Sentani (ANTARA) - Komunitas Masyarakat Adat Lamtoras Sihaporas yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tanah Batak menampilkan tradisi Gondang Tatak pada Festival Danau Sentani.
Gondang Tatak merupakan sebuah tradisi dan ritual memanjatkan doa kepada Sang Pencipta dan seluruh jagad raya melalui perantara bunyi-bunyian gendang.
Salah satu pelaku ritual Thomson Ambarita dalam siaran pers yang diterima Antara di Jayapura, Kamis, mengatakan tradisi tersebut merupakan tradisi sakral untuk memanjatkan doa permohonan kepada Tuhan dan alam semesta melalui perantara bunyi-bunyian gendang dan juga ritual.
"Ini kami laksanakan nanti pertunjukan secara singkat tradisi yang ada di Tanah Batak yang kalau kami membunyikan gendang itu sebagai alat penerjemah untuk memuliakan dan menyampaikan doa kami kepada Tuhan dan alam semesta," katanya.
Komunitas Masyarakat Adat Lamtoras Sihaporas ke Papua dalam rangka mengikuti Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI.
Dalam tradisi tersebut kata dia, akan dirangkai dengan ritual lain yaitu pembakaran dupa dan jeruk purut di atas cawan putih menggunakan air suci yang disiapkan secara khusus.
“Menurut kepercayaan kami melalui aroma atau harumnya dupa ini bersama asapnya akan mengantar doa kami kepada Sang Pencipta," ujarnya.
Dia menjelaskan nantinya salah satu dari tokoh adat yang akan meminta kepada pemain musiknya memainkan bunyi-bunyian ini sambil melantunkan doa.
Dia menambahkan ritual itu hingga kini masih dilaksanakan di kampung mereka setiap tahun pada saat-saat tertentu atau juga atas permintaan seseorang untuk dibacakan doa ketika akan melakukan suatu acara yang besar.
"Pada umumnya ritual ini dilaksanakan oleh delapan orang terdiri dari terdiri dari enam orang pemain gong/gendang, satu pemain serunai dan satu pemain hesek," katanya lagi.
Pihaknya mempertunjukkan tradisi tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada masyarakat Papua khususnya di Tanah Tabi yang sangat ramah menerima mereka.
Gondang Tatak merupakan sebuah tradisi dan ritual memanjatkan doa kepada Sang Pencipta dan seluruh jagad raya melalui perantara bunyi-bunyian gendang.
Salah satu pelaku ritual Thomson Ambarita dalam siaran pers yang diterima Antara di Jayapura, Kamis, mengatakan tradisi tersebut merupakan tradisi sakral untuk memanjatkan doa permohonan kepada Tuhan dan alam semesta melalui perantara bunyi-bunyian gendang dan juga ritual.
"Ini kami laksanakan nanti pertunjukan secara singkat tradisi yang ada di Tanah Batak yang kalau kami membunyikan gendang itu sebagai alat penerjemah untuk memuliakan dan menyampaikan doa kami kepada Tuhan dan alam semesta," katanya.
Komunitas Masyarakat Adat Lamtoras Sihaporas ke Papua dalam rangka mengikuti Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI.
Dalam tradisi tersebut kata dia, akan dirangkai dengan ritual lain yaitu pembakaran dupa dan jeruk purut di atas cawan putih menggunakan air suci yang disiapkan secara khusus.
“Menurut kepercayaan kami melalui aroma atau harumnya dupa ini bersama asapnya akan mengantar doa kami kepada Sang Pencipta," ujarnya.
Dia menjelaskan nantinya salah satu dari tokoh adat yang akan meminta kepada pemain musiknya memainkan bunyi-bunyian ini sambil melantunkan doa.
Dia menambahkan ritual itu hingga kini masih dilaksanakan di kampung mereka setiap tahun pada saat-saat tertentu atau juga atas permintaan seseorang untuk dibacakan doa ketika akan melakukan suatu acara yang besar.
"Pada umumnya ritual ini dilaksanakan oleh delapan orang terdiri dari terdiri dari enam orang pemain gong/gendang, satu pemain serunai dan satu pemain hesek," katanya lagi.
Pihaknya mempertunjukkan tradisi tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada masyarakat Papua khususnya di Tanah Tabi yang sangat ramah menerima mereka.