Jayapura (ANTARA) - PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) dan Genting Oil Kasuri Pte Ltd (GOKPL) melakukan penandatanganan Head of Agreement (HoA) untuk jual beli gas bumi.
Kesepakatan kolaborasi ini sekaligus memastikan pasokan gas bumi aman guna memenuhi kebutuhan proyek pembangunan kawasan industri pupuk di Fakfak Papua Barat. Bersama dengan PKT dan GOKPL, penandatangan HoA ini juga dihadiri oleh Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma'ruf Amin dan Menteri ESDM Arifin Tasrif.
GOKPL merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang energi yang memiliki potensi sumber daya gas bumi yang cukup besar. Sumber gas yang dipasok untuk proyek pembangunan ini akan diambil dari sumber gas yang telah disepakati yakni Lapangan Asap, Merah dan Kido (AMK) di Kasuri, Papua Barat dan rencana penyaluran gas ini akan mulai dilaksanakan pada tahap Pre-Commissioning di Q2 pada 2027.
“Pada hari ini penandatangan Genting Oil dan PT Pupuk Kalimantan Timur akan dilakukan hal ini dilakukan sehubungan dengan adanya penambahan potensi produksi gas di Lapangan Asap, Merah dan Kido wilayah Kasuri Papua Barat," ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif yang turut menyambut baik penandatangan HoA ini sebagai salah satu upaya yang dilakukan dalam mendukung pembangunan proyek pembangunan kawasan industri pupuk di Fakfak Papua Barat dalam siaran persnya kepada Antara di Jayapura, Kamis.
Menurut Menteri Arifin, gas ini diperuntukkan untuk membangun satu pabrik pupuk di Papua di mana pihaknya merasakan bahwa sangat strategis untuk bisa memanfaatkan lahan yang masih luas dan potensi Papua untuk sektor pertanian yang sangat terbuka untuk mendukung jaminan ketahanan pangan bagi Indonesia di masa mendatang.
"Kita harapkan dengan ditandatanganinya HoA antara Genting Oil dan Pupuk Kalimantan Timur, ini mampu meningkatkan kemampuan kita untuk selalu memberikan nilai tambah dan berkontribusi kepada penerimaan negara di masa mendatang untuk kemakmuran masyarakat kita,” ujarnya.
Kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari ditetapkannya pembangunan pabrik pupuk urea di Papua Barat sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) oleh pemerintah Indonesia. Yang kemudian diamanatkan kepada PKT.
“PKT tentunya siap melaksanakan tugas yang sudah diamanahkan. Kita harapkan dengan kerja sama ini, nantinya dapat dipastikan bahwa pasokan gas bumi aman guna memenuhi kebutuhan proyek pembangunan kawasan industri pupuk di Fakfak Papua Barat. Pembangunan Pabrik Papua Barat ini menjadi langkah besar yang sudah ditargetkan PKT dalam fase pertumbuhan 40 tahun kedua. Insya Allah, pada HUT ke-50 nanti, pengantongan perdana Urea di kawasan industri ini bisa terealisasi,” ujar Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi.
Mengingat gas bumi merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan dalam industri petrokimia dan pupuk, maka kerja sama antara PKT dan Genting Oil ini tentunya akan membantu memastikan stabilitas dan keberlanjutan produksi pupuk dalam negeri. “Dengan kesiapan akan peningkatan produktivitas pupuk dalam negeri, kami harapkan pembangunan pabrik ini akan menjadi salah satu penopang kemandirian pupuk dalam negeri dan memastikan tercapainya ketahanan pangan nasional,” tambah Rahmad.
Proyek pembangunan kawasan industri pupuk di Fakfak Papua Barat ini nantinya akan memiliki kapasitas produksi pupuk Urea sebesar 1,15 juta ton dan 660 ribu ton untuk Amoniak. Ini merupakan salah satu pengembangan di fase kedua pertumbuhan PKT, yang ditarget mampu terealisasi dalam lima tahun ke depan. Melalui proyek pembangunan ini juga diharapkan bisa membawa PKT menempati peringkat atas Pabrik Pupuk Urea di Asia Pasifik.
General Manager Genting Oil Kasuri Pte. Ltd., Ngakan Ketut Nurcahya Sentanu turut menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan kerja sama yang baik untuk mendukung program pemerintah.
“Kami menyambut baik kerja sama ini, terutama dalam mendukung proyek strategis nasional di Papua," ujarnya.
Dia menambahkan tentunya pihaknya berharap dari kerja sama ini nantinya bisa menjadi salah satu bagian yang menyukseskan terjadinya proyek pembangunan kawasan industri pupuk di Fakfak Papua Barat ini.
