Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis penyakit dalam dari Divisi Endokrin, Metabolik dan Diabetes Departemen Penyakit Dalam RSCM-FKUI, dr. Martha Rosana, SpPD menyarankan penyandang diabetes atau pihak keluarga segera meminta pertolongan medis saat tiba-tiba sakit berat.
"Tiba-tiba sakit berat seperti demam tinggi gangguan penglihatan, luka tidak sembuh-sembuh, gula darah mendadak tinggi atau malah rendah, mual muntah, diare, jangan tunda datang ke rumah sakit atau IGD," kata dia dalam sebuah diskusi media yang digelar daring, ditulis Sabtu.
Selama berada di fasilitas kesehatan, Martha mengingatkan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan seperti mengenakan masker ganda yakni masker medis dilapisi masker kain, rutin mencuci tangan, menjaga jarak dengan orang lain.
Layanan telemedisin atau telekonsultasi yang disediakan pihak penyedia layanan kesehatan bisa dimanfaatkan dengan syarat pasien dalam kondisi stabil.
Pada masa pandemi COVID-19 saat ini, diabetes menjadi salah satu penyakit penyerta atau komorbid pasien COVID-19. Mereka yang terkena COVID-19 dan diabetes berpeluang mengalami sakit lebih berat sehingga memerlukan perawatan di ICU.
Menurut Martha, tingkat kematian pasien pun lebih tinggi apabila gula darah pasien tak terkontrol.
Hubungan diabetes dan COVID-19 berlangsung dua arah. Di satu sisi diabetes bisa menyebabkan sakit COVID-19 lebih parah dan di sisi lain, COVID-19 membuat kontrol gula darah menjadi lebih buruk.
"Bisa jadi selama COVID-19 gula darahnya jadi tak terkontrol. Diabetes bisa membuat kemungkinan COVID-19 lebih parah dan COVID-19 menyebabkan kontrol gula darah lebih buruk. SARS-CoV-2 memang menyerang seluruh sel tubuh termasuk sel pankreas," kata dia.
Terkait vaksin pada penyandang diabetes, saat ini diizinkan diberikan pada mereka yang gulanya belum terkontrol sekalipun asalkan pasien tidak dalam kondisi sakit akut. Para dokter tidak lagi mensyaratkan gula darah tertentu atau HbA1C tertentu untuk pasien diabetes bisa mendapatkan vaksin COVID-19.
"Mau gula darahnya masih belum terkontrol, asal dia tidak dalam kondisi sakit akut, boleh diberikan vaksinasi," kata Martha.
Bedanya dengan pasien yang sudah terkontrol, respon vaksin bisa lebih baik. Walau begitu, pasien tetap disarankan berkonsultasi dengan dokter yang merawat sebelum mendapatkan suntikan vaksin.
"Tiba-tiba sakit berat seperti demam tinggi gangguan penglihatan, luka tidak sembuh-sembuh, gula darah mendadak tinggi atau malah rendah, mual muntah, diare, jangan tunda datang ke rumah sakit atau IGD," kata dia dalam sebuah diskusi media yang digelar daring, ditulis Sabtu.
Selama berada di fasilitas kesehatan, Martha mengingatkan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan seperti mengenakan masker ganda yakni masker medis dilapisi masker kain, rutin mencuci tangan, menjaga jarak dengan orang lain.
Layanan telemedisin atau telekonsultasi yang disediakan pihak penyedia layanan kesehatan bisa dimanfaatkan dengan syarat pasien dalam kondisi stabil.
Pada masa pandemi COVID-19 saat ini, diabetes menjadi salah satu penyakit penyerta atau komorbid pasien COVID-19. Mereka yang terkena COVID-19 dan diabetes berpeluang mengalami sakit lebih berat sehingga memerlukan perawatan di ICU.
Menurut Martha, tingkat kematian pasien pun lebih tinggi apabila gula darah pasien tak terkontrol.
Hubungan diabetes dan COVID-19 berlangsung dua arah. Di satu sisi diabetes bisa menyebabkan sakit COVID-19 lebih parah dan di sisi lain, COVID-19 membuat kontrol gula darah menjadi lebih buruk.
"Bisa jadi selama COVID-19 gula darahnya jadi tak terkontrol. Diabetes bisa membuat kemungkinan COVID-19 lebih parah dan COVID-19 menyebabkan kontrol gula darah lebih buruk. SARS-CoV-2 memang menyerang seluruh sel tubuh termasuk sel pankreas," kata dia.
Terkait vaksin pada penyandang diabetes, saat ini diizinkan diberikan pada mereka yang gulanya belum terkontrol sekalipun asalkan pasien tidak dalam kondisi sakit akut. Para dokter tidak lagi mensyaratkan gula darah tertentu atau HbA1C tertentu untuk pasien diabetes bisa mendapatkan vaksin COVID-19.
"Mau gula darahnya masih belum terkontrol, asal dia tidak dalam kondisi sakit akut, boleh diberikan vaksinasi," kata Martha.
Bedanya dengan pasien yang sudah terkontrol, respon vaksin bisa lebih baik. Walau begitu, pasien tetap disarankan berkonsultasi dengan dokter yang merawat sebelum mendapatkan suntikan vaksin.