Wamena (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Wamena di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua memastikan distribusi bahan makanan dari wilayah pesisir ke sejumlah kabupaten di pegunungan tengah Papua masih menggunakan jalur udara atau belum menggunakan jalan Trans Papua.
Kepala BPS Wamena, Jianto saat ditemui di Wamena, Jumat, mengatakan warga maupun pedagang belum berani mengirim bahan makanan lewat darat, meski jalan Trans Papua sudah dapat digunakan.
"Berbeda dengan bahan bangunan, kalau bahan makanan itu kebanyakan masih tetap lewat udara karena pertimbangan kalau aksesnya lambat, makanan itu lebih rentan rusak," katanya.
Menurut dia, pengiriman bahan makanan yang masih melalui udara membuat harga bahan makanan, walaupun stabil, masih tetap mahal, khususnya harga jual di daerah pegunungan tengah Papua.
"Jadi akses darat belum berpengaruh dengan harga bahan pokok, jadi biarpun jalan darat sudah ada, belum berpengaruh dengan harga bahan pokok. Kalau kita lihat di bandara itu dibongkar selalu sembako," katanya.
Ia mengatakan pendistribusian bahan pokok melalui jalur darat lebih murah, tetapi hingga kini pengerjaan jalan Trans Papua belum rampung sehingga pengusaha belum berani mendatangkan barang melalui jalur tersebut.
"Pernah ada kasus, itu pengusaha kirim beras dan telur lewat darat tetapi rusak jadi mereka lebih pilih lewat udara yang cepat dan relatif aman, jadi pas sampai di sini mereka tidak rugi-rugi sekali," katanya.
Saat ini, menurut Jianto, pengusaha hanya menggunakan jalur Trans Papua untuk pendistribusian bahan bangunan, sebab tidak mudah rusak, meski perjalanan dapat memakan waktu satu bulan.
"Begitu juga dengan bahan bakar. Belum ada yang lewat jalan darat. Jadi untuk jalan darat sementara masih di bidang konstruksi," katanya.
Kepala BPS Wamena, Jianto saat ditemui di Wamena, Jumat, mengatakan warga maupun pedagang belum berani mengirim bahan makanan lewat darat, meski jalan Trans Papua sudah dapat digunakan.
"Berbeda dengan bahan bangunan, kalau bahan makanan itu kebanyakan masih tetap lewat udara karena pertimbangan kalau aksesnya lambat, makanan itu lebih rentan rusak," katanya.
Menurut dia, pengiriman bahan makanan yang masih melalui udara membuat harga bahan makanan, walaupun stabil, masih tetap mahal, khususnya harga jual di daerah pegunungan tengah Papua.
"Jadi akses darat belum berpengaruh dengan harga bahan pokok, jadi biarpun jalan darat sudah ada, belum berpengaruh dengan harga bahan pokok. Kalau kita lihat di bandara itu dibongkar selalu sembako," katanya.
Ia mengatakan pendistribusian bahan pokok melalui jalur darat lebih murah, tetapi hingga kini pengerjaan jalan Trans Papua belum rampung sehingga pengusaha belum berani mendatangkan barang melalui jalur tersebut.
"Pernah ada kasus, itu pengusaha kirim beras dan telur lewat darat tetapi rusak jadi mereka lebih pilih lewat udara yang cepat dan relatif aman, jadi pas sampai di sini mereka tidak rugi-rugi sekali," katanya.
Saat ini, menurut Jianto, pengusaha hanya menggunakan jalur Trans Papua untuk pendistribusian bahan bangunan, sebab tidak mudah rusak, meski perjalanan dapat memakan waktu satu bulan.
"Begitu juga dengan bahan bakar. Belum ada yang lewat jalan darat. Jadi untuk jalan darat sementara masih di bidang konstruksi," katanya.