"Kami berharap juga target-target yang sudah ada bisa berjalan dengan baik dan pasokan gas untuk pabrik di Papua Barat ini bisa tercukupi," katanya.
Kesepakatan kolaborasi ini sekaligus memastikan pasokan gas bumi aman guna memenuhi kebutuhan proyek pembangunan kawasan industri pupuk di Fakfak Papua Barat. Bersama dengan PKT dan GOKPL, penandatangan HoA ini juga dihadiri oleh Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma'ruf Amin dan Menteri ESDM Arifin Tasrif.
GOKPL merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang energi yang memiliki potensi sumber daya gas bumi yang cukup besar. Sumber gas yang dipasok untuk proyek pembangunan ini akan diambil dari sumber gas yang telah disepakati yakni Lapangan Asap, Merah dan Kido (AMK) di Kasuri, Papua Barat dan rencana penyaluran gas ini akan mulai dilaksanakan pada tahap Pre-Commissioning di Q2 pada 2027.
“Pada hari ini penandatangan Genting Oil dan PT Pupuk Kalimantan Timur akan dilakukan hal ini dilakukan sehubungan dengan adanya penambahan potensi produksi gas di Lapangan Asap, Merah dan Kido wilayah Kasuri Papua Barat," ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif yang turut menyambut baik penandatangan HoA ini sebagai salah satu upaya yang dilakukan dalam mendukung pembangunan proyek pembangunan kawasan industri pupuk di Fakfak Papua Barat dalam siaran persnya kepada Antara di Jayapura, Kamis.
Menurut Menteri Arifin, gas ini diperuntukkan untuk membangun satu pabrik pupuk di Papua di mana pihaknya merasakan bahwa sangat strategis untuk bisa memanfaatkan lahan yang masih luas dan potensi Papua untuk sektor pertanian yang sangat terbuka untuk mendukung jaminan ketahanan pangan bagi Indonesia di masa mendatang.
"Kita harapkan dengan ditandatanganinya HoA antara Genting Oil dan Pupuk Kalimantan Timur, ini mampu meningkatkan kemampuan kita untuk selalu memberikan nilai tambah dan berkontribusi kepada penerimaan negara di masa mendatang untuk kemakmuran masyarakat kita,” ujarnya.
Kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari ditetapkannya pembangunan pabrik pupuk urea di Papua Barat sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) oleh pemerintah Indonesia. Yang kemudian diamanatkan kepada PKT.
“PKT tentunya siap melaksanakan tugas yang sudah diamanahkan. Kita harapkan dengan kerja sama ini, nantinya dapat dipastikan bahwa pasokan gas bumi aman guna memenuhi kebutuhan proyek pembangunan kawasan industri pupuk di Fakfak Papua Barat. Pembangunan Pabrik Papua Barat ini menjadi langkah besar yang sudah ditargetkan PKT dalam fase pertumbuhan 40 tahun kedua. Insya Allah, pada HUT ke-50 nanti, pengantongan perdana Urea di kawasan industri ini bisa terealisasi,” ujar Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi.
Mengingat gas bumi merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan dalam industri petrokimia dan pupuk, maka kerja sama antara PKT dan Genting Oil ini tentunya akan membantu memastikan stabilitas dan keberlanjutan produksi pupuk dalam negeri. “Dengan kesiapan akan peningkatan produktivitas pupuk dalam negeri, kami harapkan pembangunan pabrik ini akan menjadi salah satu penopang kemandirian pupuk dalam negeri dan memastikan tercapainya ketahanan pangan nasional,” tambah Rahmad.
Proyek pembangunan kawasan industri pupuk di Fakfak Papua Barat ini nantinya akan memiliki kapasitas produksi pupuk Urea sebesar 1,15 juta ton dan 660 ribu ton untuk Amoniak. Ini merupakan salah satu pengembangan di fase kedua pertumbuhan PKT, yang ditarget mampu terealisasi dalam lima tahun ke depan. Melalui proyek pembangunan ini juga diharapkan bisa membawa PKT menempati peringkat atas Pabrik Pupuk Urea di Asia Pasifik.
General Manager Genting Oil Kasuri Pte. Ltd., Ngakan Ketut Nurcahya Sentanu turut menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan kerja sama yang baik untuk mendukung program pemerintah.
“Kami menyambut baik kerja sama ini, terutama dalam mendukung proyek strategis nasional di Papua," ujarnya.
Dia menambahkan tentunya pihaknya berharap dari kerja sama ini nantinya bisa menjadi salah satu bagian yang menyukseskan terjadinya proyek pembangunan kawasan industri pupuk di Fakfak Papua Barat ini.
"Kami berharap juga target-target yang sudah ada bisa berjalan dengan baik dan pasokan gas untuk pabrik di Papua Barat ini bisa tercukupi," katanya.