gegabah dengan hal tersebut, sehingga kami tetap mengacu kepada aturan Kemendikbudristek," katanya.
UNAIM Wamena juga menerapkan program kampus merdeka dan merdeka belajar. Program merdeka belajar yang dilakukan melibatkan mahasiswa UNA'IM dengan dosen yang berada di luar Papua seperti Surabaya, Bandung dan Jawa.
"Sementara untuk kampus merdeka kita belum sepenuhnya menjalankan itu karena ada beberapa faktor yang bisa dilaksanakan kampus merdeka. Seperti selama tiga semester berturut-turut itu mahasiwa boleh belajar di dunia usaha, industri atau pemerintahan namun di Jayawijaya masih sangat minim untuk dunia usaha atau industri," katanya.
Rektor UNAIM Wamena Dr. H. Rudihartono di Wamena, Rabu, mengatakan sistem perkuliahan yang dilakukan sesuai regulasi yang ditetapkan Kemendikbudristek.
"Pembelajaran yang kita lakukan memang dari dahulu tatap muka dan kita hanya membatasi, jadi biasanya mahasiswa 40 atau 45 itu kita bagi dua dalam kelas," katanya.
Selama pandemi pihak UNA'IM menerapkan dua sistem pembelajaran yaitu luring dan dalam jaringan.
Sistem pembelajaran dalam jaringan yang diterapkan di sini memang tidak berjalan mulus sebab sebagian mahasiswa tidak memiliki perangkat pendukung pembelajaran itu.
"Belum banyak mahasiswa memiliki android, kemudian jaringan internet kita (di luar lingkungan kampus) itu tidak memberikan suport yang lebih untuk belajar online seperti menggunakan zoom," katanya.
Saat ini situasi pandemi COVID-19 di Jayawijaya terus mengalami penurunan jumlah kasus namun pihak kampus mewajibkan mahasiswa ikut mencegah virus itu.
"Kelihatannya pandemi ini sudah mulai meredah, namun kita tidak bisa gegabah dengan hal tersebut, sehingga kami tetap mengacu kepada aturan Kemendikbudristek," katanya.
UNAIM Wamena juga menerapkan program kampus merdeka dan merdeka belajar. Program merdeka belajar yang dilakukan melibatkan mahasiswa UNA'IM dengan dosen yang berada di luar Papua seperti Surabaya, Bandung dan Jawa.
"Sementara untuk kampus merdeka kita belum sepenuhnya menjalankan itu karena ada beberapa faktor yang bisa dilaksanakan kampus merdeka. Seperti selama tiga semester berturut-turut itu mahasiwa boleh belajar di dunia usaha, industri atau pemerintahan namun di Jayawijaya masih sangat minim untuk dunia usaha atau industri," katanya.